Pertama kali aku membuka mata, yang bisa kulihat adalah cahaya putih yang tepat menyorotku. Merasakan pupil mata membesar saat lampu itu di alihkan dariku.
Setelahnya menangkap sosok beberapa pria tinggi di sekitarku, jas panjang putihnya membuatku mengerutkan alis. Salah satu dari mereka mencoba mendekatiku perlahan dan masker yang ia sebelumnya kenakan dibuka. Kini aku bisa melihat sepenuhnya wajah penuh senyum dan lesung pipi setiap pria itu menarik bibir.
"Selamat. Kau berhasil terlahir sebagai humanoid Kim di Humacare Corp."
Aku hanya bisa membalas ucapan pria itu dengan senyuman samar. Lalu seorang wanita menghampiriku sembari membawa selimut, melungkupi tubuhku yang ternyata tak mengenakan sehelai benangpun menggunakan selimut tersebut.
"Kau tahu tidak? Kalian di tanganku waktu itu hanya seukuran ini." Aku melihat jemarinya menunjukkan ukuran kecil. "Hanya sebuah chips kecil."
Aku tak begitu mengerti tapi merasa sangat familiar dengan wanita ini. Suaranya tak asing dipendengaranku.
Entah kenapa aku merasakan kali ini tubuhku lebih ringan dari biasanya. Ruang pergerakanku juga tak terbatas. Aku menunduk, jemari panjang itu terangkat. Tak percaya jika itu adalah milikku sendiri. Menggerakkannya penuh antusias lalu seketika itu juga aku menyadari dan mengerti jika aku memiliki tubuh utuh.
Benda cair terasa mengalir di wajahku. Merabanya dengan jemari yang baru aku dapat. Wajah ini.. sekarang aku bisa melihat pantulan diriku sendiri di cermin.
"Kau pasti senang, bukan? Aku tahu betul kau sangat menantikan tubuh seperti teman-temanmu yang lain."
Aku mengangguk dan tangisanku pecah saat itu juga. Banyak dari mereka yang mencoba menenangkan, memeluk dan mengusap rambutku seperti anak kecil.
Setelah itu aku dibawa oleh wanita tadi ke dalam sebuah ruangan yang cukup luas. Bernuansa hangat dan semuanya tersusun rapi serta lengkap.
Wanita itu bilang jika aku akan tinggal disini untuk sementara waktu. Aku sama sekali tak keberatan malah merasa lebih antusias. Mencoba menggerakkan seluruh tubuhku di dalam ruangan luas ini.
Tempat tidur, kamar mandi, meja makan, satu set sofa dan TV sudah tersedia di dalam ruangan ini. Secara tepat waktu ada yang mengantarkan makanan untukku pula. Pada awalnya aku tak percaya jika aku membutuhkan makanan seperti manusia pada umumnya, kukira perutku tak akan berbunyi nyaring seperti orang-orang di film yang kutonton.
Akupun rutin menjalani serangkaian tes dan uji coba dengan pria tinggi berlesung pipi. Selama sebulan penuh pula aku harus tinggal di ruangan yang hanya diisi oleh aku sendirian. Sama sekali tak merasa bosan karena apapun yang kulakukan itu adalah hal yang pertama kali untukku.
Selain itu aku juga mendapat teman baru yang hanya berdiam diri dipojok ruangan luas itu. Matanya berkedip merah mengikuti kemanapun aku pergi. Aku beberapa kali mengajaknya berkomunikasi namun tak mendapatkan sinyal balasan.
Namun, aku selalu menyapanya saat dipagi hari ketika aku akan menemui profesor, saat olahraga di sore hari, dan saat malam hari ketika akan pergi tidur.
Setelah sebulan tinggal di ruangan itu aku kembali dibawa menuju satu kawasan asrama. Tempat itu cukup luas dengan fasilitas yang lengkap. Masih tetap dalam pengawasan namun yang membuatku begitu terhibur dan sangat senang adalah teman-teman yang bisa aku ajak mengobrol dan melakukan aktivitas bersama.
Awalnya aku tak begitu memperhatikan tetapi semakin lama aku semakin sadar jika teman-temanku akan berkurang dan bertambah kembali dengan teman yang baru. Sempat menanyakan hal mengganjal tersebut kepada profesor namun yang aku dapat hanyalah senyuman sembari ia berkata, "nantipun kau akan tahu."
Teman-teman yang lainpun hanya bisa menggeleng atau menaikkan bahu tak tahu.
Kali ini wanita itu datang kembali, lebih tepatnya menjemputku untuk mengikutinya pada satu ruangan. Disana terdapat ribuan peti-peti besar yang berdiri melebihi atas kepalaku.
Lalu aku melihat senyum ber-dimple itu lagi. Kali ini tak sendirian, profesor memperkenalkan dua orang padaku. Satu wanita tinggi dan satu lagi pria pendek dengan bibir tebal yang menggemaskan.
Kami mengobrol banyak hal. Mulai dari bagaimana mereka berakhir bekerja di sini hingga pada hal yang sesimple kenapa pria imut itu menambahkan akhiran Christian pada namanya.
Tak terasa profesor memanggilku untuk pemeriksaan secara menyeluruh. Menyuntikkan beberapa cairan ke dalam tubuhku hingga kesadaranku perlahan memudar.
Aku sekarang sangat mengerti keadaanku sendiri. Wanita itu memberi tahu semuanya melalui otak buatanku. Aku diciptakan memang untuk mereka yang membutuhkan teman, saudara, ataupun orang-orang terkasih. Memilih satu di antara kami lalu kami akan di kirim dan di antar hingga ke dalam rumah mereka.
Jadi pertanyaanku dahulu tentang kemana perginya teman-temanku satu-persatu kini menemui jawabannya. Mereka pergi pada tuan mereka yang baru. Menjadi anak yang baik dan hidup senormal mungkin seperti manusia pada umumnya.
Begitupun aku sendiri. Membuka kedua mataku dan mendapati pria berwajah kusam dan tak terawat memandangku dengan begitu lekat.
Mulai dari sini aku tak akan bercerita banyak. Namun satu hal yang aku yakini dari pertama kali mata kami bertemu dan bibir kami hampir saling bersentuhan, bahwa aku mulai jatuh cinta pada pria itu serta merasakan perasaan cemburu untuk pertama kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUMANOID HUSBAND [KookV]
Fanfiction"𝘔𝘦𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘵-𝘶𝘱 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘪𝘴𝘵𝘦𝘮 𝘏𝘶𝘮𝘢𝘤𝘢𝘳𝘦. 𝘚𝘪𝘭𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘬𝘢 𝘱𝘦𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘱𝘢 𝘏𝘶𝘮𝘢𝘯𝘰𝘪𝘥-𝘮𝘶." KookV Fanfiction Top!Jeongguk Bottom!Taehyung WARNING MPREG! Marriage Life BxB