8. Berangkat OSN

11.1K 669 15
                                    

Hari ini merupakan hari berangkatnya Arsen keluar kota untuk Olimpiade Sains Nasional, Isha sedang berada di depan mobil yang akan membawa Arsen dan perwakilan sekolah lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini merupakan hari berangkatnya Arsen keluar kota untuk Olimpiade Sains Nasional, Isha sedang berada di depan mobil yang akan membawa Arsen dan perwakilan sekolah lainnya.

"Nanti kalau sampai jangan lupa kabarin gue" pesan Isha.

"Iya"

"Jangan sampai nggak makan"

"Iya"

"Jangan begadang"

"Iya"

"Jangan kebanyakan belajar, otak lo juga butuh istirahat"

"Iya Isha"

"Jangan sampai sakit, lo kalau sakit nyusahin. Kasihan Bu Suci sama guru-guru lainnya"

"Iya Clarissha"

"Ah, kenapa gue jadi bawel banget sih. Udah sana naik mobil" usir Isha.

Arsen tersenyum tipis sembari menatap sahabatnya itu, "Baru sadar?"

"Lo mau lomba bukannya jadi baik, malah makin nyebelin ya Sen" keluh Isha.

"Yaudah buruan naik, bentar lagi gue harus masuk kelas" ucap Isha sembari berjalan ke kelasnya.

Mobil yang digunakan untuk membawa perwakilan OSN itu ada di parkiran mobil untuk guru, tempatnya ada di belakang sekolah.

"Isha" panggil Arsen.

Isha seketika membalikkan tubuhnya, "Kenapa?" tanya Isha.

"Gimana kalau gue kalah?" tanya Arsen sembari menunduk, menatap sepatunya.

Isha berjalan mendekati Arsen, kemudian menepuk lengan Arsen pelan "Lo pasti bisa"

"Bisa bukan berarti menang Sha"

"Arsen, coba lihat gue jangan lihatin sepatu mulu"

Arsen menatap Isha dengan lekat, "Hmm"

"Lo pasti bisa. Menang ataupun kalah, gue tetep bakal ada buat lo"

Arsen tiba-tiba memeluk Isha, seolah ia lupa bahwa ini masih di area sekolah.

"Sen, ini di sekolah" ucap Isha. Ia tidak membalas pelukan Arsen karena sedikit khawatir jika ada orang yang melihat mereka.

"Bodo amat"

Isha tersenyum, kemudian membalas pelukan Arsen. "Lo pasti bisa, nggak usah khawatir"

Semua rasa khawatir Arsen rasanya luntur begitu memeluk gadis yang ada di hadapannya itu. Semua perasaan takut, khawatir, resah, gugup terasa lepas lepas satu persatu.

Isha dan Arsen kemudian melepas pelukan mereka.

"Baik-baik lo disana" ucap Isha sembari berjinjit berusaha mengusap kepala Arsen.

Bertaut [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang