31. HAPPY OR SAD?

1.9K 119 0
                                    

Hai haii
Part kali ini agak banyakan hihii
dan banyak typo!!
Semangat membacaaa semuaa!!
Happy reading💙💙💙

•••

Dhira berjalan memasuki rumah dengan riang ria, Nathan yang berjalan di belakangnya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah gadis kecilnya itu.

"Mamah!!" panggil Dhira dengan wajah ceria.

Sarah yang tengah memasak di dapur itupun mengakhiri aktifitasnya, mendengar Dhira memanggilnya.

Dhira langsung memeluk Sarah lantaran ia merasa senang. Setelah berbulan-bulan lamanya menabung rasa rindu terhadap bundanya, akhirnya ia akan bertemu juga. Jangan anggap Dhira lebay dan sebagainya, dalam kurun waktu yang tidak singkat, dan selama itu pula komunikasinya dengan Ghina terputus tiba-tiba.

Semua orang seperti menyembunyikan sesuatu kepadanya, tak sekali dua kali Dhira bertanya mengenai bundanya kepada Sarah, namun wanita itu seperti tak ingin menceritakan semuanya.

Ia berpisah dengan bundanya, seseorang yang selalu menemaninya dari kecil, hidup Dhira tergantung kepada malaikat tak bersayap itu. Setelah mendengar kabar Sarah akan mengajaknya berkunjung ke Surabaya, tempat di mana bundanya berada, kini rasa bingung, cemas, dan curiga langsung menghilang, ia yakin bundanya pasti baik-baik saja.

"Kapan kita ketemu bunda?" tanya Dhira antusias.

Sarah mengusap puncak kepala Dhira, melihat anak itu tersenyum senang, membuat hatinya merasa tenang. "Besok kita ke sana, mamah udah izin ke sekolah kamu, buat minta cuti beberapa hari," jawab Sarah, membuat senyum Dhira semakin mengembang.

"Nathan?" Nathan menunjuk dirinya sendiri, bertanya apakah Sarah juga mengizinkannya untuk cuti juga.

"Kamu jaga rumah, biar mama sama papa yang nemenin Dhira," jawab Sarah tersenyum menyebalkan.

"Lah kok gitu?! Ngapain papa ikut juga?" tanya Nathan tak terima.

"Ya masak cuma mama sama Dhira, terus lontang-lantung di jalanan gitu? Kalau papa ikut kan jadi ada yang jagain."

"Kenapa papa? Kan ada Nathan, Nathan bisa kali jagain kalian berdua, lagian papa juga harus kerja 'kan? Masak kerjaannya ditinggal gitu aja?" cibir Nathan, kalau ada dirinya kenapa harus papa yang ikut ke sana.

"Kamu harus sekolah, bentar kali ujian kelulusan 'kan?" jawab Sarah menjengkelkan.

"Terserah!" ucap Nathan merajuk, dirinya dilupakan begitu saja.

"Lagian kamu kenapa sih?! Ngotot banget mau ikut." Sarah menatap jengah anaknya yang sudah kelosotan di lantai.

"Kepo!" sembur Nathan.

"Yang sopan!"  ketus Dhira, langsung menjewer telinga Nathan, membuat laki-laki itu mengaduh kesakitan.

"Yang mau ketemu bunda cuma Dhira, kamu ngapain ikut? Mending jaga rumah," ucap Sarah membuat Nathan mendengus kesal.

"Nathan juga rindu kali sama calon mertua, apalagi ayam panggangnya," jawab Nathan memanyunkan bibirnya, mengingat waktu mereka melakukan pertemuan yang membahas perjodohan dan Ghina memasak ayam panggang, salah satu menu makanan favoritnya.

"Alasan!"

Sarah menatap malas anak laki-lakinya itu, sangat-sangat menyebalkan menurutnya. Ingin sekali ia mendokumentasi kelakuan Nathan sewaktu di rumah, dan menunjukkan ke teman-teman anaknya itu, menunjukkan bahwa sifat ketua mereka sangat amat bertolak belakang saat di rumah dan di luar sana.

"Assalamualaikum, papa pulang."

Suara bariton seorang pria berkemeja itu mengalihkan perhatian tiga orang yang tengah melakukan drama, tepatnya hanya Nathan saja.

Gardenia | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang