Bab 39. Kotak Luka Yang Terbuka Kuncinya

35.4K 4.2K 1.3K
                                    

Sebenarnya, aku mau update kemarin biar pas sama ulang tahun Nirbita. Tapi, wattpadku kemarin error yeuuu.

Jadi, aku update hari ini.

Semoga suka!!

------------------------------------------------

Bab 39. Kotak Luka Yang Terbuka Kuncinya

 Kotak Luka Yang Terbuka Kuncinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"KENAPA nggak pernah cerita?" Raiden menatap lurus Nirbita di depannya. Dalam jarak sekian meter, ia dapat melihat sorot sendu di mata hitam pekat itu. Segala kepedihan menumpuk, tumpah tindih sejak ia bercerita tentang apa yang dikatakan Haira kemarin malam.

Kalau diputar kembali, ia memutuskan ke rumah Nirbita dengan maksud mengembalikan barang-barang mereka. Entah dengan tujuan melimpahkan segala kenangan di memori gadis itu atau hanya akal-akalan agar mereka bisa bertemu, Raiden tidak tahu. Ia belum bisa menerka keinginannya sendiri.

Yang membuatnya kaget adalah ketika seseorang membuka pintu gerbang dengan raut panik. Napasnya memburu, sementara raut wajah itu penuh ketakutan. Lalu, tangan bergetar, orang itu berkata.

"Mas ... tolong."

Raiden tidak mendengar apa-apa lagi selain derap langkahnya yang bersahutan dengan angin. Langkahnya terhenti begitu melintasi pintu. Ia mematung, mencerna apa yang dilihatnya saat itu.

"Kalau kamu masih lanjutin laporan itu, aku nggak segan-segan buat melakukan hal yang lebih dari kemarin. Aku ... bisa bunuh kamu dan Nirbita tanpa meninggalkan jejak apapun. Ingat, kekuasaan aku masih jauh di atas kamu. Kamu itu cuma kucing kampung yang baru saja menemukan tumpukan daging di tempat sampah. Nggak lebih dari itu."

Raiden menelan ludahnya susah payah. Kakinya tidak kuat sekedar melangkah, mendekat, dan mengurai suasana dingin yang mencekam itu. Ia bertahan lima langkah di ambang pintu. Sedangkan Bi Laksmi berdiri di belakangnya dengan ketakutan yang lebih besar.

"Kucing kampung akan tetap jadi kucing kampung. Yang berbekas karena habis digilir." Adrian mencengkram dagu Haira, membuat perempuan itu mendongak ke arahnya. "Kamu nggak mau kan orang-orang tahu kalau kamu itu bekas pemerkosaan? Dan kamu juga nggak mau kan semua orang tahu kalau ternyata Nirbita bukan anak aku? Jadi, lebih baik kamu diam. Nurut. Lalu, kita bercerai dan hidup masing-masing."

Setelahnya, Adrian pergi meninggalkan Haira yang bersimpuh di lantai. Lelaki paruh baya itu sempat menatap Raiden sekilas. Seringainya terpatri jelas hingga sosoknya hilang di balik pintu.

Raiden menghampiri Haira yang masih shock. Ada beberapa luka dan air mata di wajahnya. Ia membantu perempuan itu berdiri, memapahnya untuk duduk di sofa meskipun canggung itu memeluk erat. Bahkan, sampai Bi Laksmi memberikan air putih pun, ia masih belum bisa menelan apa-apa. Semua yang didengarnya tadi mengambang di gendang telinga, belum bisa masuk ke otaknya.

Satu Kotak Senja untuk NirbitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang