Hari ke-047

843 102 21
                                    

Jeongguk terbangun dengan rasa terkejut luar biasa, ia jatuh tertidur dan melupakan jam kantor. Ruangan gelap dengan sedikit cahaya redup yang mengintip dari celah pintu kaca.

Ia menebak jika semua karyawan TN Publishing sudah pulang dan hanya tinggal ia sendiri. Biasanya akan ada security yang berjaga dan beberapa karyawan lembur yang sedang meluruskan pinggang mereka di meja pantry. Segelas espreso hangat cukup dapat menahan mata mereka dari rasa kantuk hebat.

Jeongguk sebenarnya bukan tipikal orang yang betah seharian berada di ruangan kantor. Ia malah merasa terkurung dan imajinasinya mati tertahan. Ia akan menampakkan diri saat memberikan judul novel barunya pada Mr. Erwin, tahap revisi jika dirasa perlu-biasanya ia akan diberitahu via email- dan sesi editing dengan Anatasya. Selebihnya ia mengabiskan waktu di ruang kerja rumahnya, sangat nyaman dan tertata sesuai dengan keinginan.

Beranjak dari kursi, Jeongguk berdiam diri sejenak. Pening dikepalanya kembali menyerang saat ia merasa kurangnya jam tidur akhir-akhir ini. Terlalu banyak yang ia pikirkan dalam satu kepala. Entah yang mana dahulu yang perlu ia prioritaskan.

Tangannya sudah meraih gagang pintu kaca di depannya, tak terlalu sulit di keadaan gelap karena ia sudah hapal betul tata letak ruangan ini. Namun yang terjadi selanjutnya saat ingin menarik handle ia justru terdorong ke belakang.

Terjadi begitu cepat, ia tak bisa melihat jelas apa itu atau siapa itu. Yang ia tahu ada yang mendorong pintu kaca dari arah luar bersamaan dengan dirinya yang akan membuka pintu.

Keduanya terjatuh dengan punggung Jeongguk menyentuh lantai dahulu. Tangannya menahan pinggang ramping itu agak tak terlalu menimpanya di bawah. Jeongguk sedikit mengerang, bau parfume menyengat hidungnya dengan cepat. Ingin buru-buru menyingkirkan tubuh yang terasa berat menghimpit.

"Kau bisa berdiri? Napasku sesak." Ungkap Jeongguk pelan namun cukup di dengar oleh sosok itu.

Akhirnya ia bisa bernapas dengan bebas, ingin segera beranjak tetapi orang itu dengan tak teduga menarik kedua tangannya. Jeongguk jelas kebingungan, tidak, ia tak takut sama sekali. Jika itu hantu akan jauh lebih baik pikirnya.

Ia menebak orang macam apa yang berani masuk ke ruangannya. "Hey! Kau siapa?" Jeongguk memicingkan mata, namun tetap gelap yang ia lihat.

Mencoba menarik kembali tangannya. Aneh, seperti ada benda yang melilit di kedua pergelangan tangan. Karena demi apapun ia tak bisa melihat, jelas bukan sesuatu yang berbahan halus seperti dasi yang bisa ia robek dengan mudah.

Jeongguk bisa merasakan dingin di kulitnya seperti memegang permukaan metal. "Kukatakan sekali lagi, berhenti main-main dan lepaskan apapun itu dari tanganku."

Tak ada tanggapan. Jeongguk masih bisa bersabar. Ingin bangkit tetapi dadanya di dorong hingga ia berbaring kembali. "What the f-"

"Kau tuli atau atau idiot?! Tak mengerti perkataanku?" Persetan, ini bukan saatnya untuk bercanda atau sebagainya. Ia sudah cukup lelah dan ingin sekali menyelesaikan semua masalah secepatnya. Tak ada waktu untuk berbaring dengan sosok yang bahkan Jeongguk tak tahu bagaimana wujudnya.

Seperti angin musim panas, mungkin seperti itulah perkataan Jeongguk di telinga sosok itu. Tak ada satupun yang ditanggapi dengan benar. Malah selanjutnya hal tak terduga yang membuat Jeongguk mengumpat keras.

Tangan itu dirasa membuka kancing kemeja yang Jeongguk gunakan, satu kecupan di tengah dada dan merambat perlahan menuju perut menyadarkannya jika ia sedang dalam situasi tak aman. Mengira-ngira siapa yang sekiranya ia curigai bisa melakukan hal tak senonoh padanya di dalam lingkungan kantor.

Ameliaz, si resepsionis cantik yang beberapakali mengajaknya makan malam?

Liona, wanita single parent dari divisi pemasaran yang kedapatan menanyakan nomor handphonenya pada Anatasya?

HUMANOID HUSBAND [KookV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang