BUKAN ANTAGONIS 13

3K 375 16
                                    

bisa yu vote sama komennya, Menerima kritik dan saran! Asalkan tanpa menyinggung!-
Typo bertebaran/

Selamat membaca~

❥may

.
.
.

"Zink, Aku ingin bicara denganmu." Hellio kini tengah menyender pada pintu masuk ruang belajar milik Zink Horge, seraya melipat kedua tangannya di dada, raut wajahnya terlihat serius.

Zink menatap malas sekaligus dingin pada kakak ketiganya itu. Ia lalu menjawab. "Kau dan aku sudah bicara. Kak." Menekan kata 'kak' seraya menyingkirkan Hellio dari pintu masuk ruangan miliknya dengan tenaga kosong, ajaibnya walau tubuh Hellio terbilang lebih besar dari sibungsu, namun Zink mampu menyeret kakaknya itu dengan mudah tanpa bersusah payah.

Ia langsung melenggang pergi memasuki ruang belajar miliknya, tak lupa menutup pintu dengan kasar, tak peduli dengan Hellio yang sekarang berdiri mematung menahan amarah. Zink bahkan tak menoleh sedikitpun pada kakaknya itu.

Sambil gemetar karena menahan marah Hellio bergumam pelan. "Sialan... Zink dasar kau bajingan.."

Brakk
Brugg

"SIALAN!!"
Hellio membanting vas bunga besar yang berada didekat pintu. Suara vas pecah pun terdengar sampai ke penjuru ruangan. Setelah melakukan itu ia pun segera pergi dari sana. Adik sialan itu benar-benar!! Sepanjang perjalanannya Hellio tak habis-habisnya mengutuk Zink dalam hati.

Zink yang mendengar keributan ulah sang kakak diluar hanya menghirup nafasnya dalam-dalam lalu membuangnya, ia benar-benar lelah memiliki kakak pemarah seperti Hellio dan juga Zin. Ia juga lelah mendengar orang-orang memuja keduanya, tampanlah, sempurnalah, mirip malaikat lah dan banyak lagi. Zink benar-benar malas mendengarnya.

Sudah paling benar Hanzel, menurutnya Hanzel kakak keduanya itu seperti cahaya yang menghangatkan hatinya, Zink menyayangi Hanzel, ia ingin dekat dengan kakaknya itu, namun karena wajahnya yang tak terbiasa tersenyum dan lidahnya yang tidak bisa berkata hal-hal yang baik. Zink malah membuat Hanzel salah paham dan bahkan menghindar darinya. Itu sakit, Zink tak suka hal menyakitkan.

Zink membutuhkan cara untuk bisa lebih dekat dengan Hanzel. Walau dia orang jenius namun jika masalah seperti ini ia sangat lambat dalam menyelesaikannya. Zink payah jika soal perasaan.

"Tuan Zink apa tidak papa membiarkan tuan muda ketiga seperti itu?" Nia pelayan pribadi Zink bertanya seraya menyerahkan sebuah dokumen pada tuannya itu.

Zink menerima dokumen tersebut lalu segera membukanya. Tanpa menoleh ia menjawab. "Biarkan saja." Singkatnya tanpa berniat berucap lagi.

.

.

Zink sialan, sifatnya bahkan semakin hari semakin menyebalkan! Benar-benar... Hellio terus mengoceh dan mengoceh dalam hatinya. Ini bukan pertama kalinya ia di abaikan oleh adik satu-satunya itu, namun tetap saja Hellio merasa sangat kesal. Remaja dengan surai blonde itu mengerutkan keningnya tak terima.

Tak sadar akan sekitarnya, akhirnya ia malah menabrak seseorang dengan tubuhnya. Tabrakan itu cukup untuk membuat seseorang jatuh tersungkur, namun tidak untuk dua orang yang sekarang masih berdiri kokoh dan tak terseret sedikitpun.

[BL] BUKAN ANTAGONISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang