Jam istirahat sudah berbunyi sejak tadi, namun Isha dan teman-temannya belum juga ke kantin karena Nada sama sekali tidak mau makan. Padahal, sudah sejak pagi ia tidak makan.
"Nada, ayolah makan. Nanti lo sakit" pinta Isha.
"Gue nggak selera makan Sha, kalian duluan aja" sahut Nada.
"Bucin boleh, tapi jangan ngorbanin diri sendiri dong Nad" cetus Hanna.
"Lo nggak tau rasanya Han. Lo nggak tau rasanya udah dibikin nyaman, udah dibikin sayang. Tapi orang yang bikin lo kayak gitu selalu seenaknya, hilang datang seenaknya sendiri" ujar Nada sembari air matanya terus menetes.
"Tapi lo nggak pernah bisa tegas buat bilang nggak kan, pas dia datang?" cibir Hanna. Mulut Hanna terlalu jujur.
"Iya. Gue nggak bisa nolak pas Kak Valdi datang dan gue nggak berhak marah karena gue bukan siapa-siapanya" sahut Nada, masih dengan tangisannya.
Isha menghela nafasnya, kemudian mendekati Nada dan memeluknya dari samping.
Nada kembali menunduk dan meletakkan kepalanya di meja sembari menangis. Isha yang sedang memeluk Nada, kemudian menatap Faisal yang sedang berdiri di dekat pintu kelasnya.
"Buruan" ucap Isha tanpa suara.
Faisal menganggukkan kepalanya sembari mengacungkan jempolnya, kemudian keluar kelas untuk memberitahu seseorang yang sejak tadi ada di depan kelas mereka.
Tampak Faisal kembali masuk sembari memberi kode kepada Isha untuk menjauh dari Nada, Isha segera melepas pelukannya dan berdiri di belakang kelasnya.
Terlihat ada dua orang masuk ke kelas mereka, salah satu dari mereka mendekati Nada dan jongkok di samping tempat duduk Nada.
Siapa lagi kalau bukan Valdi? Kakak kelas yang sudah membuat Nada enggan makan sejak pagi karena tidak ada kabar.
Valdi menatap Isha, kemudian memberi kode kepadanya.
"Nada" panggil Isha.
"Gue nggak mau ke kantin Sha, lo duluan aja" sahut Nada sembari mengangkat kepalanya.
Nada seketika kaget karena Valdi sudah ada di depannya. Segera ia menghapus air matanya dan menatap Valdi tanpa mengucapkan apapun.
Valdi kemudian mengeluarkan bunga dari dalam jaket yang ia pakai, kemudian memberikannya kepada Nada. "Maaf, setelah ini kamu boleh kok marah kalau aku lupa kasih kabar. Aku nggak kasih kabar bukan karena nggak mau, tapi emang aku belum terbiasa" jelas Valdi. Nada masih saja diam menatap Valdi.
"Kamu mau kan, jadi orang yang bikin aku terbiasa ngasih kabar? Aku sayang sama kamu, Nada. Will you be mine?"
Nada menganggukkan kepalanya sembari mengambil bunga yang dipegang oleh Valdi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertaut [END]
Teen FictionIsha dan Arsen adalah paket komplit yang saling melengkapi. Isha banyak bicara, sedangkan Arsen tidak memiliki perbendaharaan kata yang banyak. Isha pribadi yang hangat kepada sekitarnya, sedangkan Arsen dingin dan tak tersentuh. Isha yang selalu...