𝟎𝟕. AOMINE AND HIS SUBTLE AFFECTION

837 113 11
                                    

𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆. mild swearing.
𝐍𝐎𝐓𝐄. dibagi dua, kepanjangan sksksksks

Sabtu pagi di lapangan basket taman kota ini dipenuhi dengan pertandingan-pertandingan sengit dari anak-anak klub basket, ditambah lagi hadirnya para alumni yang memeriahkan match streetbasket ala-ala mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sabtu pagi di lapangan basket taman kota ini dipenuhi dengan pertandingan-pertandingan sengit dari anak-anak klub basket, ditambah lagi hadirnya para alumni yang memeriahkan match streetbasket ala-ala mereka.

Kamu pertama kali diajak menonton permainan mereka di lapangan yang pernah mereka rombak sendiri ini. Aomine selalu ogah-ogahan dan duduk nggak jauh dari kamu.

Salah satu senior mereka, Imayoshi, yang kamu kenal karena suka ke rumah coach pas kamu masih kelas tiga SMP dulu, duduk di bench samping kamu buat ambil minum.

“Hey, udah gede aja,” cetus Imayoshi basa-basi sambil menyimpan botol minum di lantai lapangan, “udah ada rencana mau kuliah ke mana?”

Kamu nyengir, “nyusul kakak aja kayaknya, belum tau, mikirin kelas tiga juga udah penat banget gue.”

Imayoshi tertawa renyah sambil merangkul kamu dari samping, kamu ikut terkekeh juga karena kangen juga udah cukup lama nggak sempet ngobrol sama Imayoshi.

Sampai suara ramai orang-orang di lapangan tiba-tiba sunyi. Kamu dan Imayoshi heran lalu ikut melihat keadaan, dimana semua orang melihat canggung ke arah Aomine yang masih posisi lay-up tanpa bola, dan bolanya menggelinding gak masuk ring.

“Aomine lu kenapa meleset?” 

“Sedeket itu sama ring loh pak?”

“AOMINECCHI MELENG AH BEGO!”

“BERISIK ANJING KISE! SINI LO!”

“AAAAKSHAISHAISHIAHS.”

Pemandangan yang sangat langka itu ikut kamu saksikan, dan ketika kamu bertemu pandang dengan Aomine, matanya bukan tertuju kepada kamu, tapi ke arah dimana tangan Imayoshi yang melingkar di bahu kamu. Dan sialnya, Imayoshi juga menyadari hal ini.

Bukannya melepaskan rangkulan, Imayoshi malah mengeratkannya dan tertawa makin kencang setelah kalian berdua mengerti apa tatapan dari Aomine dan kenapa bisa dia gak fokus di permainan. Kamu menghela nafas pasrah, mata Imayoshi memang sejeli itu.

“Lo? Sama Aomine? Seriusan?” Celetuk cowok berkacamata di samping kamu dengan nada yang kaget bercampur senang.

Kamu memutar mata jengah, menarik diri dari Imayoshi. “Berisik ah kak!”

Tawa Imayoshi makin meledak aja. Dia gak pernah menyangka Aomine bakal ngecengin anak gadis coachnya sendiri.

“Gila! Nggak dipelet kan lo?” Tukasnya berkelakar.

Kamu merengek kesal sambil menginjak sepatu Imayoshi. “Enak aja! Nggak lah mana ada begituan!”

“Anak-anak gak ada yang tau?”

“Nggak, orang gak ada yang nanya.”

“Anjing, lo sama piciknya kayak si Aomine, bener-bener dah lo berdua!” Cerocos Imayoshi terkekeh.

𝐊𝐀𝐈𝐑𝐎𝐒, aomine daiki.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang