Larissa menelan ludahnya susah payah ketika Martha mengungkapkan apa yang perempuan itu ketahui tentang dirinya dan juga sang putra. Sesungguhnya, Larissa sama sekali tak menyangka kalau Martha akan tahu secepat ini mengenai hubungannya dengan Yugo. Dan saat ini, ia sangat ketakutan sekaligus bingung harus apa.
"Mbak nggak perlu kaget. Saya justru mau bilang terima kasih karena chat dari Mbak tempo hari bisa membongkar kebusukan lelaki yang bernama Yugo itu. Dan saya juga sekaligus mau minta maaf sama Mbak karena saya tanpa sadar sudah merebut hak Mbak sebagai seorang istri. Saya benar-benar menyesal, Mbak. Kalau aja saya tau dari awal dia sudah menikahi Mbak, sampe mati juga saya bakal menolak pernikahan gila ini."
Larissa mengerjap tak percaya. Tunggu tunggu...ini bukankah artinya Martha justru mendukung dirinya alih-alih marah dan bahkan membunuhnya sekalipun karena menyembunyikan status pernikahan mereka?
"Mbak...tapi...tapi...harusnya Mbak kan marah sama saya." Cicit Larissa tak paham dengan pola pikir Martha.
Martha tahu kalau orang waras pasti akan marah dengan Larissa karena fakta yang ada, namun karena Martha bukan lagi wanita yang waras, ia lebih memilih tak menghiraukan Larissa dan melimpahkan semua kesalahannya pada Yugo. Yugo akan selalu bersalah, apapun yang lelaki itu lakukan.
"Kalo orang waras, emang seharusnya marah ke Mbak dan juga Yugo karena sebagai sesama perempuan, bisa-bisanya Mbak dengan mudahnya malah merelakan suami Mbak buat nikah lagi sama perempuan lain. Tapi berhubung saya ini perempuan gila, jadi saya limpahkan semua kesalahan sama Yugo, laki-laki brengsek itu." Tuturnya tajam sembari menggerutukkan gigi menahan amarah. Larissa dibuat ciut dengan aura intimidasi Martha. Padahal kalau sekali lihat, Martha seharusnya adalah seorang gadis yang lemah lembut dan ceria, menilik dari bagaimana lembutnya wajah Martha. Namun ternyata ia salah. Martha adalah sosok perempuan tangguh nan tegas yang enggan dipermainkan oleh lelaki.
"Jangan salahin Mas Yugo, Mbak. Dia...dia nggak bersalah. Ini semua salah saya. Kalo aja dulu saya...."
Ucapan Larissa terhenti karena dering ponsel milik Martha, menampilkan nama Yugo sebagai si pemanggil. Dengan senyuman miring, Martha menggeser ikon berwarna hijau dan mengaktifkan mode loudspeaker.
"God, Martha! Akhirnya kamu angkat juga. Where are you? Aku nyariin kamu dan nunggu kamu di kantor, tapi temen cowok kamu yang kemaren kita temenin beli gunpla bilang kamu udah pulang sebelum jam kerja habis. Please Mar, kamu di mana sekarang? Are you okay?"
Martha mendengus pelan, lain hal nya dengan Larissa yang sudah menunduk dengan wajah sendu. Menyadari kalau Yugo begitu perhatian dan cemas akan keberadaan Martha.
"Aku dirumah seseorang sekarang. Kamu mau jemput aku?" Tanyanya menyeringai.
"Of course! Shareloc alamatnya, sekarang. Aku bakal kesana buat jemput kamu."
"Nggak perlu shareloc, kamu dateng aja ke Jalan Nirwana nomer 344E." Ujarnya dengan seringaian makin lebar. Yugo sama sekali tak bersuara, dan Martha tahu kalau lelaki itu pasti terkejut karena tak asing dengan alamat itu. Alamat siapa lagi kalau bukan alamat rumah milik Larissa?
"Kamu...kamu kenapa bisa..."
"Kenapa, sayang? Katanya mau jemput? Kok nggak segera berangkat hm?" Tanya Martha dengan lagak merengek manja, sangat puas karena berhasil menampar balik laki-laki bajingan itu.
"Kamu...kamu pulang sendiri aja. Aku tunggu..."
"Aku nggak akan pulang kalo kamu nggak jemput. Dan aku juga nggak mau kalo kamu kirim taksi ke alamat tadi. Aku bakal tunggu di sini sampe kamu dateng." Tegas Martha sembari menutup telepon secara sepihak. Ia mendengus kesal dan kembali mengarahkan fokusnya pada sosok Larissa yang sedang melongo menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Engkau Menyapa
ChickLitMartha tak pernah sekalipun menduga kalau ia akan kembali di persatukan oleh sang mantan brengsek yang dulu pernah menorehkan luka mendalam di hatinya. Dan parahnya, kali ini ia harus bertahan dalam status pernikahan, bersama si lelaki pengkhianat y...