_____
Ayu membawa piring berisi potongan buah-buahan lalu menyuguhkannya untuk Randu, yang kini sedang duduk bersandar pada sofanya di hadapan televisi yang menyala tapi pandangan terfokus ke layar ponsel.
"Udah makan?" tanya Ayu berbasa-basi setelah mendudukkan pantatnya tepat di sebelah Randu.
Randu menoleh ke arah Ayu sekilas lalu mengangguk. "Udah."
Ayu menusukkan potong buah apel menggunakan garpu, lalu menyodorkannya pada Randu. "Dimasakin apa sama Hana?"
Randu mengucapkan terima kasih sambil menerima buah yang Ayu sodorkan. Diletakkan ponselnya di samping piring, baru setelahnya ia mulai menikmati buah apel tersebut.
"Soto ayam."
"Enak dong?"
Randu mengangguk. "Iya, masakan Hana always enak, kayak kamu. Cuma sayang sambel buatannya nggak semantep bikinan kamu." Ia kembali menusuk potongan buah menggunakan garpu.
"Sorry, akhir-akhir ini kamu jarang aku masakin ya?"
"Nggak papa, kita masih bisa ketemu aja lumayan, Yu. Kan akhir-akhir ini cobaan kita lumayan berat buat ketemu, kamu weekday nggak sibuk-sibuk amat, tapi aku yang sibuk. Giliran aku weekend nggak sibuk kamunya yang sibuk. Hari ini kita sama-sama nggak sibuk, eh, malah kamunya yang diculik Hana. Ya Allah, begini amat mau jalan berdua sama pacar," keluh Randu sambil mengunyah potongan buah pir dengan sedikit kasar. Di sampingnya, Ayu hanya terkekeh melihat ekspresi kesal sang kekasih.
"Masih sempet ketawa kamu?" protes Randu sebal. Ia menusuk potongan buah apel lalu menyodorkannya kepada Ayu, awalnya wanita itu menolak namun setelah mendapati pelototan yang disertai decakan tak sabar, akhirnya Ayu mengigit buah itu, sisanya ia masukkan ke dalam mulutnya. Yang tentu saja langsung diprotes keras sang kekasih.
"Randu, iiih, kok kamu makan bekas aku?"
Randu hanya terkekeh sebagai respon.
"Ngomong-ngomong tadi kamu sama Hana pergi ke mana aja?"
"Cuma toko buku sama food court. Gila ya, adik kamu itu. Hampir dua jam lebih tahu kita cuma di toko buku, aku sampai pegel nungguinnya. Segala macem rak jenis buku dia kelilingi satu-satu, mulai dari novel, buku filosofi, self improvement, social science, parenting, sampai komik semua dijelajahi," keluh Ayu dengan wajah cemberutnya.
Randu terkekeh. "Hana emang gitu sih, dulu aja buku-buku kedokteran aku aja suka dia baca-baca. Padahal aku sendiri yang punya kadang suka males mau baca kalau bukan karena kewajiban, eh, dia-nya malah rajin baca."
"Terus kenapa dia nggak masuk kedokteran juga kayak kamu?"
"Cuma gara-gara nggak lulus SNMPTN, jadi dia langsung mundur duluan. Padahal kalau dia emang niat pengen masuk kedokteran, kan bisa lewat jalur mandiri, Yu." Kali ini Randu sudah terlihat sedikit lebih santai, bahkan ia kini sudah kembali menikmati buah yang Ayu suguhkan tadi, "tapi emang dasar si Hana aja yang nggak niat pengen jadi dokter, ya, gitu. Kayaknya emang penasaran doang, nggak bener-bener dapet panggilan pengen jadi dokter," imbuhnya di sela kunyahannya.
"Dulu kamu masuk fakultas kedokteran lewat jalur mandiri?"
Randu menggeleng.
"Lewat SNMPTN?"
"Bukan." Lagi-lagi Randu menggeleng.
"Lha terus kamu masuk fakultas lewat jalur apaan? Jalur khusus? Kamu nyogok, ya?" tuduh Ayu dengan kedua mata menyipit curiga.
Randu melotot tidak terima dengan tuduhan sang kekasih. "Sembarangan! Lewat SPMB, Yu, jaman aku namanya masih itu bukan SNMPTN."
Ayu berpikir sejenak. "Tapi kan 2008 udah ganti SNMPTN? Kamu masuk kuliah tahun berapa sih? Orang pas aku dulu udah SNMPTN kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gamaphobia
ChickLitKegagalan pernikahan kedua orangtua dan Kakaknya membuat Pramesti Ayunindya takut melangkahkan hubungannya dengan sang kekasih ke jenjang yang lebih serius. Trauma jelas masih ia rasakan. Namun, pertemuannya dengan Randu Kalandra merubah segala. Aka...