"Hai pengantin baru. Cemberut aja sih lo."
Martha mendengus ketika ejekan dari Sharon sudah mendarat di kuping nya sepagi ini. Gadis itu meletakkan tas nya dan segera mengganti heels nya dengan sandal jepit lantas menuju dispenser untuk mengisi botol minumnya yang kosong.
"Pagi-pagi nggak usah bikin gue bad mood ya Shar." Gerutu Martha karena kesal dengan wajah penuh arti dari rekan kerjanya itu.
"Ya habisnya juga lo aneh, orang abis kawin bukannya sumringah malah cemberut. Ada apa gerangan sih bestie?"
Martha tidak menghiraukan ocehan Sharon karena ia tahu kalau ranah rumah tangga adalah ranah pribadi, sekalipun ia dan Sharon sudah berpartner cukup lama di tempat kerja mereka ini.
Hari ini Martha cukup taktis dalam bekerja, hingga menjelang makan siang, pekerjaannya nyaris selesai dalam tahap delapan puluh persen, membuatnya bisa dengan leluasa menghabiskan jatah istirahatnya.
"Girls, lo pada mau lunch di mana? Gue mau nyobain sate kere yang baru buka nih. Cabang dari Jogja katanya. Wanna join?"
Martha dan Sharon saling berpandangan sebelum menerima tawaran dari Jordy, salah satu rekan sedivisi mereka. Lokasi sate kere yang di maksud Jordy tidaklah jauh. Hanya butuh jalan kaki dua menit, dan mereka sampai, berjibaku mencari tempat kosong di antara banyaknya pekerja yang juga memutuskan makan siang di tempat ini.
"Lo mau pesen apa?"
"Ehm, biasanya sate kere tuh apa aja kondimennya?" Tanya Martha bingung karena belum pernah sekalipun mencicipi hidangan tersebut.
"Kalo di Jogja sih sate daging campur tetelan biasanya dimakan bareng lontong sama sayur lodeh tempe. Gimana?"
"Oh yaudah gue lengkap deh pake semua yang lo sebutin."
"Oke. Lo Shar, gimana?"
"Samain aja deh sama pesenan Martha. Soalnya gue belum pernah nyicip juga."
Jordy mengangguk dan segera memesan sesuai dengan request rekan-rekannya. Sembari menunggu, Martha lantas membuka-buka akun sosial media miliknya. Ia cukup terhibur dengan berbagai akun yang memposting tingkah lucu para kucing. Martha memanglah seorang pecinta kucing. Dulu, ia memiliki banyak kucing, namun entah kenapa kucing-kucing tersebut hilang dan tidak pernah kembali lagi. Dulu, ketika Yugo masih menjadi kekasihnya, lelaki itu pernah berniat membelikannya kucing ras, namun Martha masih trauma, takut kalau-kalau ia memang tidak pandai mengurus hewan peliharaan.
"Nih guys, pesenan kalian." Jordy kembali bersama penjual sate kere yang membawakan piring-piring berisi enam tusuk sate dan lontong beserta sayur lodeh tempe.
Mata Martha berbinar kala ia menyeruput kuah lodeh tempe dan menggigit sate yang berpadu apik dalam kunyahannya.
"Gimana? Enak?" Tanya Jordy penasaran ketika melihat ekspresi Martha yang langsung lahap memakan sate miliknya.
"Gue sih lumayan cocok lah. Yang gue kurang suka sih soalnya sate nya manis. Gue prefer ke sate padang daripada ini." Tutur Sharon mengeluarkan pendapatnya. Jordy mengangguk paham. Tidak heran sih, karena pada dasarnya, Sharon adalah gadis keturunan Palembang. Yang mana mayoritas cita rasa masakan di Palembang adalah asin gurih ketimbang manis.
"Kalo lo gimana Mar?"
"Gue suka banget." Ujarnya antusias. "Sate nya enak. Manis, tapi ada aroma rempahnya, apalagi ketumbarnya. Kuat banget dan bikin dagingnya wangi. Klop banget di makan bareng lodeh tempe nya yang pedes."
Jordy tersenyum lebar dan menyesap es jeruknya. "Berarti gue ada temennya nih kalo suatu saat pengen makan di sini lagi."
"Tenang Jor, gue doyan banget sama ini makanan. Kapan-kapan kalo mau lunch di sini, ajak-ajak gue ya."
"Siap kapten."
Ketiga nya lantas melanjutkan makan siang mereka sembari mengobrol ngalor ngidul. Membicarakan rencana hangout bersama, atau rencana Sharon yang hendak mencoba produk shampo baru yang review dari beauty vlogger booming nya luar biasa.
Martha masih serius mendengarkan obrolan Jordy dengan Sharon, bertepatan dengan dering ponselnya.
Yugo.
Martha menghela napas dan menggeser ikon merah, mengabaikan panggilan tersebut karena malas berdebat dengan suaminya. Namun Martha agaknya lupa kalau Yugo adalah sosok paling bertekad jika ia sedang menginginkan sesuatu. Itu terbukti dengan intens nya sang suami yang pantang menyerah sebelum telepon tersebut di angkat oleh Martha.
Jordy mengernyit ketika melihat Martha yang cukup heboh terus mereject panggilan masuk di ponselnya.
"Angkat aja sih Mar. Ganggu banget tau nggak."
Martha mendesah kesal, lalu pamit untuk melipir sejenak demi mengangkat telepon tersebut.
"Halo!" Sentak Martha ketus karena kesal dengan perilaku Yugo yang menyebalkan.
"Halo sayang, kamu di mana?"
Martha nyaris muntah ketika Yugo memanggilnya sayang. "Nggak penting sekarang aku ada di mana. Ada apa? Kamu tuh ya, bisa nggak sih nggak usah ngotot telepon terus kalo aku nggak angkat teleponnya?"
"My bad. Maafin aku ya? Aku cuma mau kasih tau ke kamu, Mama masuk rumah sakit."
Martha tak segera menukas. Ia cukup terkejut ketika mendengar kabar kalau Mama nya masuk ke rumah sakit.
"Kenapa? Kok kamu bisa tau?"
"Hipertensi nya kambuh. Tadi Mama telepon ke aku."
Lihat, sudah jelas kan bagaimana Mama nya semudah itu melempar harga dirinya dengan kotoran? Orang tua mana yang sedang kesusahan tapi justru menelpon orang lain ketimbang anaknya sendiri? Apa Mama nya ingin terlihat seperti orang tua yang teraniaya karena tidak dipedulikan oleh putrinya? Atau memang Mama sengaja ingin mendekatkan dirinya dengan Yugo lewat kabar yang lelaki itu sampaikan? Yang manapun, bagi Martha, semua itu tidaklah baik untuknya.
"Oh oke. Makasih info nya."
"That's it? Cuma itu responmu waktu tau Mama sakit?"
"Terus aku harus apa? Bukannya Mama udah kasih kabar ke anaknya?" Tekan Martha pada kata anaknya. "Mama nggak butuh aku. Karena di saat susah pun, yang dia ingat cuma kamu, kan? Kamu itu sudah seperti anak Mama sendiri, bahkan melebihi aku. Kalau dia memang benar Mamaku, dia akan menelponku, meminta bantuanku alih-alih menelpon kamu. Di sini kita bisa memastikan sendiri kan gimana sayang nya Mama sama kamu? Nggak heran kalau dia mengesampingkan kebahagiaanku asal bisa mengikat kamu untuk masuk ke keluargaku."
Martha tersenyum puas saat Yugo tak kuasa menukas. Lagipula, apa yang Martha ucapkan tentunya beralasan, bukan hanya sekedar opini tak berdasar. Mama nya bukan lagi sosok wanita yang menyayangi dan rela melakukan apapun demi kebahagiaan sang putri.
"Sudah nggak ada hal penting lagi, kan? Sampaikan salamku ke Mama. Kalau ada waktu, nanti aku bakal mampir. Tapi saranku, jangan menunggu. Siapa tau aku ada kepentingan lain yang lebih mendesak." Dengan itu Martha menutup teleponnya secara sepihak. Meninggalkan Yugo yang tengah terdiam di depan ruang rawat sang mertua.
BERSAMBUNG
WARNING!
Jadi di story kali ini, sosok Martha itu bukanlah sosok yang manis lemah lembut ya dears. Jadi mohoooon banget di maklumkan sama sikapnya yang ga berperasaan ke Mama nya sendiri. Skip aja misal kalian nggak nyaman ya. Karena setiap orang itu beda2 cara menyikapi rasa sakit mereka. Jadi lebih baik aku ngomong duluan sebelum nanti ada yg hujat aku karena Martha durhaka dsb. Ini fiksi kok dears, jadi jangan di ambil pusing ya😂 aku lagi mengupayakan sering update sebelum masuk semester untuk skripsi. Jadi doakan supaya ide nya selalu muncul ya
25 November 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Engkau Menyapa
ChickLitMartha tak pernah sekalipun menduga kalau ia akan kembali di persatukan oleh sang mantan brengsek yang dulu pernah menorehkan luka mendalam di hatinya. Dan parahnya, kali ini ia harus bertahan dalam status pernikahan, bersama si lelaki pengkhianat y...