28. Gagal Ijab Sah?

1.4K 151 4
                                    


______

Randu langsung menutup pintu gerbang, setelah mobil Ayu keluar dari pekarangan rumah. Sebenarnya ia tidak rela membiarkan perempuan itu pergi begitu saja, tapi Randu sendiri juga sadar diri kalau dirinya tidak bisa berbuat apapun selain membiarkan perempuan itu pergi begitu saja.

Saat hendak kembali masuk ke dalam rumah, Randu cukup dikejutkan dengan keberadaan Hana di ambang pintu sembari menatap dirinya kasian.

Randu meringis malu. "Kamu denger, ya?"

"Dikit. Maaf, Mas, Hana nggak sengaja," cicit Hana dengan ekspresi bersalahnya.

Randu mengangguk sambil mengusap kepala Hana yang terbungkus jilbab instan, pria itu tersenyum setelahnya. "Nggak papa. Masuk, yuk, Mas mau tidur. Takut nanti ada emergency call."

Hana mengangguk setuju lalu mengekor di belakang Randu yang lebih dulu masuk ke dalam rumah. "Mas Randu sayang banget ya sama Mbak Ayu?"

"Kayaknya begitu, Han," balas Randu sambil tersenyum miris.

"Sabar, ya, Mas. Mungkin Mbak Ayu butuh waktu, Mas Randu jangan maksain Mbak Ayu dulu, kasih waktu Mbak Ayu buat sendiri dulu, abis itu baru Mas Randu berjuang," saran Hana sambil menepuk pundak Randu, memberi semangat pada sang kakak.

Randu hanya memamerkan senyum ala kadarnya sambil mengangguk, lalu menaiki anak tangga.

"Mas!"

Randu menghentikan langkah kakinya dan berbalik. "Kenapa?"

"Maafin Hana soal yang tadi," lirihnya sambil menundukkan kepalanya karena perasaan bersalah.

"Bukan salah kamu, emang dia aja yang ribet," balas Randu cuek. Kepalanya kembali berdenyut saat memikirkan perdebatannya dengan Ayu tadi.

"Tapi, Mas--"

"Udah ya, Han, Mas capek. Mau tidur," potong Randu kembali membalikkan badannya dan melanjutkan langkah kakinya menuju kamarnya.

Di bawah, Hana hanya mampu menghela napas panjang. Ia cukup menyesal karena tidak sengaja mendengar pertengkaran mereka. Dari apa yang ia lihat tadi, sebenenarnya Ayu memiliki perasaan yang serupa dengan Randu, mereka berdua sama-sama lebih dari sekedar saling tertarik. Sebagai sesama perempuan, ia paham apa yang dirasakan Ayu, ia bisa merasakan itu. Tapi yang membuat Hana tidak paham, kenapa Ayu harus bersikap seperti itu. Perempuan dengan segala kerumitannya memang benar-benar memusingkan.

-------

Randu akhirnya mengikuti kemauan Ayu, pria itu tidak menghubunginya sesuai kemauan perempuan itu. Meski sebenarnya Randu sangat ingin menemui Ayu atau sekedar mendengar suaranya. Tapi mengingat saran Hana yang meminta dirinya agar memberi Ayu waktu, membuatnya tidak punya cukup keberanian untuk sekedar mengirim pesan ke perempuan yang sebenarnya begitu dirindukan itu. Hari-hari Randu terasa berat setelah pertengkaran mereka. Ia seperti kehilangan semangat hidupnya.

"Ngapain ke sini, tumben?" sambut Gilang tanpa menoleh ke arahnya. Tangannya sibuk menulis sesuatu di atas kertas.

Randu juga tidak paham apa yang membawa langkah kakinya ke departemen penyakit dalam. Mungkin karena Gilang yang tahu tentang kedekatannya dengan Ayu, dan istri Gilang yang merupakan teman Ayu, membuatnya berpikir kalau ia memang sudah seharusnya menemui Gilang sejak seminggu yang lalu. Tepat setelah mereka bertengkar.

Bukannya langsung menjawab, Randu malah menghela napas sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jas putihnya. Ya, ia baru saja visit pasien dan langsung menemui Gilang.

Karena tak kunjung mendapat jawaban, kali ini Gilang menoleh ke arah Randu dan menghentikan kegiatannya menulis. Mereka saat ini sedang berdiri di hadapan Nurse station.

GamaphobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang