Bab 12. Satu Hal yang Harus Berakhir

63.1K 6.5K 838
                                    


nb : bab ini terinspirasi dari video Shafa Harris. Kalian bisa lihat di mulmed yang gue sediain ok.

Selamat Membaca

Ayo ramein biar gue jadi semangattt update. Komentar kalian tuh kayak afirmasi buat gue wkw

___________________________________

Bab 12. Satu Hal yang Harus Berakhir

Nggak ada tempat buat bener-bener pulang bagi anak yang rumahnya udah hancur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nggak ada tempat buat bener-bener pulang bagi anak yang rumahnya udah hancur.

***

"LO ngerasa nggak kalau akhir-akhir ini lo deket banget sama Sekala?"

Mendengar pertanyaan itu, Nirbita menoleh. Ia bingung kenapa Garin tiba-tiba bertanya demikian. Padahal, sejak tadi obrolan mereka tidak sedikit pun nyerempet ke arah Sekala atau hal-hal kecil yang mungkin berhubungan dengan lelaki itu.

"Beberapa kali lo juga sering terjebak moment bareng dia. Gue jadi kepikiran sama omongan Serena. Jangan-jangan bener, kalau kalian emang lagi deket," lanjut Garin penuh curiga.

"Gue nggak ngerasa gitu."

"Lo nggak usah denial deh.

Nirbita mendengus. Sekilas, ia melirik jam di pergelangan tangannya lalu mempercepat langkah menuju eskalator. "Lah emang nggak deket."

Beberapa kali Garin tertinggal di belakang sebab gadis itu rempong dengan beberapa paper bag di tangan. Hal itu membuat Nirbita inisiatif mengambil alih sebagian.

"Chat terakhir lo sama Sekala tentang apa?" tanya Garin begitu sudah begitu sudah stay di eskalator yang terus beranjak naik.

"Tipes."

"Hah?"

"Dia bilang gue sakit tipes."

Untuk sesaat Garin terdiam hingga akhirnya ia sadar akan suatu hal. Tawanya pecah seketika membuat Nirbita kembali bingung. "Anjir? Seriusan?? Dia chatnya gimana?!"

"Lupa."

"Ish. Masak lupa??!!"

Nirbita menghela napas. Garin akan terus bertanya jika ia tidak menjawab. Maka, untuk sesaat ia meluangkan waktu untuk mengingat-ingat kembali. "Lain kali jangan terlalu stress. Pola makan dijaga juga. Biar nggak tipes lagi. Kurang lebih gitu lah chatnya."

"Terus lo bales apa?" tanya Garin kepo.

"Nggak gue bales."

Begitu sampai di lantai 3 mereka kembali mencari eskalator untuk ke lantai selanjutnya. Dan dalam perjalanan itu, Garin tidak berhenti merecoki.

Satu Kotak Senja untuk NirbitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang