Ini sudah hampir menginjak dua minggu setelah kejadian kamera milik Arsen dibanting oleh papanya, dan hingga saat ini Arsen semakin jarang berbicara.
Ya meskipun biasanya juga dia lebih banyak diam, namun kali ini, Arsen benar-benar semakin tidak bicara dan tidak pernah tersenyum.
Arsen jadi banyak melamun, seperti saat sekarang, dipelajaran kimia.
"Arsen, tolong kerjakan soal nomor 3" ucap Pak Indra, guru mata pelajaran kimia.
Namun tidak ada jawaban, saat Isha melirik kearah sampingnya, ternyata Arsen malah melamun menghadap jendela.
"Arseno Narendra!" ucap Pak Indra sedikit melantangkan suaranya.
Isha segera menyenggol tangan Arsen, dan seketika ia tersadar dari lamunannya.
"Saya pak" sahut Arsen.
"Kamu dari tadi saya lihat melamun terus"
"Maaf pak, boleh diulang tadi bapak bilang apa?"
Pak Indra menggelengkan kepalanya heran, "Kamu ini ya, kerjakan soal nomor 3"
Arsen menatap Isha, segera Isha menunjuk soal yang dimaksud oleh Pak Indra. Arsen tampak melirik sebentar kemudian maju kedepan untuk mengerjakannya di papan tulis.
Terlihat Arsen bisa mengerjakannya dengan mudah dan cepat, Pak Indra tampak sedikit kaget karena soal tersebut merupakan soal yang belum ia ajarkan sebelumnya.
"Sudah pak"
"Baik, silakan duduk" ucap Pak Indra, segera Arsen kembali duduk di tempatnya.
Saat baru saja duduk, Isha berbisik kepada Arsen "Sen, soal itu belum dijelasin sama Pak Indra. Kenapa lo bisa ngerjain?"
"Udah gue pelajarin" sahut Arsen.
Isha menggelengkan kepalanya heran, Arsen sepertinya benar-benar hobi menuangkan segala isi buku paket ke kepalanya.
"Meskipun sudah bisa, tetap perhatikan ya Arsen" tutur Pak Indra.
Arsen menganggukkan kepalanya, kemudian pelajaran kembali berjalan seperti biasa.
Arsen yang sebelumnya banyak melamun, terlihat lebih memperhatikan pelajaran meskipun terkadang hanya menatap pulpen yang ada di tangannya tanpa mencatat apapun.
***
Bel istirahat kedua berbunyi, saat akan mengajak Arsen ke kantin, tampak lelaki tersebut sedang menyilangkan tangannya di meja untuk dijadikan bantal bagi kepalanya.
Dengan hati-hati, Isha menepuk tangan Arsen dengan perlahan. "Ayo ke kantin, makan siang dulu" ucap Isha.
Arsen menggelengkan kepalanya. Isha menghela nafasnya kemudian kembali duduk menghadap Arsen.
"Jangan gini dong, ayo makan dulu" ucap Isha.
"Lo aja"
"Ck, gue nggak mau ya kalau sampe lo pingsan disini. Siapa yang kuat angkat orang segede lo di sekolah ini? Ayolah makan dulu, jangan bikin repot diri sendiri deh" omel Isha.
Arsen segera berdiri dan menatap Isha, "Yaudah ayo" ucapnya kemudian menarik lengan Isha menuju keluar kelas.
Teman-temannya yang lain hanya menggelengkan kepalanya heran, hanya omelan Isha yang bisa membuat Arsen langsung berdiri seperti itu.
Kalau ada orang lain yang seperti itu, percayalah Arsen hanya akan diam dan tak mempedulikan. Bahkan terkadang ia malah memasang earphone nya agar ia tak mendengar omongan orang tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertaut [END]
Teen FictionIsha dan Arsen adalah paket komplit yang saling melengkapi. Isha banyak bicara, sedangkan Arsen tidak memiliki perbendaharaan kata yang banyak. Isha pribadi yang hangat kepada sekitarnya, sedangkan Arsen dingin dan tak tersentuh. Isha yang selalu...