Prolog

323 153 129
                                    

Semilir angin berhembus membuat beberapa daun berjatuhan. Dipayungi pohon yang rindang menjadikan suasana di tempat ini teduh dan terasa nyaman, tidak ada kesan menyeramkan ataupun angker sama sekali.

Beberapa orang berbaju hitam sudah terlihat meninggalkan area pemakaman, tampak seorang gadis yang masih betah memandang lurus ke arah depan. Seakan tidak percaya bahwa dia akan ditinggalkan seorang diri.

Diana Batari—neneknya. Orang yang sangat berarti dihidupnya, neneknya lah yang merawat dia sejak ditinggal ibunya yang meninggal akibat kecelakaan.

"Kami turut berduka cita atas meninggalnya nenek kamu."

Seorang wanita cantik yang masih tampak muda berdiri di belakangnya, di sampingnya berdiri suaminya yang sedang menatap pusara neneknya.

"Nenek kamu orang baik, saya yakin tuhan akan menempatkannya di tempat terbaik," ucap wanita tadi sambil melangkah maju meletakkan bunga dan berdoa di atas pusara neneknya.

"Terima kasih atas kedatangan dan doanya."

"Tidak perlu berterima kasih, ini hal yang selayaknya dilakukan jika ada keluarga yang berduka."

Wanita tadi melirik ke arah suaminya yang masih diam. Seakan mengerti, pria yang masih tampak berkharisma di usianya yang tidak lagi muda itu melangkah maju.

"Sebaiknya kamu ikut dengan kami, kamu bisa tinggal di Apartment yang sudah kami siapkan," ucap pria tadi.

"Atau jika kamu mau, kamu bisa tinggal dengan kami," ucap wanita tadi yang langsung dilirik tajam oleh suami nya.

"Aku rasa itu bukan ide yang baik. Kita sudah bicarakan ini, aku tidak ingin membuat masalah jadi lebih besar." Pria tadi langsung melangkahkan kakinya meninggalkan area pemakaman.

Wanita itu langsung menghela napas melihat tingkah laku suaminya.
"Tolong pikirkan ini, kami hanya ingin menjaga kamu lebih dekat. Jangan ambil pusing sikap suamiku tadi, dia cuma takut kamu merasa tidak nyaman nanti."

"Tidak apa, tante! Aku akan pikirkan semuanya, gimana pun ini semua terlalu mendadak," kata gadis itu sambil tersenyum kecil.

"It's oke! Hubungi kami secepatnya. Kalau begitu kami pamit dulu," ucap si wanita lalu memeluk gadis itu sebelum menyusul suaminya yang lebih dulu pergi.

Gadis itu menghela napas. Memandang lama pusara neneknya sekali lagi,  sebelum melangkahkan kaki keluar dari area pemakaman. Meninggalkan neneknya di tempat peristirahatan terakhir. Satu hal yang dia yakini, setelah ini hidupnya tidak akan sama lagi.

★★★

Jangan lupa kasih bintang (Vote) ya, dan ramein comment nya juga.

Terima kasih,
Enjoy the story

CARABELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang