18. Mimpi buruk

9.4K 505 7
                                    

Pagi hari ini begitu dingin karena hujan sudah mulai sesekali turun, sudah mulai masuk ke musim hujan. Namun, anak-anak kelas dua belas di SMA Besari tetap belajar seperti biasa.

Mereka sebentar lagi akan masuk semester dua, yang tandanya ujian akhir sudah benar-benar ada di depan mata. Belum lagi persiapan ujian praktik, ujian masuk universitas dan ujian-ujian lainnya yang benar-benar sudah tinggal selangkah lagi.

Di kelas, Isha dan teman-temannya tampak mengikuti pelajaran dengan baik. Ah tidak, lebih tepatnya sedang berusaha fokus karena pagi ini mereka dihajar oleh pelajaran fisika yang diikuti pelajaran matematika saat ini.

Entah siapa yang membuat jadwal, yang pasti itu berhasil membuat otak siswa kelas XII MIPA 2 hampir mendidih.

"Isha" bisik Nada dari belakang tempat duduk Isha.

Isha yang sejak tadi merasa pusing, menyandarkan kepalanya agar bisa mendengar ucapan temannya, "Apa" sahut Isha.

"Gue pengen tanya lama tapi baru kepikiran sekarang" bisik Nada lagi.

"Apaan?" tanya Isha dengan lirih.

"Kok sekarang Arsen deket sama Lyra sih? Bukannya dulu anti banget tuh si Arsen di deketin sama Lyra?" tanya Nada.

"Ceritanya panjang, kapan-kapan gue ceritain" sahut Isha sembari membalikkan tubuhnya, pura-pura memberika tipe-x kepada Nada.

"Astaga, lo kok pucet sih Sha?" ucap Hanna. Untung saja guru tidak menyadari ucapan Hanna yang sedikit nyaring tersebut.

Isha menggelengkan kepalanya, "Nggak papa" sahut Isha.

Setelah sedikit menggerakkan tubuhnya, Isha justru merasa semakin pusing. Bahkan pandangannya sudah tidak lagi fokus.

Beberapa hari kebelakang memang Isha sering begadang karena belajar dan membuat pesanan, apalagi ditambah dengan les SBM dan jam tambahan dari sekolah. Isha benar-benar kurang istirahat.

"Sha, lo nggak-"

Bruk, Isha tiba-tiba terjatuh begitu saja dari kursinya. Tubuhnya sudah ada di lantai bahkan saat Hanna belum selesai menanyakan keadaannya.

"Astaga Isha!" teriak Nada, seketika seluruh siswa yang ada di kelas itu menoleh kearah Isha. Arsen yang sebelumnya fokus belajar pun seketika kaget karena Isha yang duduk di sampingnya tiba-tiba jatuh begitu saja.

Gavin yang kebetulan tempat duduknya disamping Isha menatap Arsen yang hanya diam. Arsen bukannya langsung menolong Isha, malah menatap Lyra dengan tatapan yang entah apa artinya.

"Astaga, ini anak orang bisa nggak bangun kalau nggak buruan dibawa ke UKS!" ucap Nada sembari berusaha membenarkan tubuh Isha yang benar-benar berantakan.

Kepala Isha sudah ada di lantai, sedangkan kakinya masih ada di kursi yang ikut jatuh bersama dengan Isha.

"Arsen!" ucap Hanna.

Wajah Lyra seperti menyiratkan sesuatu kepada Arsen.

"Udah gue aja" ucap Gavin sembari mengangkat tubuh Isha, sedangkan Faisal berlari untuk membuka pintu kelas.

Faisal segera berlari menuju UKS untuk membukakan pintu UKS dan menyiapkan kasur agar Gavin bisa langsung meletakkan Isha tanpa menunggu.

"Bu, saya, Gavin, Faisal sama Nada ijin nemenin Isha ya bu" ucap Hanna kepada Bu Sri, guru matematika mereka.

"Iya, jangan banyak-banyak ya. Yang lain tetap di kelas" sahut Bu Sri.

Nada yang mengambil dompet dan smartphone di tasnya, Hanna dan Isha menatap Arsen dengan kesal, "Lo kenapa sih Sen!"

Bertaut [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang