~~~~~~
Randu mengerutkan dahinya heran saat gadis itu bahkan tahu namanya. Kalau diperhatikan memang wajahnya terlihat tidak asing, tapi masalahnya Randu lupa di mana ia pernah bertemu dengan gadis ini.
"Maaf," sesal Randu salah tingkah, satu tangannya mengusap tengkuknya malu, "kita pernah ketemu kan, ya?" tanyanya ragu.
"Iya, dok, saya Putri dokter koas yang waktu itu. Wajar kalau dokter Randu tidak ingat saya."
Randu menepuk tangannya sekali. "Ya ampun, saya pikir siapa. Pantesan kok kayak familiar." Ia kemudian terkekeh, "mau ke nikahan dokter Firman dan Winda juga?"
Sambil tersenyum canggung Putri mengangguk. "Iya, dok."
"Sendiri?"
"Harusnya sih sama temen satu kelompok, tapi saya agak telat. Terus ditinggal deh."
"Wah, pas nih."
"Heh? Pas apanya, dok?" tanya Putri kebingungan.
"Pas banget saya jadi ada temennya masuk. Nggak enak tahu kondangan sendirian, rekan-rekan saya semua pada bawa pasangan masing-masing. Males saya," kata Randu menjelaskan lengkap dengan ekspresi cemberutnya.
Tanpa sadar Putri terkekeh. "Ya, kan dokter Randu bisa juga ajak pasangannya."
Randu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana bahannya. "Nah, itu dia masalahnya. Pasangan saya nggak mau nemenin saya."
Dih, sok iya sekali Randu ini. Mengaku-ngaku kalau Ayu adalah pasangannya. Mentang-mentang ucapan adalah doa, terus dia seenaknya berucap bak sedang berdoa? Cerdas sekali.
"Oh, udah ada yang punya ternyata," guman Putri dengan nada kecewa.
Randu yang mendengar gumanan otomatis menoleh. "Gimana, Put?"
"Eh?" Putri tersentak kaget, "anu... Itu liftnya udah terbuka, dok. Mari!"
Meski sebenarnya sedikit penasaran, Randu mencoba untuk tidak terlalu mengubrisnya. Mungkin sesuatu yang didengarnya tadi bukan hal yang harus ia dengar, jadi ia memilih diam dan ikut keluar dari lift.
"Nanti temani saya nemuin pengantinnya dulu , ya," pinta Randu terdengar tidak ingin dibantah.
"Eh?" Gadis itu menerjap kebingungan.
Dengan wajah memelasnya, Randu memohon, "Plis! Saya nggak sanggup deh kayaknya kalau nggak ditemenin. Winda itu beneran rese kalau sama saya."
Putri menggenggam tali clutch bag-nya erat secara reflek. Wajahnya terlihat ragu-ragu. "Tapi gimana nanti kalau ketahuan pacarnya dokter Randu?"
Spontan Randu langsung terbahak. "Nggak bakalan, salah sendiri kan dia nggak mau nemenin saya."
"Dokter Randu," cicit Putri panik, sambil menggeleng tanda tidak setuju.
Melihat wajah juniornya yang terlihat sedikit panik, membuat Randu terkekeh gemas. Bahkan dengan tidak sopan batinnya menjerit, 'Anjir, manis banget ini anak orang. Boleh dibawa pulang sekalian nggak sih?'
"Iya, iya, saya bercanda. Saya masih single, Putri. Kalau udah punya ya nggak mungkin kan saya dateng sendiri," ucap Randu mencoba menenangkan Putri, "yuk, ah, lama deh," imbuhnya sambil menggenggam sebelah tangan Putri dengan santai, ia tidak sadar kalau perlakuannya tersebut mampu membuat dentuman jantung Putri berdebar secara tidak normal.
"Biar nggak ilang," ucap Randu saat gadis itu memberikan tatapan hendak memprotes.
Putri yang notabene-nya hanya dokter koas bisa apa selain pasrah dan bersorak girang dalam hati? Ya sudah lah, nikmatin aja kan. Kapan lagi coba bisa digandeng dokter ganteng? Kesempatan tidak datang dua kali kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Gamaphobia
ChickLitKegagalan pernikahan kedua orangtua dan Kakaknya membuat Pramesti Ayunindya takut melangkahkan hubungannya dengan sang kekasih ke jenjang yang lebih serius. Trauma jelas masih ia rasakan. Namun, pertemuannya dengan Randu Kalandra merubah segala. Aka...