Cerita Ketiga Puluh Empat

1.6K 247 5
                                    

"Bajunya kenapa?"

Baheera berbisik dengan suaminya, ingin mengetahui perkara warna piyama tidur yang berubah. Sudah bisa memilih mau pakai baju apa dan warna apa. Walaupun terkadang banyak pasrahnya dan memakai pakaian yang sudah disiapkan oleh mamahnya dengan sukarela.

"Mau warna kuning dan gambar mobil." tak kalah pelan Byakta menjawab dengan bisikan, takut putra gembul mereka semakin merajuk.

Soalnya sudah malam, Baheera dan Byakta tak ingin menambah drama dalam rumah tangga mereka. Punya putra satu saja sudah menguji kesabaran kok.

"Abang ayo makan dulu. Ayah sama Mama mau makan nih.." Byakta memanggil Taya yang sudah asik dengan dunianya.

Sehabis mandi ia sudah mulai membongkar kembali box mainannya. Mantap, padahal tadi Baheera sudah mulai menyicil merapikannya. Sepertinya sia-sia saja.

"Sudah maam kok...." tolaknya tak peduli.

"Makan apa tadi? Kapan?"

Byakta bertanya heran kepada istrinya, seingatnya istrinya belum cerita lagi kalau putra gembul mereka sudah makan.

"Makan roti yang dia bawa ke rumah Bude Mayang, kenyang kayaknya."

"Ohhh, nggak apa-apa. Sudah makan kok."

"Mau pakai sambal?"

"Mas ambil sendiri yah, kamu juga makan. Ummm enak nih, masih panas nih kuah sopnya."

Meja makan mereka hanya berisi sop daging dan sayur capcay, tentu saja Baheera tak sempat memasak. Kemudahan hidup membuat mereka beruntung, sudah banyak fasilitas jasa pengantar makanan secara online.

"Kerjaan hari ini sibuk? Besok nggak ke lapangan?"

Baheera mengingat dengan baik, terkadang sabtu minggu mereka tak selalu bersama. Byakta sibuk dengan pekerjaannya. Tapi hari ini tak lembur dan pulang tepat waktu pada akhir minggu itu keberuntungan.

"Nggak, sudah lembur kan kemarin-kemarin. Mau main sama Taya, sudah janji mau pergi berenang. Nanti ditagih seperti punya hutang loh.." Byakta terkekeh geli mengingat kelakuan putranya.

Bagusnya Taya menjadi anak yang bisa menepati janji. Sebagai orangtua juga Byakta dan Baheera berusaha menepati setiap janji yang mereka ucapkan.

"Mau berenang di tempat biasa besok?"

"Rencananya iya, atau ada masukan. Kemana kita?"

"Nginep hotel yuk. Sekalian liburan tipis-tipis."

Mereka adalah mahluk dadakan, liburan dadakan juga bisa sih. Penuh rencana apalagi. Kalau hanya meningap sehari pasti bisa dan tak perlu drama. Baheera sudah mulai menerapkan hidup simpel anti ribet.

"Ayo, kita nginap saja. Yang ada kolam renangnya yah, kamu booking nanti. Malam ini Taya sama aku."

Baheera tentu saja setuju dengan rencana suaminnya itu. Biarkan Taya bersama ayahnya malam ini, Baheera bisa melakukan hal lain. Berbagi tugas rumah tangga itu menyenangkan.

"Ayah maam apa?"

Taya melihat orangtuanya asik sekali berbincang. Taya mau ikutan juga, kan sudah besar.

"Makan sop daging sama capcay, Abang mau? Ayah suapi."

"Duduk...." pintanya kemudian, ingin ikutan juga. Entah benar-benar makan atau nggak tak ada yang tahu.

"Mau makan?" tawar Baheera melihat putranya duduk di meja makan dengan sukarela. Sebab beberapa hari terkahir ini penuh drama.

"Sama Ayah."

"Ayah suapin sama nasi?"

"Ndak, daging ini saja. Ndak nasi..." tolaknya begitu melihat ayahnya menyendokan nasi. Ahh Taya bosan makan nasi. Taya mau yang lain.

"Yummi?" Baheera senang sih lihat putranya mau makan begini, walaupun Cuma icip-icip saja.

"Yummi Mama. Ndak sayul...." tolaknya lagi melihat gelagat ayahnya yang akan menyuapinya sayur. Wah semakin pemilih sekali yah.

"Makan yang banyak dong, biar besok kita main. Berenang di hotel saja yuk besok, nginap disana. Abang mau?"

Byakta memberitahu putranya tentang rencana mereka, walaupun masih kecil, Baheera dan Byakta berusaha melibatkan putra mereka dalam setiap rencana kegiatan. Walaupun tidak semua rencana atau masalah, namun beberapa hal sudah mulai dilakukan.

Yah sebanarnya bocah gembul itu sendiri tak terlalu paham sih, tapi pembiasaan saja dari kecil.

Nataya and DinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang