Bab 24. Berbicara Soal Semesta

57.7K 5.8K 1.1K
                                    

Kalian inget kan kalau latar cerita ini tahun 2018/2019? Bukan 2022?

Btw, ayo ramaikan biar aku termotivasi untuk update hehe. 1000 vote dan 700++ komentar lagi boleh ya..

Karena ini udah malem jadi mending baca besok. Biar fokus. Oke.

Selamat Membaca!!

_____________________________________

Bab 24. Berbicara Soal Semesta

Sama halnya dengan ketentuan arah rotasi bumi, pertemuan dan perpisahan datang karena memang ruas takdirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sama halnya dengan ketentuan arah rotasi bumi, pertemuan dan perpisahan datang karena memang ruas takdirnya.

***

"BUSET, absen lagi?"

"Namanya juga sakit, nggak bisa diprediksi!"

"Ye... nanya doang. Ngegas mulu lo kayak spirtus."

Sekala -yang awalnya sedang piket menghapus papan tulis- menoleh ke arah Garin dan Acacia. Ia menaikkan sebelah alisnya. "Siapa yang sakit?"

"Nirbita lah. Mbok pikir sopo," jawab Garin kemudian melenggak pergi ke kursinya. Gadis itu terlihat mengeluarkan ipad kesayangannya lalu menekuri sebuah sketsa yang masih dapat Sekala lihat dari tempatnya berdiri.

"Sakit apa, Rin?"

"Nggak usah kepo deh," ucap Garin tanpa menoleh. Ia fokus menggurat stylus pen pada layar, membentuk garis-garis rumit dan berakhir dengan helaan napas berat. "Lo tuh nggak usah ngulik-ngulik gue ya. Pergi nggak!" Katanya begitu sadar Sekala mendekat.

"Jawab dulu."

Garin merengut. "Nyebelin banget sih."

"Lo juga nyebelin."

"Lo tuh!" tunjuk Garin. "Kemarin aja ngejauh nggak jelas. Sekarang malah nanyain Nirbita."

"Gue nggak ngejauh. Fitnah."

"Gue tarik lidah lo ya!" Garin melotot. Sedikit lagi ia melebarkan mata, mungkin bola matanya akan menggelinding ke bawah. "Kemarin lo nggak nyamperin Nirbita. Terus pas ditolongin malah pergi. Nggak sopan."

Sekala otomatis menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Masa gue harus nyapa tiap hari? Terus soal yang ngejauh itu, hidung gue sakit anjir. Lo tahu kan gue pendarahan??!"

"Alasan."

"Ck buruan kasih tau gue Nirbita sakit apa?" paksa Sekala. Ia bahkan pasang muka tembok ketika teman-temannya yang lain memperhatikan. Kalau bisa dilihat mata biasa, mungkin di atas kepala mereka terdapat banyak tanda tanya dan seru yang saling bergandengan tangan.

Satu Kotak Senja untuk NirbitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang