𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆. mild swearing.
𝐍𝐎𝐓𝐄. dulu gue suka update siang ternyata hahahaha lupa TvTKamu menelusuri lorong kelas tiga dengan lega karena nggak banyak orang setelah bel pulang sekolah dibunyikan, kamu lebih leluasa jalan-jalan tanpa tatapan aneh dari warga sekolah.
Ke BK gara-gara bersitegang sama nama jelek Miura bukan hal yang kamu banggakan. Tapi diam ketika Miura melakukan hal semaunya membuat kamu lebih kesal dari apapun, jadi kamu tunjukkin sedikit ketegasan buat dia.
Saat kamu memasuki kelas tutor, Aomine, Kise dan Kagami sudah menunggu seperti biasanya.
“Ini nih, preman pasar masuk sekolah,” cetus Kise sambil nyengir lebar melihat kamu yang ikut terkekeh mendengarnya.
Kamu menggelengkan kepala pelan sembari duduk bersama mereka, “berisikkk.”
Mereka jelas tau tentang hal ini karena kejadian kamu nyaris baku hantam sama Miura terjadi di seberang gym first string klub basket.
Aomine yang pertama kali menarik kamu menjauh, memisahkan kamu dari Miura pas kepalan tangan kamu melayang siap tinju ke arah cewek itu. Tentunya, ayah kamu juga menyaksikan di tempat kejadian, malah beliau sendiri yang nyeret kamu ke BK biar ngasih kamu pelajaran.
Kamu dinyatakan nggak bersalah dan Miura yang kena hukuman ringan. Tapi jelas kamu bakal ditegaskan balik sama ayah kamu nanti di rumah.
Hari ini Kise pulang duluan karena dijemput oleh manajernya, Kagami menyusul kedua, dan sisanya kamu sama Aomine. Di titik ini kalian berdua memanfaatkan kesempatan dengan sebaik-baiknya.
“Nggak, yang itu biasanya ‘at’ dipake buat keterangan tempat kak.” Koreksi kamu, duduk bersebrangan dari Aomine.
“Tsk,” cowok tan itu berdecak, gak ngerti bagian mana yang kamu koreksi, kemudian beranjak dari kursi seberang kamu, sebelum berjalan mengitari meja, dan duduk di kursi samping kamu yang biasa ditempati Kise, “yang mana?”
Kamu bisa mencium pengharum pakaian dari seragam Aomine menguar ketika lengannya mengulur diletakkan ke belakang kursi, menempel ke punggung kamu, membuat kamu menelan air liur dengan kesusahan.
Sekuat tenaga kamu abaikan perasaan ingin memeluknya, merasakan tubuh kekar di balik seragam sekolah Aomine, menghirup aroma maskulin yang kuat darinya, pikiran ini tiba-tiba menguasai kepala kamu.
“Nomor tiga,” kamu jawab, berusaha untuk tetap tenang di samping cowok itu.
Pandangan kamu bergulir dari kertas yang sedang dia tulis, perlahan naik ke lengan seragam yang digulung ke sikut, memberi kamu pemandangan veins timbul dari kulit eksotis Aomine.
Dengan posisi sedekat ini, kamu bisa lebih jelas memperhatikannya secara detail dari mulai alisnya kebiruan mengerut fokus, matanya tajam dan tegas, hidung mancung dan bibir yang dibasahi lidah membuat kamu kembali kesulitan menelan gumpalan di kerongkongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐀𝐈𝐑𝐎𝐒, aomine daiki.
Fanfic𝐤𝐚𝐢𝐫𝐨𝐬. (n.) the perfect, delicate, crucial moment. a propitious moment for decision or action. 𝒂𝒐𝒎𝒊𝒏𝒆 𝒅𝒂𝒊𝒌𝒊 𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒓𝒏𝒊𝒂𝒕 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒔𝒆𝒌𝒆𝒅𝒂𝒓 𝒅𝒊𝒕𝒖𝒕𝒐𝒓𝒊𝒏 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒂𝒅𝒊𝒌...