🌸15🌸

6K 602 26
                                    

Sebelum jam kerja usai, Martha terlebih dahulu meninggalkan kantor karena tidak ingin sampai bertemu dengan Yugo. Tidak selama ia belum mendengar sendiri klarifikasi dari orangtua dan juga mertua nya tentang status pernikahan antara Yugo dengan Larissa.

"Mar, lo mau pulang sekarang?" Jordy mengernyit saat menyadari kalau teman kerjanya itu sudah berbenah meja, bahkan disaat jam pulang kerja masih dua jam mendatang. Martha menatap Jordy dan mengangguk.

"Iya, gue udah izin kok sama Pak Daru."

"Tunggu, gue izin bentar sama Pak Daru buat anterin lo balik." Dengan cekatan Jordy mengubah mode laptopnya menjadi mode sleep, sebelum Martha dengan cepat mencegah niat baik teman kerjanya itu.

"Eh nggak usah, Jor. Gue bisa sendiri kok."

"Ck, nanti kalo lo tepar di jalan, yang ada gue sama Jordy yang susah, Marthaaa." Serobot Sharon gondok kendati matanya tak lepas dari layar laptop. "Kan gue udah bilang tadi kalo baliknya lo bakal dianter Jordy. Kenapa sekarang malah mau pulang duluan? Daritadi gue nyuruh lo balik sampe mulut gue berbusa, ehh nih anak malah sekarang mau balik disaat jam kerja belum abis."

Martha tersenyum tak enak karena gerutuan Sharon. "Sorry banget Sha, gue ada urusan mendadak. Nggak bisa ditunda soalnya. Kalo bisa, gue pasti nunda kok."

"Jadi beneran nih nggak perlu dianterin gue?" Martha menoleh dan menatap Jordy sebelum menggeleng.

"Nggak perlu, Jor. Nggak mungkin juga kan lo nganter gue sedangkan gue ada urusan mendadak diluar urusan kerja." Jelasnya memberi pengertian. Jordy paham dan segera tersenyum maklum.

"Oke, tapi begitu sedikit aja lo ngerasa nggak enak badan pas di jalan, lo telpon gue ya. Biar gue susulin lo"

Martha bersyukur meskipun ia tak begitu dekat dengan Jordy maupun Sharon, namun kedua orang itu justru sangat pengertian dan perhatian pada dirinya. Mungkin ke depannya, Martha perlu mempertimbangkan untuk berbenah diri dan mulai mencoba akrab dengan teman sedivisinya itu.

"Oke. Gue pasti kabarin lo berdua kalo ada apa-apa. Sekarang gue mesti pergi dulu. Bye guys." Pamit Martha sembari melambaikan tangan dan segera menuju lift. Di dalam lift, perempuan itu menyempatkan diri untuk memesan taksi online yang akan membawanya ke rumah Papa dan Mama. Hanya perlu menunggu sekitar lima menit, Martha akhirnya sudah duduk manis di dalam mobil dan menikmati jalanan yang masih cukup lengang karena belum memasuki jam pulang kerja yang akan dipadati oleh ribuan pekerja setelah seharian mengumpulkan pundi-pundi rupiah.

Martha sampai di rumah kedua orangtuanya tak sampai satu jam kemudian. Ia lantas membayar taksi tersebut dan mengucapkan terima kasih. Kakinya dengan langkah lebar membawanya memasuki hunian yang menjadi saksi bisu tumbuh kembang dirinya sejak masih di dalam kandungan.

"Lho, non Martha? Kok ndak ngabar-ngabarin kalo mau pulang? Simbok kan bisa masakin non makanan kalo non ngabarin dulu." Martha menggeleng dan tersenyum tipis.

"Nggak usah repot-repot, Mbok. Saya kesini cuma mau ketemu Papa Mama. Mereka ada?"

"Anu non, yang ada cuma Nyonya. Tuan lagi pergi main golf sama Pak Januardi." Martha mendengus. Sayang sekali kedua orang tua nya tidak sedang berkumpul bersama. Namun tidak masalah juga. Toh lewat Mama, info apapun akan tetap sampai ke telinga Papa juga. Jadi sama saja.

"Mama di mana Mbok?"

"Nyonya ada di paviliun belakang non. Lagi panen ubi rambat." Setelah mengucapkan terima kasih, Martha lantas segera mendatangi paviliun belakang yang memang dikhususkan untuk tanaman-tanaman hasil budidaya Mama. Ada ubi rambat, jeruk purut, sereh, pandan dan masih banyak lagi.

Kala Engkau MenyapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang