Cerita Keenam

2.4K 252 5
                                    

"Mama,,," Taya menggedor pintu kamar orang tuanya dengan keras, pagi sekali Taya sudah bangun.

Adzan subuh saja belum berkumandang, Taya sudah terbangun dengan sendirinya. Bocah gembul itu tak ingin tidur lagi, ia ingin men

Tok tok

Tok tok

"Mama, buka ndak? Mama..." Taya masih heboh menggedor pintu kamar orang tuanya.

"Mama, Ayah, Mama, Ayah..." panggilnya lagi untuk kesekian kali. Taya tak mau menyerah sampai pintu kamar orang tuanya.

Tak berapa lama Taya bisa mendengar suara pintu terbuka, Taya bisa melihat ayahnya dengan tampilan yang tak keren sama sekali membuka pintu. Dengan semangat menggebu Taya mengekori ayahnya masuk, Taya mau tidur dengan mama.

"Abang kok sudah bangun?"

Byakta membantu putranya naik ke atas tempat tidur, membiarkan Taya mengambil alih sisi tengah antara mama dan ayahnya.

"Taya bangun sendili, pelgi kamal Ayah sama Mama."

Tangan usil Taya tak diam, ia mengusap-usap wajah ayahnya gemas. Tak bisa dibilang mengusap juga karena tak ada lembut-lembutnya.

"Abang, tangannya jangan usil ah. Ayo bobo lagi, ini belum subuh. Belum adzan subuh."

Byakta memeluk putranya gemas, Taya kalau diam begini menggemaskan.

"Ayah ndak kelja?"

Sejujurnya Taya tak ingin tidur lagi, Taya ingin main saja. Tapi mama sama ayahnya masih tidur.

"Kerja dong, nanti yah. Sekarang masih malam. Bobo lagi yah." Bujuk Byakta sambal mendekap putranya.

Taya bergerak tak nyaman dengan dekapan ayahnya.

"Tapi ada ngaji-ngaji masjid sana Ayah. Masjid yuk."

Taya duduk dengan semangat, tak ada tanda-tanda mengantuk sama sekali. Bocah gembul itu menarik selimut ayahnya dengan sekuat tenaga.

"Mama bangun,, masjid ngaji sana."

Tak puas membangunkan ayahnya saja, Taya dengan semangat mengguncang lengan mamanya agar terbangun juga.

"Ayah,,,," pekiknya gemas.

Sejujurnya Taya merasa sepi karena orang tuanya masih mengantuk, Taya mau main.

"Belum adzan Bang, masih ada waktu 30 menit lagi. Sebentar yah, nanti kita ke masjid." bujuk Byakta tak berenergi sama sekali.

Byakta masih mengantuk, namun Taya yang terus mengoceh sedari dengan energi yang penuh.

"Mamaaaaaa...."panggilnya untuk kesekian kalinya.

"Abang tidur lagi yuk Nak." Baheera pada akhirnya tak bisa tidur lagi, sejak putranya masuk ke kamar mereka ia sudah menyadarinya. Namun membiarkan ayahnya saja mengambil alih bocah gembul itu.

Pada akhirnya Baheera tak bisa mengabaikan nada rengekan putra gembulnya itu. Belum lagi tangannya yang tak tinggal diam menarik selimut orang tuanya.

"Mau ke masjid sana Mama. Ada olang ngaji..."

"Ayo cuci muka sama sikat gigi dulu. Kita rapikan dulu tempat tidur Abang baru ke masjid sama Ayah."

Pada akhirnya Baheera bergerak turun, menuruti keinginan Taya. Satu sisi, Baheera dan Byakta seharusnya bersyukur karena putra gembul mereka terbangun terlebih dahulu dan mengajak ke masjid. Namun disisi lain, Baheera bisa memahami rasa lelah suaminya.

Tidak apa-apa. Sebagai orang tua, mereka harus memberikan contoh yang baik bagi putra mereka.

Byakta yang menyadari istrinya sudah mengambil alih situasi mau tak mau terbangun juga. Segera mandi dan berangkat ke masjid bersama putra gembulnya. Masih cukup waktu untuk bersiap-siap.

"Ayah ke masjid sana?" Tanyanya memastikan begitu melihat ayahnya duduk dengan muka mengantuk.

"Iya, Ayah siap-siap dulu. Abang sama Mama yah, rapikan dulu tempat tidurnya yah. Biar nanti enak kalau mau dipakai lagi."

Taya mengangguk dengan antusias, bocah gembul itu mengekori mamanya menuju kamarnya sendiri yang ia biarkan terbuka tadi.

"Abang tadi bangun sendiri yah, hebat yah nggak takut. Terus nggak nangis lagi." Baheera memberikan pujian kepada putra gembulnya itu.

"Huuh, bangun ndak nangis Mama. Taya tok tok pintu kamal Mama sama Ayah. Ayah bukain, Mama tidul."

Taya terlihat sangat bersemangat sekali, membantu mamanya merapikan kamar dengan senang. Mau juga di minta tolong untuk menyapu kasur dengan sapu lidi.

Setelah kamarnya rapi, Baheera membantu Taya untuk sikat gigi dan mencuci wajahnya. Mengantisipasi kebiasaan Taya bermain air. Kemudian menggantikan pakaiannya dengan gamis mungil yang pas dengan tubuhnya.

Taya siap sholat ke masjid bersama ayahnya.

Nataya and DinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang