18. AYANG BEIBIH

3.2K 167 4
                                    


"Kenali dia dengan kepribadian yang sesungguhnya."

Holaa

Apa kabars?

Gimana, siap buat lanjut?

Happy reading💙💙💙

•••

Panas matahari yang menyengat, masuk melalui celah jendela, namun tak berhasil mengusik seorang laki-laki yang masih nyenyak bersembunyi di balik selimut tebalnya. Nathan, ia menulikan pendengarannya ketika Sarah terus saja mengedor pintu kamarnya, padahal jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang.

"WOI ANAK ONTA! BANGUN!" teriak Sarah kesekian kalinya.

"Kunci cadangannya di mana, ya?" gumam Sarah mengacak-acak isi laci di samping pintu kamar.

Setelah lama mengobrak-abrik laci, akhirnya ia menemukan apa yang ia cari. Buru-buru sarah membuka pintu kamar putranya.

"Laillahaillah muhammad darasulullah!"

Sarah langsung masuk ke kamar putranya itu, alangkah terkejutnya ia saat mengetahui bagaimana rupa di dalamnya, kertas berserakan dan meja belajar berantakan.

Jangan berpikir semalam Nathan belajar dan Sarah menjadi bangga. Wanita paruh baya itu dibuat kesal melihat printilan-printilan kertas, yang entah untuk apa.

"Heh! Bangun!" Sarah menguncang tubuh Nathan berharap anak itu cepat bangun.

"Enghh!" Nathan merenggangkan otot-ototnya.

Laki-laki itu mengerjapkan matanya beberapa kali. "Selamat pagi mamahku yang cantik," ucapnya dengan suara serak, khas orang bangun tidur.

"Pagi gundulmu! Ini udah siang Nathan anakku sayang!" Sarah mengeram kesal menghadapi anak semata wayangnya ini.

"Ini juga! Kenapa kamarnya kayak kapal pecah? Mau jadi tukang rongsokan?!" cerocos Sarah, memijit pelipisnya yang terasa puyeng akibat ulah anaknya.

"Semalem tidur jam dua lho," ucap Nathan sempoyongan namun merasa bangga.

Sarah kembali dibuat terkejut. Ngapain anak itu tidak tidur sampai jam dua pagi, kalau belajar mah pasti ia bangga, lah ini? Malah buat sampah.

"Bangga?" tanya Sarah kelewat kesal.

Nathan mengangguk mantap, memberikan acungan jempol pada mamahnya itu. Matanya masih sayu, sepertinya bocah itu benar-benar lelah.

"Mamah harus liat!"

Nathan merogoh laci di samping ranjangnya, mengeluarkan sesuatu yang ia buat semalaman. Sebuah gulungan kertas besar, membuat Sarah mengernyitkan dahinya bingung.

"Liat!"

Nathan membentangkan besar-besar kertas yang ia pegang, memperlihatkan apa saja yang ada di kertas itu. Sarah terkejut sekaligus ingin meledakkan tawa saat ini juga.

"Kamu semalam buat beginian?" tanya Sarah tak percaya dengan apa yang dibuat oleh anaknya itu.

"Hmm," balas Nathan mengangguk lemas dengan senyum malu-malu ia perlihatkan.

"Buat apa?!" Sarah berusaha mati-matian menahan tawanya yang ingin meledak.

"Dipasang di dinding kamar, biar Nathan bisa liat muka Dhira setiap saat, tujuh per dua puluh empat jam!" ucapnya menggebu-gebu.

"HAHA."

Cukup! Sarah tak mampu menahan tawanya, melihat banyak sekali foto-foto dhira yang tertempel rapi di kertas besar yang Nathan buat. Mulai dari Dhira masih kecil sampai sekarang, ternyata Nathan hobi memotret perempuan itu diam-diam. Tak sampai di situ, yang paling membuat Sarah ingin tertawa adalah, foto aib Dhira yang tengah tertidur dengan mulut terbuka, sepertinya di dalam bis.

Gardenia | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang