[Jangan lupa kasih vote & comment ya]
Happy reading!
-
Sava berjalan dengan terburu-buru. Kakinya melangkah menaiki tangga menuju lantai empat. Ada suatu hal yang harus Sava tanyakan perihal kejadian pengurungan nya di toilet sekolah semalam.
Saat ini jam istirahat, Sava sedikit berdesak-desakan dengan anak kelas dua belas yang ingin turun menuju kantin.
Mata Sava menajam saat Sava menemukan seseorang yang di carinya. Lorena dan gengnya sedang tertawa dengan jahatnya saat berhasil menjatuhkan seorang siswi dengan kakinya.
Sava melirik ke arah gadis itu. Di lihatnya gadis itu sedang meringis menahan sakit dari lututnya yang berdarah. Tampilan nerd gadis itu memang sangat cocok menjadi sasaran empuk untuk aksi bullying. Mata Sava kembali melihat ke arah Lorena yang tampak santai seperti tidak terjadi apapun.
Sava melangkahkan kakinya menghampiri. Gadis yang masih terduduk di lantai itu menerima uluran tangan yang Sava berikan. Sesaat setelah berdiri, gadis itu melirik Lorena dengan takut-takut dan segera melangkahkan kakinya setelah mengucapkan terima kasih untuk Sava.
"Bangga banget nge-bully, ya? tanya Sava.
Lorena menaikkan alisnya, bibirnya tersenyum sinis menatap Sava. "Hai, adik kelas! kayaknya kelas lo nggak di lantai ini, deh."
Sava mengingat tujuan nya datang menemui Lorena. "Ada yang mau gue tanya sama lo?"
"Penting?" Lorena melipat tangan nya di dada.
Sava mendengus kesal. "Lo, yang kurung gue di toilet semalam, kan?"
Lorena megerutkan alisnya mendengar tuduhan Sava. "Bicara tanpa bukti itu artinya fitnah!"
Sava terdiam, Sava memang nggak punya bukti apapun, tapi yang ada di toilet sesaat sebelum kejadian adalah Lorena.
"Atas dasar apa, lo, nuduh gue?" lanjut Lorena.
"Gue sempat papasan sama, lo, di lorong toilet," balas Sava.
Lorena dan gengnya tertawa. Menurut mereka apa yang Sava ucapkan adalah lelucon. "Itu nggak bisa jadi alasan untuk, lo, nuduh gue."
Lorena menatap tajam Sava. Dia nggak pernah di tuduh selama ini. Semua siswi takut dengan Lorena, kecuali Cara dan Eliza tentunya. Itupun karena Eliza beruntung di tolong oleh Cara.
Sepanjang yang Lorena ingat, Sava termasuk adik kelas yang sangat berani melawan nya. Di mulai dari kantin, video yang viral, bahkan sekarang Sava berani mendatanginya.
Sava berdecak, dia udah sangat kesal dengan Lorena dan gengnya. "Setelah video yang di UKS itu lo sebar, bukan nggak mungkin lo juga yang kurung gue kali ini, Kak."
"Lo, makin nggak sopan, ya!" Tanpa aba-aba Lorena menarik rambut Sava dengan kuat sampai Sava meringis.
"Kenapa? Apa yang gue bilang benar, kan?" Emosi Lorena tersulut, sepertinya Sava memang harus di beri pelajaran.
Beberapa siswi dan siswa yang melihat kejadian nggak ada yang berani menolong. Takut kalau Lorena bakal balik menghukum mereka karena berani ikut campur.

KAMU SEDANG MEMBACA
CARABELLA
Teen Fiction[Follow sebelum membaca ya] ⚠️[R17+] Carabella Ceysa Allegra, merasa hidupnya baik baik saja selama ini. Terlahir sebagai putri satu satunya keluarga Allegra dan hidup serba berkecukupan membuat Cara selalu mudah mendapatkan apapun yang dia inginkan...