Sharon nyaris menjatuhkan rahang nya ketika menemukan Martha yang kini berdiri di depan pintu kos tempatnya tinggal. Dengan keadaan yang cukup memprihatinkan, kalau ia boleh menambahkan. Mata gadis itu bengkak dan sembab, serta rambut yang lepek dan wajah kuyu tanpa semangat.
"Mar? Are you okay?" Tanya Sharon panik. Ia segera menyilakan Martha untuk masuk ke dalam selagi ia membuatkan minuman hangat.
Martha tahu harusnya ia tidak datang ke tempat Sharon. Gadis itu memang baik, namun Martha yang selama ini tidak terlalu berbaur dengan Sharon harusnya menghentikan niatnya menumpang semalam di rumah rekan kerjanya ini. Namun sayang nya, Martha sedang tak ingin terlihat mengenaskan dengan check in ke hotel dalam keadaan super kacau seperti ini. Setidaknya, ia bisa memiliki teman untuk menghibur kesedihan hatinya ketimbang merana sendirian di kamar hotel.
"Gue cuma ada teh hijau aja. Is it okay?"
Martha tersenyum dan mengangguk. "More than enough. Makasih Sha. Sorry gue gangguin lo malem-malem."
"Nah. Lo nggak pernah ngerepotin." Netra Sharon lantas menatap keseluruhan tubuh Martha secara seksama. "Lo mandi ya? Pake baju gue aja nggak apa-apa. Lo nggak bawa baju ganti juga, kan?"
Martha tahu keadaannya memang mengenaskan, maka dari itu ia menerima tawaran dari Sharon untuk bersih-bersih diri sekaligus menyegarkan pikiran.
Sharon membimbingnya menuju ke kamar mandi dan meninggalkan Martha untuk menenangkan diri selagi mandi. Keputusan Martha untuk datang ke tempat Sharon agaknya bukan keputusan yang keliru. Sharon rekan yang baik dan pengertian. Dan di sini, ia bisa sedikit menenangkan diri setelah melewati hari yang super berat.
Martha menghabiskan waktu nyaris setengah jam untuk mandi dan berdiam diri di kamar mandi. Ia keluar dengan kimono yang melilit tubuhnya, menemukan Sharon yang sedang mengeluarkan makanan. Sepertinya gadis itu memesan delivery dari resto terdekat.
Sharon tersenyum. "Bajunya di atas kasur. Pake piyama nggak apa-apa, kan? Gue ada dalaman juga. Masih baru kok, belum pernah kepake. Lo bisa pake itu dulu sementara."
"Thanks, Sha. Gue ngerepotin lo banget." Ujarnya lirih. Martha segera berganti pakaian tanpa repot masuk ke dalam kamar mandi lagi. Ia sudah terlampau lelah dan juga tak peduli. Toh Sharon juga perempuan. Sama-sama memiliki payudara dan vagina juga.
"Sini Mar. Kita makan dulu. Lo belum makan kan? Gue pesen kwetiau, sup wonton sama kwecap."
Martha ikut mendudukkan diri di lantai yang di hadapannya terdapat meja kecil yang sepertinya memang khusus untuk dijadikan meja makan oleh Sharon. "Gue sebenernya nggak laper, Sha."
"No! Lo harus makan. Lo tau kan kalo dengan kita bernapas aja kita bisa dehidrasi dan lemes, apalagi lo sampe nangis gitu. Selain dehidrasi, lo juga butuh energi. Nangis itu butuh effort, tau!" Dengan sedikit memaksa, Sharon mengulurkan sendok dan menggenggamkannya ke tangan Martha. "Lo nggak makan, gue nggak izinin lo nginep di sini."
Napas berat terhembus dari bibir Martha. Namun ia terpaksa menurut pada Sharon. Rupanya ia baru sadar kalau perutnya lapar setelah mencicip kuah kwecap yang gurih. Menangisi nasibnya karena perbuatan bejat Yugo memang sangat menguras energi, lahir dan batin.
"Enak, kan? Ini langganan gue. Harga kaki lima, rasa bintang lima. Coba deh sup wonton nya. Ada minyak cabe nya juga kalo lo mau pedes." Martha menyendok sup wonton setelah memberi sedikit minyak cabe. Dan ia sangat suka. Makanan pesanan Sharon semuanya hangat dan nyaris berkuah kecuali kwetiau goreng nya. Dan itu memberi efek hangat ke tubuh Martha yang berkeringat dingin seharian.
"Tasty. Bikin badan anget." Sharon tersenyum senang karena Martha cocok dengan makanan pesanannya. Kedua perempuan itu lantas meneruskan kegiatan makannya dalam diam hingga tandas secara keseluruhan dalam waktu tiga puluh menit.
"Better?" Martha mengangguk ketika mereka sama-sama duduk di balkon kos milik Sharon. Menikmati embusan angin malam yang membelai kulit mereka.
"Thanks to you. Gue nggak tau jadi apa kalo nggak dateng ke sini."
"Gue seneng dengernya. Lo selalu bisa dateng ke gue, ataupun ke Jordy kalo lo butuh teman." Martha tersenyum tipis dan mengangguk penuh rasa terima kasih. Mereka kembali terdiam. Sharon sesungguhnya sangat penasaran dengan alasan dibalik kesedihan Martha. Namun ia tak ingin membuat Martha tak nyaman dengan menanyakan hal-hal yang berbau privasi.
"Lo pasti bertanya-tanya kan kenapa gue semengenaskan ini?" Martha menoleh dan memandang Sharon dengan perih. Sharon sendiri hanya bisa terdiam karena menyadari betul bagaimana kacaunya Martha.
"Gue emang penasaran, tapi gue nggak akan maksa lo cerita kalo itu bikin lo nggak nyaman. Semua orang berhak sama privasi mereka. Dan asalkan lo bisa nyaman dan nemuin ketenangan di sini, gue nggak akan menanyakan apapun alasan dibalik itu semua."
Martha menunduk. Ia sangat berterima kasih dengan kesediaan Sharon yang mengutamakan kenyamanannya di atas segalanya. Martha jadi merasa berdosa karena selama ini tidak bisa mendekatkan diri pada Sharon. Ia hanya terlalu menutup diri sejak kejadian pahit di masa lalu. Dan baru sadar kalau teman itu akan sangat kita butuhkan ke depannya dan saat-saat terpuruk seperti ini.
"Gue minta maaf Sha ke lo." Ujarnya tulus. "Selama ini gue kaya selalu menjaga jarak. Dari lo, dari Jordy. Padahal kalian udah baik banget sama gue."
Sharon terkekeh pelan. "Lo pasti punya alasan kenapa lo sampe jaga jarak dari kita, Mar. Dan gue menghargai apapun alasan dibaliknya. Lo mau dateng ke kosan gue aja gue udah bahagia banget. Itu artinya lo udah mulai anggep gue seseorang penting karena alam bawah sadar lo kepikiran gue di saat lo lagi susah gini."
Martha ikut terkekeh. "Kesannya gue jadi kaya jahat banget ya. Nyariin lo pas lagi susah aja. Tapi sebenernya, gue nggak gitu, Sha. Gue emang agak susah berteman aja."
Sharon mengangguk paham. "Kenapa nggak pulang ke rumah aja? Nyokap bokap lo gimana?" Dan Sharon tahu kalau mulutnya sudah salah berucap. Senyum yang tadi sempat terukir di wajah lembut Martha kini lenyap tak bersisa. Hanya ada raut getir yang bercampur dengan murka di sana.
"Mereka udah mati, Sha. Gue sendirian." Rasanya, kalimat 'mati' yang terucap dari bibir Martha hanyalah sebuah kiasan belaka. Tidak mungkin seorang anak berucap kematian tentang orangtuanya dengan raut murka alih-alih kesedihan. Dan Sharon paham, Martha memiliki konflik dengan keluarganya.
"Gue minta maaf Mar. Gue nggak seharusnya nanya lancang kaya gitu." Sesalnya kemudian. "Simpen aja rahasia lo. Gue beneran minta maaf karena nggak peka dan malah nanyain hal itu ke lo."
Bibir Martha tersenyum tipis. "No need, Sha. Gue seharusnya emang punya seseorang yang tau gimana dan kaya apa hidup gue. Dan gue rasa, lo adalah orang yang tepat."
Sharon membelalak. "No. Lo nggak perlu terpaksa cerita apapun ke gue Mar. Gue akan dengan sangat terbuka nerima lo disaat lo lagi ada masalah, tapi lo nggak perlu cerita privasi lo ke gue. Really."
Martha menatap Sharon dengan perasaan bersalah. Kemana saja ia selama ini hingga mengacuhkan seorang gadis yang memiliki ketulusan sebesar ini? Rasanya sudah lama ia tidak memiliki orang yang begitu perhatian padanya. Hanya ada kumpulan orang egois yang akan dengan senang hati memutuskan jalan hidupnya. Martha rasa, inilah saatnya ia membuka lembaran baru. Memulai berteman dan membahagiakan dirinya sendiri setelah selama ini selalu terbelenggu dalam dendam tak berkesudahan. Ia berhak memiliki kehidupan yang bahagia, dan ia sudah tak lagi ingin peduli pada mereka. Pada keluarganya, pada Yugo, dan pada keluarga lelaki itu. It's done
TBC
Yukyukkkk bisa banget beli akses cepat nya seharga 40k, sudah lengkap sampai tamat dan tambahan 8 ekstra chapter juga.
Oh iya, dalam menyambut idul fitri, ada diskon yang mau aku kasih nih buat kalian semua yang berminat.
Ada 6 total novel pdf yg ready (epiphany, hello darling(sequel epiphany), hello goodbye, short story collection, hitam putih, dan juga kala engkau menyapa)seharga 240k, aku kasih diskon jadi 180k untuk 6 novel!!! Murah banget kan? Rata2 per novel hanya jadi 30k aja!
Yuk semua, yang berminat, bisa hubungi ke no whatsapp 083103526681 untuk info pembelian paket novelet ataupun hanya kala engkau menyapa. Opsi pembayaran bisa melalui tf ke rekening bca, dana, gopay, maupun shopeepay. Yuk segera di order bagi yg berminat🤗
240422
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Engkau Menyapa
ChickLitMartha tak pernah sekalipun menduga kalau ia akan kembali di persatukan oleh sang mantan brengsek yang dulu pernah menorehkan luka mendalam di hatinya. Dan parahnya, kali ini ia harus bertahan dalam status pernikahan, bersama si lelaki pengkhianat y...