BUKAN ANTAGONIS 14

2.8K 374 17
                                    

bisa yu vote sama komennya, Menerima kritik dan saran! Asalkan tanpa menyinggung!-
Typo bertebaran/
Tidak diperkenankan untuk plagiat!

Selamat membaca~

may

.
.
.

Zin berjalan pelan, disekitarnya terlihat Padang rumput hijau serta bunga berwarna kuning dan biru, ia sekarang berada di istana kekaisaran.
Kakeknya mengajak dirinya untuk datang kesini, sudah berkali-kali Zin tolak namun akhirnya ia terpaksa untuk ikut.

Sekarang kakeknya yaitu Zieun Horge tengah melakukan rapat penting bersama kaisar dan orang-orang penting lainnya. Rencananya Zin akan memberi salam pada kaisar setelah rapat itu selesai, sekarang ia tengah berada di taman kekaisaran. Tamannya sangat besar dan megah, terdapat beberapa patung dengan bahan emas dan juga permata sihir yang menghiasnya.

Ia melihat sekitar taman dengan pikirannya melayang pada adiknya, Hanzel. Padahal baru beberapa jam berlalu sejak ia datang ke istana namun dirinya sudah merindukan adik tercintanya itu. Han...

Zin tanpa sadar sudah berada di tengah taman, ia dengan datar lalu duduk dipinggir air mancur mewah yang berada disana. Pikirannya masih melayang.

Sampai akhirnya pikirannya buyar seketika. Seorang pria tampan berambut emas datang menghampirinya, Zin segera berdiri lalu menyimpan  lengan kanannya di dada setelah itu membungkuk sopan.

"Salam kepada matahari biru kecil kekaisaran, putra mahkota..." 

Zin lalu meluruskan kembali badannya setelah itu.

Pria yang dipanggil putra mahkota itu mengangguk, wajahnya tanpa ekspresi.
"Tuan muda Zin Horge, salam untukmu juga."

Tinggi mereka hampir sama, namun putra mahkota lebih tinggi beberapa inci.

"Apa ada yang bisa saya bantu, yang mulia?" Zin bertanya, sebenarnya ia kesal karena diganggu.

Putra mahkota kekaisaran, pangeran ke-2 dari permaisuri pertama, Jayden Moon. Berusia 18 tahun, ia dan juga Zin satu kelas saat di akademi, tetapi mereka tidak terlalu dekat.

Jayden menggeleng kecil. "Tidak, aku hanya terkejut kau berada disini Tuan muda Zin."

Zin mendelik, ia dan Jayden benar-benar tidak cocok.  Bahkan dulu saat berada di akademi mereka hampir tidak pernah bicara satu sama lain. Ini bukan karena Zin yang memang irit bicara namun itu karena Jayden yang tidak pernah mau didekati. Zin tahu dirinya memang dingin namun Jayden bahkan lebih dingin dan lebih beraura gelap dari dirinya. Dan sekarang sepertinya Jayden lebih baik dari sebelumnya, ia bahkan menyempatkan untuk mengobrol dengan Zin, yah walaupun hanya sekedar basa basi.

Jayden menatap Zin datar, sedatar langit. Matanya yang setajam elang menatap Zin. Jika dilihat netra sebiru sapphire nya itu benar-benar mampu menenggelamkan seluruh wanita kedalam pelukannya.

Zin mendecih dalam hatinya. "Kebetulan saya ingin menyapa Yang mulia kaisar, sekarang saya sedang menunggu kakek saya yang mulia."

Zin tak bisa menatap tajam pada Jayden karena jika ia melakukannya mungkin ia akan dihukum karena di anggap menghina keluarga kekaisaran.

"Oh. Baguslah kau bisa melan—" Jayden tak bisa melanjutkan perkataannya.

Tiba-tiba suara khas terdengar didekat mereka.
"Wah apa ini? Putra mahkota dan sahabat tercintaku sedang bermesraan???" Ziel Heiliger pemuda jangkung dengan rambut terurai itu tiba-tiba muncul entah dari mana.

[BL] BUKAN ANTAGONISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang