"Kau mau menemuinya?" Satu suara memecah keheningan di mobil kontainer itu. Menoleh pada pria dengan perawakan kecil yang sedari tadi menatap lekat perumahan menengah keatas yang sedang mereka singgahi.
"Bagaimana jika Kim tak ada dirumah?"
"Ya itu berarti kau kurang beruntung."
Kembali pada posisi menghadap kaca jendela truk, tak melakukan apapun dan hanya bisa menurunkan bahunya lemas.
Wanita berperawakan tinggi besar bernama Olivia itu tahu pasti apa yang teman kerjanya khawatirkan. Hidup selama hampir 7 tahun menjadi kurir barang membuatnya hafal sikap yang ditunjukan Jimin di saat mereka bertugas mengantarkan humanoid-humanoid itu kepada pemilik barunya.
Jimin takut akan wajah penolakan dari teman-teman lamanya. Pernah ada satu waktu menyempatkan untuk berkunjung sembari membawa buah tangan namun berakhir dengan usiran secara halus.
Berdalih jika mereka sudah menjalani kehidupan yang baru, kehidupan tanpa jimin di dalamnya sebagai seorang teman semasa di asrama Humacare dahulu.
Memang kebaikan tak melulu dibalas sama baiknya oleh sebagian orang. Olivia menyaksikan bagaimana Jimin dengan ramahnya merangkul mereka-mereka yang kebingungan oleh diri mereka sendiri. Terlahir dengan tubuh yang sempurna dan menyadari jika mereka bukan sekedar manusia biasa. Lalu sekarang apa yang Jimin dapatkan? Olivia akan dengan lantang menjawab tak ada.
Dan siklus tersebut akan terulang lagi hingga pada humanoid ke sekian buatan profesor Álex. Seperti itu pula cara kerja Jimin– kembali pada settingan awal. Bekerja-berteman-bekerja-dikhianati- lalu bekerja seperti tak ada masalah apapun.
Olivia hilang kesabaran, ia mematikan mesin mobil dan menarik tuas rem. Membuka pintu samping, berlalu meninggalkan mobil besar itu. Sedangkan Jimin tersadar saat melihat tubuh besar Olivia melintas di depan pandangannya.
"Kau mau kemana?" Jimin membuka kaca– setengah berteriak karena jarak mereka sudah lumayan jauh.
"Kemana lagi jika bukan ke rumah teman akrabmu." Ia sedikit menekan kata 'akrab' di akhir kalimat. Tak menoleh sama sekali. Olivia tak akan menjadi penonton lagi, ia merasa sudah terlalu banyak untuk berdiam diri di belakang tubuh yang lebih mungil darinya itu.
Jimin panik, dengan sekali lompatan ia berlari ke arah Olivia. "Kubilang kan tak usah. Sebaiknya kita kembali ke markas." Demi Tuhan tangan Jimin masih menahan tubuh besar itu namun yang terjadi malah dirinya yang ikut terseret.
Terkadang masih terheran-heran apakah dirinya dan Olivia tertukar pada saat proses pembuatan tubuh humanoidnya. Tubuh dari temannya ini bahkan lebih bisa diandalkan dan diatas rata-rata manusia biasa. Mungkin oleh sebab itu pula ia dipasangkan dengan Olivia sedari pertama ia menjadi humanoid pekerja. Yang bagi sebagian ilmuan menyebutnya humanoid gagal.
Jimin mengehela napas pasrah, tubuhnya lunglai mengikuti langkah lebar Olivia. Tak ada kata bujukan yang dapat membuat Olivia mengurungkan niat yang sudah ia yakini.
"Aku tidak akan memanggang dada ayam lagi jika kau tak berhenti."
"Atau menemanimu membeli mainan Cloud."
"Ah, bagaimana jika aku tidur dengan Cloud dan kau tidur sendiri?"
Langkah itu berhenti seketika, jika itu menyangkut dengan Cloud‐kucing hitam kesayangannya‐Olivia jelas tak akan mengalah. Jimin sangat tahu kelemahan teman bekernya itu.
"Siapa yang bilang aku akan tidur sendirian? Kau lupa aku masih punya Rogersville?"
Sial, Jimin lupa truk besar itu. Mencebikkan bibir tak suka saat lengan itu melingkari pinggang kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUMANOID HUSBAND [KookV]
Fanfic"𝘔𝘦𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘵-𝘶𝘱 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘪𝘴𝘵𝘦𝘮 𝘏𝘶𝘮𝘢𝘤𝘢𝘳𝘦. 𝘚𝘪𝘭𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘬𝘢 𝘱𝘦𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘱𝘢 𝘏𝘶𝘮𝘢𝘯𝘰𝘪𝘥-𝘮𝘶." KookV Fanfiction Top!Jeongguk Bottom!Taehyung WARNING MPREG! Marriage Life BxB