BUKAN ANTAGONIS 10

5.6K 748 57
                                    

bisa yu vote sama komennya, Menerima kritik dan saran! Asalkan tanpa menyinggung!-
Typo bertebaran/

Selamat membaca~

❥may

.
.
.

Hanzel terbangun dengan perasaan yang biasa, ia meraba seluruh bagian tubuhnya.
Lalu bernafas dengan lega.

"Hah... Tubuhku tak terasa sakit lagi..." Gumamnya lemah, ia merasa lega entah karena apa.

Hanzel melirik ke kiri dan ke kanan, ini kamarnya yang berada di mansion Horge. Kenapa dirinya ada disini?

Dan kenapa dirinya harus memeriksa tubuhnya? apa yang ia katakan tadi, tak sakit lagi? Hanzel tak ingat apa-apa selain dirinya yang tiba-tiba berada di hutan terlarang, ingatan dirinya yang bertemu dengan peri bernama Asser pun seakan tak pernah terjadi. Hanzel sekarang tak ingat apa-apa. Hanzel bingung.

Tenggorokannya terasa sangat kering, Hanzel terbatuk-batuk parah, ia berusaha untuk menuangkan air putih pada gelas yang berada didekat ranjangnya. Sayangnya karena batuknya yang terlalu parah dan juga karena dirinya masih lemas Hanzel malah menjatuhkan gelas yang terbuat dari kaca itu kebawah sampai suara pecah pun terdengar hingga keluar ruangannya, Hanzel sendiri juga terkejut karenanya.

Suara benda pecah terdengar ditelinga Zin yang sangat sensitif, ia berada tak jauh dari kamar Hanzel. Dengan gesit ia lalu segera berlari menuju kamar adik kesayangannya itu.

"Tuan Zin! Pekerjaan anda?!" Pelayan pribadi Zin berteriak cukup kencang. Zin berlaga tuli dengan teriakan itu, ia tak peduli dan tetap berlari. Sahara Berly, wanita cantik dengan manik natural garnet itu menahan amarahnya yang menggebu-gebu dikarenakan tuan tak bertanggungjawabnya itu. Bagaimana tidak ini sudah beberapa hari sejak tuannya itu tak melakukan pekerjaannya, dan malah membebankan semua tugasnya pada dirinya, ya pada Sahara! Jika bukan karena Zin adalah Tuannya, Sahara sudah mencincangnya hidup-hidup. Betapa menyebalkan nya.

Setelah pintu kamar terbuka bisa Zin lihat, pecahan kaca terlihat disekitar ranjang yang Hanzel tempati. Zin dengan gesit segera menyingkirkan pecahan-pecahan kaca itu dengan kekuatan es miliknya. Ia lalu menatap khawatir sekaligus lembut kearah Hanzel, Zin tertegun sejenak saat melihat tatapan Hanzel dengan sepasang netra Ruby-nya. Zin tersenyum. Hanzel terbatuk kembali, membuat Zin sadar dari lamunan pendeknya.

Zin lalu berjalan kearah Hanzel menuangkan segelas air untuknya. Ia membantu Hanzel untuk meneguk air putih itu. Setelah gelas itu kosong, Zin menyimpannya kembali. Ia lalu melap air yang tersisa di sekitar mulut Hanzel dengan sapu tangan miliknya. "Sekarang tak apa?" Zin bertanya, yang dibalas anggukan kecil oleh Hanzel.

Senyumnya semakin cerah kala dirinya tak sengaja melihat taring yang mirip seperti taring bayi harimau milik Hanzel. Hanzel menatap bingung kakaknya yang terlihat berseri-seri itu. Tak biasanya...

"Kak? Apa ada sesuatu yang bagus terjadi padamu hari ini? Kau terlihat sangat senang dan bahagia!" Hanzel bertanya dengan polos. Zin menyipitkan matanya seraya tersenyum.

"Hm? Yah kau benar Han aku tengah sangat bahagia, dan tentu saja yang membuat aku bahagia itu kau-" Zin menarik pelan pipi berisi milik Hanzel, ia lalu mengecupnya lama.

"Hah?" Hanzel cengo, wajahnya sangat menggemaskan. Ini kak Zin? Bukan jin tomangkan? Pikiran konyol segera menghinggapi Hanzel.

[BL] BUKAN ANTAGONISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang