Cerita Ketiga Puluh Tiga

1.6K 245 12
                                    

"Abang hari ini ngapain saja sama Mama?"

Obrolan ayah dan anak ketika waktu mandi memang terdengar intim. Karena disaat seperti ini Byakta bisa bertanya banyak hal dan mendengarkan cerita dari putra gembulnya itu. Momen seperti ini jarang terjadi, jadi Byakta ingin menggunakan setiap kesempatan sebaik mungkin untuk membangun relasi yang sehat dan baik dengan putranya.

Bonding antara ayah dan anak.

"Taya main lual sana, ketemu adik Dhatu. Itu loh anak Anteu Fanya. Kecil loh, belum bisa ngomong. Bajunya banyak pitaaa..." ceritanya ceria.

Taya mengingat dengan jelas kegiatannya hari ini, dan semakin cerewet saja ketika ditanya ayahnya.

"Abang happy hari ini? Ayo basuh dulu badannya."

Obrolan mereka harus tetap berlanjut, jangan lupa kegiatan mandi juga. Jika fokus salah satunya tak akan tercapai tujuan.

"Happy, main lual. Maam kue yummi, Taya ada beli kue buat Ayah. Nanti maam sama-sama."

"Iya nanti kita makan sama-sama yah setelah ini. Terus kenapa Abang nggak mau mandi dari tadi? Tadi juga Abang sempat marah waktu suruh mandi."

Byakta mengingatkan kembali kelakuan putra gembulnya itu, berapa drama dan membuat orangtuanya kewalahan tadi. Namun pada akhirnya setelah drama panjang itu Byakta berhasil membawa putra gembulnya mandi bersamanya.

"Ndak mandi ndak apa-apa Ayah.."

Kalau mengingat situasi tadi sejujurnya Taya merasa keki dengan orangtuanya. Kenapa sih orang dewasa suka memaksa, padahal kan Taya lagi nggak ingin.

"Sudah yuk, sudah lama nih. Dino Abang juga sudah keriput nih kakinya."

"Tlex ndak keliput tuh Ayah. Kakinya kan ini, ndak keliput."

Benar sih, tapi kan Byakta sedang mencari alasan agar mereka segera selesai mandi. Giliran disuruh mandi dramanya minta ampun, lalu sekarang ada lagi cerita baru.

Tak ingin segera usai.

"Ahh tapi tangan Abang sudah mulai keriput nih, tandanya apa nih?"

"Ndak udah, ndak mauuuuu...." tolaknya sebal, Taya lagi senang main air kok. Taya juga lagi susun Dino Trex miliknya bersama Dino lainnya. "Dino minum ail kan yah? Ndak mati ajak mandi sini. Umm ada stegosaulus sama Tlex, sama Brachiosaulus." bocah gembul itu mulai mengoceh, mengulur waktu agar ayahnya tak mengajaknya selesai mandi.

"Ayah duluan yah. Ayah handukan dulu, ganti celana, Abang bilas dulu Dinonya setelah itu Abang juga selesai."

"Dino ndak handukan.."

"Maksud Ayah, Ayah yang handukan. Terus nanti Abang juga."

"Tau mau ada belenang kamal Taya..."

Tiba-tiba saja meminta tempat berenang di dalam kamarnya. Mana muat coba, kamarnya Taya lumayan luas sih, tapi tak cukup juga untuk kolam.

"Besok saja kita berenang, besokan libur. Sudah yuk..." bocah gembul itu pada akhirnya pasrah saja diangkat oleh ayahnya keluar kamar mandi. Tak ketinggal tangannya masih memegang Dino miliknya, tak boleh tertinggal dalam kamar mandi.

"Belenang kamal Taya..." pintanya lagi, tak puas dengan jawaban yang diberikan oleh ayahnya.

"Abang mau berenang dalam kamar? Ayo sini, kita pakai baju dulu."

Baheera sudah menyiapkan pakaian ganti milik suami dan putra gembulnya, jadi tak perlu bolak-balik kamar Taya untuk mengambil pakaian.

"Ini ndak Ada cal... Ndak mau ini...."

"Gambar Dino loh Bang..."

Byakta menahan diri, tak boleh marah.

Jangan marah.

Sabar.

"Taya mau cal, walna yellow Ayah..." tolaknya begitu melihat baju tidur miliknya.

"Mama sudah siapin Nak..."

Untung saja stok kesabaran Byakta masih banyak, tadi kejadian barusan tak membuatnya sebal.

"Ndak baju ini Ayah, ndak yellow. Mau ada cal..." perkara warna baju bisa membuat bocah gembul itu drama.

"Oke, tunggu sebentar yah. Ayah rapikan ini dulu, nanti kita ke kamar Abang buat cari piyamanya."

"Yang ada cal.."

"Iya yang yellow dan ada gambar Car."

Malam yang penuh cerita dan drama.

Nataya and DinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang