24. Sebelum semakin menjauh

10.9K 536 5
                                    

Saat bel pulang sekolah, Isha langsung keluar dari kelas setelah guru mata pelajaran terakhir meninggalkan kelasnya karena Eza sudah menunggunya di depan sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat bel pulang sekolah, Isha langsung keluar dari kelas setelah guru mata pelajaran terakhir meninggalkan kelasnya karena Eza sudah menunggunya di depan sekolah.

Isha mendekati mobil Eza yang terparkir tak jauh dari gerbang sekolah. Eza membuka kaca mobilnya dan tersenyum kepada Isha.

"Ayo masuk" ucap Eza, Isha menganggukkan kepalanya kemudian hendak membuka pintu mobil Eza.

Namun, tangannya tertahan oleh seseorang. Siapa lagi kalau bukan Arsen?

"Kenapa lagi?" ucap Isha sembari menatap Arsen malas.

"Pulang bareng gue"

"Lo nggak lihat Kak Eza udah jemput gue?"

Arsen menarik tangan Isha untuk kembali ke parkiran sekolah. Namun Isha segera menarik tangannya. "Lo makin kesini, makin seenaknya ya Sen?"

"Kalau lo nggak gini, gue nggak akan seenaknya" sahut Arsen.

Melihat Isha ditarik paksa oleh Arsen, Eza segera keluar dari mobilnya.

"Ada apa sih?" tanya Eza sembari menatap Isha dan Arsen secara bersamaan.

Isha menggelengkan kepalanya sembari menarik tangan Eza menuju mobilnya, "Nggak ada apa-apa kak, ayo kita pulang" ucap Isha.

"Mulai besok bareng gue" ucap Arsen.

"Nggak, gue bareng Kak Eza" sahut Isha sembari masuk ke mobilnya Eza. Sedangkan Eza memilih untuk mengikuti keinginan Isha. Lagipula jika diteruskan, mereka akan menjadi pusat perhatian siswa yang lain.

Arsen kembali ke parkiran motor, disana masih ada Gavin yang tampak duduk di dekat motornya Arsen.

"Kenapa? Isha nggak mau pulang sama lo?"

Arsen menganggukkan kepalanya, "Iya, dia kenapa sih?"

"Yang kenal doi dari kecil siapa? Kenapa lo tanya sama gue?"

Arsen tampak berfikir sejenak, "Apa gara-gara Eza naik mobil ya? Apa gue jemput dia naik mobil juga besok?"

Mendengar penuturan Arsen, Gavin sontak tertawa, "Gini nih kelamaan belajar jadi gobloknya di kumpulin pas mikir ginian. Lo pikir Isha kayak gitu?"

Arsen mengacak rambutnya, "Terus kenapa dia, Vin?"

Gavin menepuk pundaknya Arsen perlahan, "Coba lo inget-inget lo ngelakuin kesalahan apa. Lo tau sendiri kan selama ini Isha selalu maklum sama semua sifat nggak jelas lo. Nggak mungkin karena masalah sepele"

"Gue harus gimana, Vin?"

"Ya tadi, lo coba inget-inget lo salah apa. Pesan gue, jangan sia-siain sebelum dia semakin jauh" ucap Gavin kemudian segera menuju motornya.

Sedangkan Arsen, ia masih diam sembari memikirkan apa yang salah dengan Isha.

***

Bertaut [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang