🌸10🌸

5.7K 559 26
                                    

Jordy memainkan ponsel nya dengan tegang karena menyadari atmosfer diantara Martha dan juga sang suami tampak tidak baik-baik saja. Sudah sejak mereka berpisah demi berburu gunpla tadi lah ia menyadari kalau sepertinya, hubungan antara Martha dan suami tidak seharmonis yang ia kira.

Ketiganya saat ini sedang berada di foodcourt, memesan nasi goreng dan capcay untuk menu makan siang mereka yang cukup terlambat. Awalnya sih Martha lebih tertarik mampir ke kedai kebab ketimbang makan makanan berat seperti di Sola*ia saat ini, namun suaminya terlihat seperti hendak memakan orang dan tak mau dibantah, oleh karena itulah akhirnya Jordy dan Martha menurut untuk menghabiskan waktu makan siang mereka di tempat ini.

"Emm, makasih ya Mar, Pak, udah mau repot nemenin saya nyari gunpla." Ucap Jordy tulus.

"Sebenernya saya ikut juga karena Martha. Nggak mungkin saya biarin istri saya berduaan sama laki-laki lain yang bukan saudaranya, kan?"

Glek.

Jordy menelan ludah susah payah. Luar biasa suami Martha ini. Sudah terlihat kaku, kalau berbicara juga ketus. Benar-benar mirip perempuan yang sedang PMS.

Jordy nyengir salah tingkah. "Ambil sisi positifnya aja, Pak. Dengan ikut nemenin saya, Bapak juga dapat gunpla nya. Buat koleksi pribadi, Pak?"

"Bukan, itu nanti buat anaknya laki gue." Ini bukan Yugo. Tapi Martha yang dengan enteng nya berbicara seperti itu tanpa dosa. Mengabaikan raut kaget Jordy serta raut menahan amarah dari Yugo.

"Mar hahaha ngawur lo ah. Candaan lo nggak lucu. Garing, sumpah."

"Gue nggak ngelucu kok. Emang bener kan, sayang?" Tanya Martha dengan senyum yang penuh makna, dan hanya Tuhan lah yang sepertinya tahu apa makna dibalik senyuman dan panggilan sayang itu.

Yugo menatap penuh amarah pada istrinya. Ia meneguk teh pesanannya dan segera menarik tangan Martha untuk ikut beranjak. "Saya duluan." Pamitnya ketus pada Jordy, meninggalkan lelaki itu dengan menggeret Martha yang ada dalam genggamannya.

"Ck, lepas. Apaan sih pake seret-seret kaya gini? Emang kamu pikir aku anjing hah?" Geram Martha yang tak lelah mencoba menepis cekalan Yugo di pergelangan tangannya. Namun Yugo seolah tuli. Ia terus menyeret Martha hingga mereka memasuki mobil yang terparkir rapi di basement. Yugo segera mengunci sentral mobil tersebut, berniat mengajak Martha berbicara serius kali ini.

"Kamu keterlaluan, Martha." Desis Yugo berang. "Apa wajar kamu berkata kaya gitu di depan temen kamu? Buka aib rumah tangga kita sama laki-laki yang bahkan bukan keluarga kandungmu? Kamu sadar nggak? Kamu mempermalukan diri kamu sendiri! Kamu seolah menegaskan kalo suami kamu itu bukan laki-laki bertanggung jawab bahkan setelah menikahi kamu!"

"Kamu emang seperti itu kan? Nggak bertanggung jawab. Jadi, salahku di mana? Karena cerita ke temenku? Hal itu biasa, Yugo. Aku hidup di tengah orang-orang gila yang selalu ngerasa kalo diri mereka lah yang maha benar. Dan aku butuh seseorang yang waras yang bisa bantu aku buat terus hidup di tengah kegilaan kalian."

Yugo terperangah, tak menyangka kalau Martha justru mengeluarkan uneg-uneg nya tentang beban berat gadis itu. "Martha, kamu salah menilai. Maksud orang-orang itu bukan selalu maha benar ataupun menyalahkan kamu, tapi mereka cuma ingin kamu kembali realistis dan logis."

Martha tersenyum pahit. "Tau apa sih kamu sama kehidupanku? Kamu aja lari, pergi ninggalin aku. Up and down nya hidupku, mana pernah jadi pedulimu."

Yugo mendesah lelah. "Martha, please, jangan ungkit hal itu lagi. Kapan kita bisa maju kalo kamu selalu aja ungkit masa lalu akan kesalahanku? Semua orang pernah berbuat salah, begitupun aku. Dan semua berhak dapat kesempatan kedua."

"Aku nggak bisa hilangin sakit hati ini, Yugo. Terlebih sekarang aku tau kamu punya keluarga lain setelah menikahi aku." Mata Martha berkaca-kaca. "Aku semakin ngerasa kalo semua di dunia ini bahagia liat aku menderita." Cekatnya berusaha menahan derai kesedihan yang merongrong batinnya. "Kenapa kamu harus mempertahankan rumah tangga ini kalo kamu udah punya keluarga yang lengkap dan utuh? Kenapa kamu nggak pernah capek nyiksa batinku, Yugo?"

Yugo tak kuasa menatap kesedihan di netra Martha yang memerah. Lelaki itu menghela napas dan meraih tubuh Martha untuk masuk ke dalam dekapannya. "Maaf kalo aku terkesan kaya menyiksa kamu, Mar. Tapi aku ngelakuin ini semua karena aku nggak mau kehilangan kamu lagi. Udah cukup dulu aku bertindak bodoh dengan bertanggung..."

Martha mendongak, menatap sedih Yugo yang enggan melanjutkan ucapannya. "Kenapa berhenti? Apa kamu masih keberatan buat jujur sama aku?"

Yugo menyatukan kening mereka dan menarik napas berat. "Not now. Tolong, kasih aku waktu. Semua ini nggak sesimpel itu, Mar. Ada perasaan orang lainyang harus aku..."

"Dan itu artinya perasaanku nggak penting, kan?" Kekeh Martha pahit. "Aku paham sekarang, Yugo." Angguknya paham. "Sekarang aku bakal lebih belajar buat sadar diri, karena mau sebenar apapun aku di masa lalu, bagimu, perasaan perempuan itu jauh lebih penting ketimbang aku. Nggak masalah sih." Kekeh Martha getir. "Toh aku udah terbiasa selalu dikesampingkan. Karena mungkin itu emang udah takdirku. Diremehkan dan nggak dianggap, sama siapapun."

BERSAMBUNG

Longtime no see guys. Adakah yang masih nungguin Martha Yugo?? Jujur, bikin kisah ini tuh ga seberat now and forever, tapi entah kenapa buat menuangkan ke dalam rangkaian kata itu lumayan sulit menurutku. Makanya sampe skrg baru dapet 10 chapter😩 maafin ya semuanyaaa🙏

Oh iya, buat yang mau ikut akses cepat nya ceritaku yg berjudul hitam dan putih, kalian bisa banget lho hubungi ke no wa 083103526681. Sekarang, akses cepat hitam dan putih udah sampe part 25. Dan ada promo menarik juga.

PAKET 1
AKSES CEPAT HITAM PUTIH + EPIPHANY 65K

PAKET 2
AKSES CEPAT HITAM PUTIH + HELLO DARLING 65K

PAKET 3
AKSES CEPAT HITAM PUTIH + HELLO GOODBYE 80K

PAKET 4
AKSES CEPAT HITAM PUTIH + SHORT STORY COLLECTION 75K

PROMO SAMPAI TANGGAL 21 FEBRUARI AJA YA. YUK BELI SEKARANG🤗

190222

Kala Engkau MenyapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang