Bab 14. Rumah Baru

66.6K 6.2K 370
                                    


Halo, selamat membaca

Jangan lupa vote dan komentar ya..

__________________________________

Bab 14. Rumah Baru

Anak-anak tanpa ayah selalu berkata ; nggak apa-apa hidupku berakhir seperti Icarus asalkan punya ayah penyayang seperti Daedalus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anak-anak tanpa ayah selalu berkata ; nggak apa-apa hidupku berakhir seperti Icarus asalkan punya ayah penyayang seperti Daedalus.

(fyi, Icarus itu anak dari Daedalus yang meninggal karena terbang terlalu tinggi menggunakan sayap buatan ayahnya. nb : baca langsung kisah mitologinya aja ya)

***

"MAMA sama papa beneran mau cerai?"

Pertanyaan itu membuat gerak tangan mama terhenti sesaat ketika menekan pin rumah. Beberapa detik setelahnya kenop diputar, pintu terbuka, dan aroma kayu cedar menguar dari dalam.

Nirbita sontak menyipitkan mata sebab cahaya langsung menabrak retina. Paket partikel foton itu menyelip di antara ventilasi, menembus jendela-jendela besar, lalu berhenti di kornea. Dari sekian prosesi itu yang Nirbita tangkap justru gesture mama ketika menarik kopernya untuk masuk. Mau tidak mau, ia mengikuti di belakang.

"Soal mama dan papa itu bukan urusan kamu jadi jangan tanya apapun tentang kami," kata mama tanpa menoleh. Suara itu terdengar dingin, beradu dengan suhu air conditioner di bawah ceiling. "Setelah ini, kita akan melanjutkan hidup berdua, tanpa papa. Dan mama nggak mau kamu bahas atau tanya-tanya dia lagi," lanjutnya.

"Kenapa? apa bener kalau aku bukan anak papa?"

Saat mama berhenti di ruang tengah dan berbalik menghadapnya, Nirbita tahu ada luka di mata itu. "Anggap aja gitu. Jadi lupain semua hal tentang—"

"Kalau bukan anak papa, aku anak siapa?"

"Mama."

Nirbita tersenyum sumir. Ia menatap mama tanpa rasa takut seperti sebelum-sebelumnya. "Lalu papa aku?"

"Nggak ada," jawab mama sembari menatapnya tajam. Pedar tegas yang semula pudar itu perlahan kembali mengintimidasi. "No father figure in your world jadi berhenti tanya soal siapa papa kamu. Tanpa dia pun kamu masih bisa melanjutkan hidup dengan baik dan berkecukupan!"

Jika ditanya bagaimana perasaan Nirbita ketika mendengar kalimat itu, tidak ada jawaban yang pas kecuali 'kecewa'. Belasan tahun berlalu kenapa baru sekarang ia tahu sebuah fakta bahwa... ia bukan anak papa Adrian.

"Tapi bukan itu pointnya, ma. Aku cuma mau kejelasan siapa papa aku! Toh, aku bukan anak kecil lagi, aku udah 17 tahun dan berhak tahu siapa papa aku yang sebenarnya!" ucap Nirbita tidak bisa mengendalikan diri. Seumur hidup, ini kali pertamanya menaikkan suara di hadapan mama. Tubuhnya bergetar hebat sebab emosi.

Satu Kotak Senja untuk NirbitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang