Bab 2. Potongan Langit di UKS

85.7K 7.7K 554
                                    

Bab 2. Potongan Langit di UKS

Melihat langit malam itu sama dengan melihat masa lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat langit malam itu sama dengan melihat masa lalu. Kamu tahu kenapa?

***

AKU nggak bisa jemput. Maaf.

Nirbita mengecek ulang pesan yang dikirim Raiden tadi pagi dan isinya masih sama. Tidak ada yang berubah kecuali perasaannya ketika membaca ulang pesan itu dan melihat pemandangan di depannya.

Ia merasa dikhianati. Bagaimana tidak, Raiden semakin menjadi-jadi. Pagi ini ia datang ke sekolah dengan seseorang. Mereka terlihat begitu akrab dan dekat. Tergambar dari bagaimana gadis di boncengan Raiden itu memeluknya dengan erat.

Mungkin Nirbita akan terima ketika lelaki itu bilang tidak bisa menjemputnya -seperti yang sudah biasa terjadi akhir-akhir ini- tapi sepertinya tidak untuk kali ini.

Ia menutup kotak bekalnya lalu bergegas turun dari mobil setelah mengucapkan terimakasih pada sopirnya. Gadis itu kemudian berlari melintasi gerbang dan menuju parkiran. Dari jauh, ia melihat Raiden sibuk memarkirkan motornya. Lelaki itu masih menyempatkan diri membantu gadis di depannya itu membuka helm.

"Raiden!!"

Raiden menoleh. Ia kaget dengan kedatangan Nirbita yang tiba-tiba. Tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi, ia meraih tangan gadis di sampingnya itu. Ia menggenggamnya erat seolah takut Nirbita bisa menerkamnya kapan saja.

"Iya, Ta?" tanya Raiden tanpa dosa. Lelaki itu berlaku seperti ia tidak melakukan sebuah kesalahan apapun.

"Kamu bareng siapa?"

"Oh. Kenalin. Ini Aruna."

Nirbita menelisik penampilan Aruna dari atas sampai bawah. Dari bedge yang tertera di seragamnya, gadis bernama lengkap Aruna Inka Abimana itu ternyata dua tingkat dibawahnya dan Raide. Anak kelas 10, masih polos dan lugu, kelihatannya.

Aruna tersenyum lebar, ia mengulurkan tangannya penuh semangat ke arah Nirbita. Bukannya menerima, Nirbita justru menatapnya tajam.

"Kamu bilang nggak ada perempuan lain. Ini apa?" tanya Nirbita.

"Kamu jangan salah paham dulu. Dia anak teman mama aku. Kebetulan kita searah, jadi bareng," kata Raiden untuk mencairkan suasana.

Lelaki itu beralih meraih tangan Nirbita dan menautkan jemarinya di jari-jari dingin kekasihnya itu.

"Ini Nirbita, Na. Pacar gue," kata Raiden.

Mendengar pengakuan itu, kekesalan Nirbita perlahan menguap. Ia menatap Raiden yang tersenyum kecil ke arahnya.

"Salam kenal Kak Nirbita," kata Aruna.

Nirbita masih enggan menjawab. Gadis itu menarik tangannya. Mengingat bagaimana mesranya mereka tadi. Ia masih belum sepenuhnya memaafkan.

Satu Kotak Senja untuk NirbitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang