Hari ke-019

1.2K 182 28
                                    

Taehyung membuka pintu dengan lebar, mempersilahkan dua orang itu masuk. Mengikuti dari belakang kemana mereka pergi.

"Joji!" Anatasya berseru saat matanya menangkap sosok Jeongguk yang tengah asik mengutak-ngatik tungku pembakaran. Mendekat dengan sekantung besar bahan-bahan pelengkap untuk barbeque nanti. Diberikan satu kecupan di pipi Jeongguk lalu memeriksa apa yang sekiranya bisa ia bantu. "Kurasa semuanya sudah hampir siap."

"Kim yang sedari tadi menyiapkan."

Anatasya melihat wajah Jeongguk lumayan lama, mungkin menganalisa apa perasaan Jeongguk jauh lebih baik dibandingkan saat awal-awal ia mengetahui keadaan humanoid-nya itu. Ingat sekali ia mendapat telepon yang sudah ia kira akan dipenuhi oleh protes dan ketidakterimaan. Untung saja suaminya cepat-cepat bisa mendinginkan Jeongguk dengan memberikan tiket kunjungan VIP ke galeri seni.

"Aku senang melihatmu jauh lebih baik, Joji."

"Berbahagialah, dude. Tak terlalu buruk mempunyai seseorang di sisimu, apalagi Kim itu tipe yang pendiam dan penurut." Samuel menepuk cukup keras bahu Jeongguk, ikut memeriksa mesin yang ada di kedua tangan Jeongguk. Diam-diam melirik pada istrinya yang berdiri di meja kitchen bersama Taehyung.

"Entah kenapa saat mendengar kalimatmu aku merasa tersindir, kau mau protes punya istri yang cerewet dan senang sekali marah-marah?"

"A-aku hanya memuji Kim, tidak lebih." Samuel buru-buru meralat ucapannya, menciut di tempatnya berdiri. Tertawa dipaksakan namun jelas matanya meminta bantuan pada teman istrinya– Joji.

"Aku tak ikut dalam permainan." Jeongguk mengangkat kedua tangannya, memberitahu jika ia tak ada urusan sama sekali. Paling hafal bagimana tempramen dari teman semasa kuliahnya itu hingga sekarang. Jeongguk memutuskan untuk pergi ke halaman samping dibantu oleh Samuel yang dengan senang hati diterimanya sebagai ajang untuk melarikan diri dari Anatasya.

"Kau harus menjaga mulutmu, El." Jeongguk mulai menyalakan perapian, menaruh satu potongan besar daging ke atas sana. Menambah beberapa grilled chicken kabobs yang telah dibumbui dan jamur sebagai pelengkap. Menasihati seperti seorang granny pada cucunya entah untuk ke berapakali. "Aku tak mau jika rumahku dijadikan tempat penampungan lagi."

Jeongguk mengingat betul setiap kali Samuel membuat masalah dengan sang istri pasti rumah Jeongguklah yang dijadikan sebagai pelarian terakhir. Padahal pria itu bisa memilih hotel ternyaman dan mewah di manapun semudah mengedipkan mata. Alasan yang Jeongguk dengar sungguh membuat ia semakin ingin melempar pria itu ke luar rumah.

Rasa-rasanya Jeongguk pernah bilang bukan? Jika ia sangat payah dalam mengurus dirinya sendiri, apalagi jika harus mengurus orang lain. Selama ini yang ada di dalam kepalanya hanya outline, tokoh-tokoh penting dan bagian cliffhanger untuk novel-novelnya.

"Yang terpenting kan aku cukup berguna untukmu."

Berguna apanya?!

Jerit Jeongguk dalam hati, tangan pria berstatus suami dari Anatasya itu justru pengrusak ulung. Jika Jeongguk mendapat julukan si pengacau berbeda lagi dengan Samuel. King of destruction. Julukan cukup keren yang diberikan khusus dari istri tercinta pria itu.

"Sebaiknya kau pegang ini, aku akan menyusul anak-anak ke depan." Jeongguk menyerahkan penjepit makanan dan membiarkan Samuel mengambil alih pekerjaannya itu, sementara ia menyambut tamu.

Seperti dugaan Jeongguk, rekan-rekan kantornya sudah berkumpul di depan rumah, terlihat saling mengobrol dan telinga sensitif Jeongguk untungnya menangkap suara dengungan itu.

"Hei, kenapa berdiri di sini? Pestanya sudah dimulai. Kubilang pada Robert untuk mengajak kalian langsung ke halaman."

Mereka yang awalnya asik mengobrol kini mengerubuti Jeongguk yang datang mengampiri kerumunan mereka.

HUMANOID HUSBAND [KookV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang