Isha baru saja menyelesaikan kelas kursusnya. Saat akan keluar dari ruangan, ia mendapati Eza sedang duduk di depan kelas sembari tersenyum menatap kearahnya.
Senyum Isha merekah sembari berjalan keluar ruang kursus dan mendekati Eza.
"Gimana? Makin asik nggak kelasnya ibu?" tanya Eza.
Isha menganggukkan kepalanya dengan antusias, "Banget kak"
Eza mengacak rambut Isha dengan gemas, "Rambut lo makin panjang ya"
"Iya kak, sengaja gue panjangin" sahut Isha.
Eza tersenyum sembari menatap Isha, "Iya, jadi makin cantik" celetuk Eza.
"Duh, bentar lagi terbang nih gue kak" timpal Isha.
"Ada-ada aja deh lo, Clarissha. Oh iya, gue lihat tadi berangkatnya dianterin sama Arsen ya?" tanya Eza.
Isha tersenyum sembari menganggukkan kepalanya, "Iya kak, bentar lagi paling dijemput. Jadi sekarang Kak Eza nggak perlu kerepotan nganter jemput gue lagi" sahut Isha.
"Padahal gue seneng direpotin sama lo" celetuk Eza.
Mendengar celetukan Eza, Isha seketika terdiam sembari menatap Eza.
"Kak Eza, gue-"
"Nggak papa, gue ngerti kok. Dari awal gue udah tau kalau lo emang nggak pernah ada perasaan apa-apa sama gue. Makanya, gue sama sekali nggak pernah ngungkapin perasaan gue ke lo. Karena dari awal, emang pemenangnya Arsen kan?"
"Kak Eza, maafin gue"
Eza menepuk pundak Isha dengan perlahan, "Nggak perlu minta maaf, Isha. Kita nggak pernah bisa milih buat jatuh cinta sama siapa. Jadi, lo harus selalu bahagia ya. Gue tau kok Arsen bisa bikin lo bahagia kedepannya" tutur Eza.
"Lo pasti bakal dapet yang jauh lebih baik dan sempurna dibanding gue kak" ucap Isha dengan mantap sembari menatap Eza yang bahkan beberapa kali memalingkan wajahnya dan menghindari untuk kontak mata secara langsung dengan Isha.
"Sha, gue boleh peluk lo?" tanya Eza.
Isha menganggukkan kepalanya sembari memeluk Eza terlebih dahulu. Perlahan, Eza membalas pelukan dari gadis yang awalnya hanya menarik perhatiannya karena tingkahnya itu. Hingga entah mulai kapan, Eza menyadari bahwa ia sudah jatuh cinta kepada gadis dengan mata yang berbinar-binar saat tersenyum ini.
Namun, inilah akhirnya. Eza bahkan kalah sebelum ia benar-benar mengungkapkan perasaannya secara tuntas kepada gadis kesayangannya ini.
Apa boleh buat? Sejak awal memang hati Isha tak pernah berada di pihaknya.
Untung saja, tempat kursusnya sudah sepi saat ini dan ibunya Eza ada keperluan sehingga langsung pergi. Kalau tidak, pasti mereka akan jadi bahan pembicaraan oleh para peserta kursus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertaut [END]
Teen FictionIsha dan Arsen adalah paket komplit yang saling melengkapi. Isha banyak bicara, sedangkan Arsen tidak memiliki perbendaharaan kata yang banyak. Isha pribadi yang hangat kepada sekitarnya, sedangkan Arsen dingin dan tak tersentuh. Isha yang selalu...