08. Drama

964 94 0
                                    

"Mhh, dingin!" Elina melipat kedua tangannya di dada, sembari mengeratkan jaket yang membungkus tubuhnya. "Untung bawa jaket," gumamnya.

Ara yang ada di sampingnya menoleh. "Lo sakit?"

"Ha? Enggak, kok."

Ara menaruh punggung tangannya di dahi Elina. "Anget, El. Kayaknya lo mau demam."

Shiren yang berada di samping kanan Ara menoleh sebentar, kemudian kembali memperhatikan hujan deras di luar sana. Mereka saat ini sedang berada di lobi sekolah. Ada siswa-siswi lain yang juga tengah menunggu hujan reda.

"Lah, belum pulang?" Aidan berjalan menghampiri Ara, diikuti Andra, Dewa, dan Elvin. "Tadi katanya mau langsung pulang."

"Ya, mau pulang gimana? Dari tadi hujannya lebat banget. Gue 'kan gak bawa jas hujan," ujar Ara sedikit ngegas.

"Biasa aja dong, Ra! Santai. Gue 'kan cuma nanya. Sensi amat. Lagi PMS?"

"Bodo amat!" Ara mengalihkan tatapannya pada hujan di luar sana.

"Kalo lagi hujan gini, penget banget gue keluar sambil nangis," celetuk Shiren.

"Lah ngapain? Biar disambar gledek?" tanya Elvin, dihadiahi decakan dari Shiren.

"Ya, biar kayak di drama-drama gitu."

"Hidup kok mau banyak drama? Heran," ucap Dewa.

Shiren menatapnya sinis. "Bacot banget lo! Suka-suka gue lah."

Ara mendengus. Ini kenapa orang-orang mendadak berisik gini, sih? Eh, atau memang setiap hari juga kayak gitu?

"Berisik!"

Ketujuh manusia itu sontak menoleh bersamaan ke arah sumber suara, tepat di sebelah mereka. Mendapati seorang siswa dengan ekspresi datar, menatap mereka dengan tatapan tajam.

"Lah, lo siapa?" tanya Ara, heran. Pasalnya, ia merasa baru melihat orang itu.

Shiren menyikut Ara pelan, lalu berbisik, "Masa lo gak tau, sih?"

Ara menaikkan sebelah alisnya. "Emang dia siapa?" balasnya tanpa mengecilkan volume suara. Membuat orang yang tak dikenalnya itu menoleh dengan sinis.

"Dia Varo, Kapten Basket kita. Masa lo gak tau?" ucap Shiren. Ara menggelengkan kepala. "Enggak tuh. Gak penting juga, 'kan?"

"Dasar! Yang ganteng gak tau, yang burik lo jadiin pacar," bisik Shiren.

"Heh! Maksud lo, gue burik, gitu?!" tanya Aidan kesal. Ya, emang sih, akhir-akhir ini wajah dia berminyak. Tapi, 'kan, gak seburik itu. Lagi pula, gini-gini juga dia tuh banyak yang naksir.

"Lah, situ gak nyadar?" sarkas Shiren sambil menatap Aidan dengan sinis.

"Lo sebenarnya punya masalah hidup apa sih sama gue? Sinis amat, perasaan," ucap Aidan.

"Bacot!"

"Dih?"

Ara menggeleng pelan. Lelah dengan tingkah sahabat juga pacarnya.

"Sorry, ya, Varo! Ni demit satu emang berisik," ucap Shiren sambil menunjuk Aidan.

"Lah, kok gue?!"

"Ya, emang lo."

"Kampret nih cewek!"

...

Untung Sayang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang