BUKAN ANTAGONIS 6

6.2K 836 58
                                    

Yu bisa yu vote sama komennya, Menerima kritik dan saran! Asalkan tanpa menyinggung!-
Typo bertebaran/

Selamat membaca~

❥may

Acara kelulusan telah selesai, dilanjutkan dengan dimulainya pembukaan untuk para murid baru yang telah lolos ujian masuk beberapa minggu yang lalu. Para murid baru akademi hampir semua sudah berkumpul di aula gedung utama akademi termasuk juga Hanzel, Zin sibuk mengurus kelulusan bersama Ziel jadilah Hanzel sekarang ditinggal sendirian.

Hanzel duduk seorang diri di bangku yang seharusnya ditempati untuk dua orang, orang-orang sepertinya tak mau duduk bersamanya Hanzel hanya bisa tegar, mana mau orang-orang itu berdekatan dengan seseorang yang memiliki keterlambatan dalam awakennya. Ia sadar diri.

Hanzel terus mendengarkan kata-kata pembukaan dari wakil kepala pengurus akademi, ia teramat fokus, namun akhirnya fokusnya buyar sebuah suara menginterupsinya.
"Tempat ini kosong?"

Hanzel menoleh, bisa ia lihat seorang pemuda berseragam akademi sama denganya yang mungkin seumuran dengan dirinya sedang berdiri seraya menatap Hanzel dengan netra biru saphirnya.

"Ya?" Hanzel bertanya bingung ia tak mendengar pemuda itu berbicara tadi.

"Aku bilang, apa tempat ini kosong?" Dengan sabar pemuda bersurai pirang itu mengulang kalimatnya tadi, wajahnya dari tadi datar tanpa ekspresi.

"Ah? Tidak tempat ini tidak kosong" Hanzel salah mengartikan. "Ada aku tengah duduk disini" lanjutnya, Membuat pemuda yang tengah membawa beberapa buku tebal ditangannya itu mengernyit.

"Maksudku disebelah mu, apa kau duduk sendiri?" Pemuda itu mencoba untuk tetap tenang raut wajahnya tak memiliki perubahan apapun.

"Oh! Ya aku duduk sendiri, disebelah ku kosong!" Hanzel baru sadar, ia buru-buru mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. Demi dewa cahaya, aku sangat malu...

"Kalau begitu aku duduk" kata pemuda itu, mendudukkan dirinya di bangku. Pemuda itu sedikit melirik Hanzel yang sudah memiliki wajah yang begitu merah sampai ketelinga. "Lucu." Tanpa sadar pemuda itu bergumam, tak ada yang mendengar karena gumaman itu hanya bisa didengar olehnya sendiri.

"Namamu" sudah beberapa menit yang lalu pemuda ini duduk di bangku yang sama dengan Hanzel, lama-lama ia menjadi sangat penasaran dengan orang disebelahnya ini. Tanpa sengaja bukannya fokus pada seseorang penting di podium, pemuda itu malah lebih memilih memperhatikan berbagai ekspresi yang orang disebelahnya tunjukan, menurutnya itu menggemaskan ia lalu memberanikan berbicara dan menanyakan namanya. Ini benar-benar bukan seperti dirinya untuk berbicara dengan orang yang baru ia kenal, sepertinya ia sangat tertarik dengan pemuda manis disebelahnya.

"Yah? Aku?" Hanzel menoleh, ia sangat gugup, dari tadi ia benar-benar memikirkan orang yang satu bangku dengannya ini, pemuda tampan disebelahnya ini pasti dari klan Blau. Hanzel benar-benar gugup.

Pemuda yang memiliki anting biru di telinganya itu mengangguk.

"Hanzel!" Hanzel benar-benar gugup sekarang ini.

"Hanzel saja?" Pemuda itu bertanya lagi.

"Ermm.. Hanzel-Horge" Hanzel selalu ragu untuk menyebutkan nama keluarganya, karena menurutnya ia belum pantas menyandang nama Horge, ia masih lemah.

[BL] BUKAN ANTAGONISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang