Cerita Ketujuh Belas

2K 251 8
                                    

"Bang ayo bobo lah, ini sudah jam sembilan loh. Besok nggak bisa bangun pagi loh kamu."

Baheera gemas sekali dengan putra gembulnya, sudah malam tak ada niat dan keinginan untuk segera tidur.

Makin malam malah terlihat semakin segar.

"Mama saja bobo, Taya mau main ini."

Taya tahu sebenarnya jika sekarang sudah waktunya ia tidur, namun lego yang ia susun belum selesai. Taya sedang terobsesi membangun gedung dengan lego miliknya.

"Lanjut besok."

Baheera dan Byakta menerapkan peraturan mengenai jadwal tidur, dan itu sudah lama. Taya sudah tahu, namun tidak selamanya itu lancar dan sesuai harapan. Buktinya sekarang Taya tak ada keinginan untuk menuruti mamanya.

"Tidy up yuk. Mainan legonya boleh simpan, nggak usah dibongkar, besok Abang lanjut lagi."

Sejujurnya Baheera kagum dengan keuletan Taya, dia begitu telaten menyusun legonya. Walaupun terkadang sering salah pasang, namun ketika tidak cocok ia bisa segera menemukan solusinya. Selain itu terkadang Baheera membiarkan Taya menonton video tutorialnya.

Kalau ayahnya jangan ditanya, ia sudah mencobanya terlebih dahulu. Sudah bisa.

"Ndak hilang Mama?"

Taya cemas, tiba-tiba besok pagi mainannya sudah rapi dan ia harus menyusun ulang.

"Nggak kok, tapi Abang tidy up mainan Dinonya."

"Ayo Mama, nanti hilang kan?" ajaknya mulai merapikan mainan lainnya.

"Iya nanti Dino Abang hilang kalau tidak dirapikan."

Baheera pernah menyembunyikan mainan putranya karena tak mau merapikan mainan miliknya. Tentu saja bocah gembul itu menangis dan mencarinya, namun Taya perlu belajar untuk menjaga miliknya, merapikan, dan bertanggungjawab.

Memang tak mudah dan selamanya lancar, namun jika diajarkan sedari dini akan lebih mudah kedepannya.

Itu harapan yang sedang diupayahan oleh orangtua Taya.

"Bobo sama Ayah." pintanya disela-sela merapikan mainan miliknya.

Taya lebih senang mendengarkan cerita pengantar tidur dari ayahnya daripada dengan mama.

"Iya sama Ayah kok."

Selama ayahnya pulang cepat, tugas menidurkan Taya memang bersama ayahnya. Namun jika lembur yah mau tak mau bersama mamanya.

"Lego Taya Mama?"

Taya masih khawatir dengan mainannya.

"Ayo kita rapiin dulu, ini simpan disamping sini. Tidak hilang kok, kan Abang sudah merapikannya." Baheera berusaha menghibur putranya, berusaha membangun kepercayaan putranya.

"Sudah Mama..."

Taya puas dengan kerja kerasnya, walaupun tak terlalu rapi tapi Taya sudah cukup bagus kok. Lumayan mengurangi pekerjaan mamanya.

"Wah, Abang keren. Terimakasih yah sudah merapikan mainannya. Biar rapi terus nggak hilang yah."

Pujian itu sering Baheera atau Byakta lontarkan, memberikan apresiasi itu penting. Namun kalau salah juga tentu saja ditegur dan diberitahu.

"Ayo Mama, sama Ayah juga. Ayah......" teriaknya memanggil ayahnya.

Taya berlari meninggalkan mamanya, mencari ayahnya. Taya mau tidur sama ayah, nanti minta cerita Dino yang bisa berenang.

"Ayo bobo, Mama suluh bobo." adunya.

Huh begitu melihat ayah tak peduli lagi dengan mama. Padahal tadi saja tak mau berpisah.

"Abang sudah tidy up."

"Sudah..."

"Ayoo sikat gigi, cuci kaki, cuci muka dulu. Abang pipis dulu yah."

"Celita Dino..." pintanya mengikuti ayahnya ke arah kamar mandi.

"Dino yang mana?"

Kalau Taya minta diceritakan Dino, Byakta harus waspada. Ingatan Taya mengenai Dino cukup baik, salah memberikan informasi yang ada Byakta akan diprotes habis-habisan.

Obsesi putranya dengan Dinosaurus lumayan mengkhawatirkan, Byakta takut terlihat tidak pintar.

"Hidup ail sana, banyak Ayah. Mau celita Thalassomedon. Yang lehel panjang, tapi jago belenang. Ndak maam sayul dia Ayah."

Byakta harus mengingat-ingat apakah itu hewan termasuk Dinosurus atau bukan, gambaran mengenai leher panjang sudah didepan mata, namun Byakta masih belum yakin hewan yang mana itu yang dipinta putranya.

"Oke, habis ini nanti Ayah cerita yah."

Byakta berharap hewan ini ada dalam buku ensiklopedia milik putranya itu.

Nataya and DinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang