BUKAN ANTAGONIS 15

2.6K 361 29
                                    

Masih adakah yang menunggu cerita ini? Soalnya aku ngerasa ceritanya makin pusing aja ಥ_ಥ Aku yang buatpun gak tahu lagi...

.

bisa yu vote sama komennya, Menerima kritik dan saran! Asalkan tanpa menyinggung!-
Typo bertebaran/

Selamat membaca~

❥may



.
.
.






Hanzel termenung, saat ini ia tengah duduk menyender ditempat tidur, ini adalah tengah malam. Mungkin karena ia terlalu banyak tidur kemarin sekarang ia menjadi tak mengantuk lagi, untungnya Luck berada bersamanya sekarang, kalau tidak mungkin Hanzel akan mati kebosanan. Tetapi nyatanya ia tetap bosan padahal ada Luck didepannya...

"Tuan han, anda ingin saya bawakan sesuatu untuk di makan?" Luck bertanya, mengapa ia bisa berada disini? Itu karena ia tak sengaja melihat Hanzel yang mencoba untuk kabur dari kamarnya lagi. Ini sudah tengah malam dan bisa-bisanya tuannya itu ingin pergi keluar.

Luck akhirnya memutuskan untuk menemani Hanzel, kebetulan ia memang jarang tidur. Seraya menemani tuannya, ia sembari memeriksa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan wilayah kekuasaan yang di pegang oleh kakaknya yaitu Julian Katze. Ini bukan tugasnya, namun Luck sangat keras kepala ingin membantu Julian, lagi pula ia akan mengambil alih kekuasaan setelah ia memasuki usia kedewasaan, ia akan bersiap-siap dengan cara membantu Julian.

"Tidak mau, aku tidak lapar."

Hanzel menatap Luck cemberut, Luck tidak berbicara lagi setelah itu. ia sangat kesal karena sedari tadi Luck tidak mengajaknya ngobrol. Nasib Hanzel berada disekitar orang-orang yang irit kata dan ekspresi, ia yang selalu harus memulai percakapan.

Seperti sekarang, Luck tidak akan bicara apapun jika memang tidak perlu dan tidak ditanya.

Hah...
Hanzel menghembuskan nafasnya pasrah.

"Luck..."

"Hmn?" Luck bergumam sebagai jawaban tanpa menoleh.

"Kapan aku akan kembali ke akademi?" Hanzel bertanya.

Luck menggeleng kecil. "Kalau itu saya tidak tahu, anda dapat bertanya langsung pada tuan Zin jika soal itu."

Jawaban Luck semakin membuat Hanzel cemberut.

Sekarang mereka kembali bisu seribu bahasa, dan hanya terdengar beberapa kali bunyi kertas yang dibalik Luck.

Beberapa menit berlalu tanpa suara lagi, dan tiba-tiba Hanzel ingat Zink tadi memberikannya sebuah kotak kecil atau bisa di katakan itu sebuah hadiah?

Ia menggeledah lacinya, tak perlu memakan waktu lama ia akhirnya menemukan apa yang dicari.
Sebuah kotak dengan pita kecil berwarna merah diatasnya.

Tampilannya begitu sederhana, Hanzel membuka kotak kecil itu. Dan setelah membukanya ia terlihat bingung.

"Sebuah tindik?"

Ya, didalamnya adalah sepasang anting kecil permata merah yang bulat, bentuknya sangat sederhana namun itu terlihat sangat indah dimatanya. Belum lagi permata itu seakan-akan berkilauan.

Hanzel memegang salah satu telinganya, ia mempunyai banyak tindik ditelinga nya namun tak satupun dari mereka yang memiliki anting disana.

Ngomong-ngomong memang sejak kecil semua orang mau itu perempuan ataupun laki-laki akan di tindik, itu dikarenakan di dunia ini terdapat budaya untuk memakai anting untuk sekedar identitas klan.

[BL] BUKAN ANTAGONISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang