Bab 17. Sisa Rasa

63.6K 6.1K 1.2K
                                    

Selamat membaca, terimakasih sudah menunggu sampai cerita ini update..

____________________________________

Bab 17. Sisa Rasa

Namanya juga hubungan yang pernah berjalan lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namanya juga hubungan yang pernah berjalan lama. Sekalipun udah sama yang lain, pasti masih ada sisa rasa.

***

SELAIN pemandangan senja di balkon kamar lamanya, Nirbita juga suka simfoni alam di jalanan depan sekolah. Biasanya, ia akan menikmati saat sedang menunggu jemputan. Dengan ritme konstan, inderanya menangkap bagaimana cara semesta bergerak. Mulai dari cahaya matahari yang menyusup diantara ranting-ranting trembesi, angin yang berembus pelan, dan bunga-bunga yang jatuh menutupi aspal.

Dari sudut matanya, ia melihat burung gereja hinggap di punggung trotoar. Saat seseorang datang, burung itu kembali terbang tinggi, menyusup di antara rimbunnya dedaunan lalu menghilang.

Semua terjadi diiringi oleh suara derum kendaraan, celoteh, senda gurau murid-murid, juga lagu Life is Worth Living yang terputar di ipod shuffel milik Nirbita.

Gadis itu bersenandung pelan dengan mata menatap lurus pada stan minuman di seberang jalan. Beberapa murid Bridge High School —sekolah yang berada tepat di depan SMA Xaverius— bergerombol disana. Malas mengantre, ia kembali menahan haus dan melihat jam di pergelangan tangan. 30 menit telah berlalu namun jemputannya belum kunjung datang.

Sebenarnya, bisa saja Nirbita pulang menggunakan taksi online atau nebeng Garin tapi pesan mama yang diterimanya tadi siang membuatnya memilih bertahan. Mama bilang hari ini ada shooting video produk, jadi mama akan menjemputnya agar bisa langsung ke kantor lalu... bekerja.

Bosan menunggu dan tidak bisa menahan hausnya lebih lama lagi, Nirbita kembali melihat stan minuman di seberang. Berhubung sudah lumayan sepi, gadis itu berdiri.

Ia sudah setengah menyebrangi jalan ketika sebuah teriakan terdengar. Nirbita menoleh dan semuanya terasa begitu cepat. Dalam tangkapan mata, honda CBR250RR melaju kencang ke arahnya. Belum sempat menabrak, motor itu langsung membanting setir ke arah kiri, terseret di trotoar, dan...

BRAKKK

Teriakan itu semakin histeris. Lutut Nirbita lemas saat melihat dengan jelas ketika pengemudinya melompat, membiarkan motornya berakhir menghantam pohon flamboyan. Sesaat setelahnya, orang-orang berkerumun untuk membantu. Sedangkan ia, hanya diam membatu.

Nirbita pasrah ketika pengemudi tadi berjalan ke arahnya dengan tatapan tajam siap membunuh. "Tolol lo!! Kalau nyebrang tuh lihat-lihat, anjing!!" bentak orang itu.

Lidah Nirbita kelu. Perutnya mual melihat luka di sekujur lengan orang itu. Bahkan, darah merembes di beberapa bagian pakaiannya.

"Tanggung jawab lo jangan diem aja! Mata lo nggak lihat tuh motor gue ringsek!!" Samuel murka. Sadar akan sesuatu, ia menarik head set dari telinga Nirbita dan membantingnya keras. "Bangsat! Bisa-bisanya lo nyebrang sambil dengerin musik!! Pembawa sial lo!!"

Satu Kotak Senja untuk NirbitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang