First Love 🎗

6 3 1
                                    

Bible duduk di depan meja riasnya menopang dagunya dengan kedua tangannya. Ia memandang fotonya yang di potret oleh 'Laut' waktu di dermaga tadi.

"Kalau kita bertemu lagi, itu adalah takdir." gumamnya

Bible menoleh ke samping saat benda pipih miliknya berbunyi memuncul nama Ezra disana.

"Hallo"

"Hallo, Bel"

"Suara lo kenapa serak? Lo habis nangis yah?" tanya Bible.

"G-gue kabur dari rumah, orangtua gue berantam gue g-gak betah" Ezra menahan isak tagisnya diseberang sana.

"APA?! Sekarang lo dimana? Gue jemput! lo nginap di rumah gue" Bible mengambil kunci mobilnya di dalam laci bergegas menuju bagasi.

"Lo share-loc sekarang sama gue" menutup telponya lalu menjalankan mobilnya.

Di sebuah kursi panjang, seorang gadis sedang menangis tersedu-sedu. Menjadi anak broken home adalah hal yang di benci semua orang, sama halnya dengan Ezra.

Rumah yang harusnya menjadi tempat ternyaman menjadi neraka baginya. Kedua orangtua setiap hari ribut, Sibuk dengan selingkuhan masing-masing, tanpa peduli bahwa mereka masih mempunyai seorang anak.

"Lo ngapain nangis disini?" suara bariton itu membuat Ezra mendonggak, mendapati seorang pria yang tengah berdiri di depannya dengan wajah yang rupawan.

"Udah malam, gak baik cewek sendirian malam-malam apalagi pake acara nangis kayak gini" pria itu kembali berbicara. Dari nadanya terdengar kekhawatiran membuat Ezra merasa di pedulikan. Tapi ia mengenyahkan pikirannya itu.

"Memangnya siapa yang mempedulikan diriku? Pria ini pasti hanya kasihan padaku. Iya hanya kasihan" isak tangisnya kembali terdengar, ia menunduk dalam sekali.

Melihat gadis itu kembali menangis, Pria itu memikirkan sebuah cara. Tak berangsur lama berpikir, tangan besarnya merogoh saku celana yang telah ia pakai dan meraih sebuah sapu tangan lalu menyodorkannya kepada Ezra.

"Terima ini, hapus Air mata lo dan jangan menangis lagi" ucapnya dengan lembut. Ezra kembali menengadah memperlihatkan manik coklat yang memerah karena menangis. Ia menatap dalam pria itu.

"Ayo, ambil" dengan sedikit ragu-ragu namun pasti, Ezra menerima sapu tangan itu. Ia terdiam sejenak melihat sapu tangan dengan gambar mawar merah yang kini sudah di tangannya. Ezra merasa heran dengan dirinya.

Bagiamana tidak, dia adalah tipe orang yang berhati-hati menerima barang dari orang lain. Tapi kali ini dengan mudahnya ia meneriam pemberian pria di depannya, ada apa dengan dirinya?.

"Sekarang hapus air matanya, lalu pulanglah" Pria itu terdiam sejenek lalu berkata "Atau mau gue antar? Di mana rumah lo?"

Segara Ezra tersentak dan langsung menggeleng "T-tidak perlu, gue bisa pulang sendiri"

"Baiklah, cepatlah pulang. Gue mau cabut dulu" Pria itu berbalik pergi meninggalkan Ezra.

Ezra menatap punggung yang semakin menjauh itu, ntah kenapa di dalam hatinya terbesit perasaan hangat. Jantungnya berdetak tak karuan, hingga tanpa sadar ia tersenyum kecil melihat sapu tangan di tangannya.

"Dia orang yang peduli" lalu menghapus air matanya menggunakan sapu tangan itu.

"Aku memang tidak tahu, siapa dirimu tapi terimakasih atas kebaikanmu, aku berjanji akan mengembalikan ini jika bertemu. Sampai ketemu lagi orang baik"

Bertepatan saat itu, sebuah mobil berhenti di depannya.

Bible turun dari dalam mobilnya berjalan mendekati Ezra yang sedang melamun.

Perahu KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang