11. Cakep

758 87 0
                                    

"Ra, pulang, gih!" titah Daren, Kakak Ara. "Lo harus belajar. Bentar lagi ujian akhir semester, 'kan?"

Ara mengangguk kecil.

"Lo juga, Dan." Daren beralih menatap Aidan yang tengah membersihkan meja. "Lo harus belajar."

"Iya, Bang. Bentar lagi gue pulang."

Ara melepas celemek berlogo Kafe tempatnya bekerja.

DNA CAFFE.

Gadis itu memilih duduk di kursi kosong tempat pelanggan, kemudian memainkan ponselnya.

Drtt!

Nyonya Wijaya Kusuma
Online

|Ra, Mama lagi di super market. Mau nitip apa?

Buah aja lah, Ma.|

|Mau buah apa?
|Buah mangga buah jeruk

Cakep👍|

|Malah cakep-cakepan.
|Mama gak lagi pantun.

"Hahaha!"

Ara menoleh ke belakangnya, mendapati Aidan tengah tertawa.

"Gila! Sama Mama Dinda aja masih bercanda," ujar Aidan.

Ara bangkit. "Tadi gue kira mau pantun."

Aidan tertawa, lagi. "Dasar!"

...

"Baru pulang lo?"

"Iya. Napa emang?" Ara membalas sambil berjalan memasuki rumah. Di belakangnya, Farel mengikuti.

"Nyokap sama Bokap gue gak ada."

"Ya, terus?" Ara berhenti, lalu berbalik menatap lelaki yang merupakan teman dekatnya sejak kecil.

Ada maunya nih, pasti.

Farel cengengesan. "Bi Nunung juga gak ada, nemenin anaknya yang lagi sakit di RS."

"Terus?"

"Gue 'kan gak bisa masak, hehehe, masakin dong."

Ara mendengus keras. "Pesen 'kan bisa."

Farel menggeleng. "Mama gak bolehin. Katanya gak sehat."

Ara mencebik kesal. "Kalo gue masakin, terus gue kasih racun, lo mau bilang itu sehat, hah?!"

"Ya, gak gitu juga." Farel berjalan melewati gadis itu. Memilih duduk di sofa. "Kalo lo yang masak 'kan keliatan gitu. Jadi, gak mungkin lo ngasih gue racun."

"Lagian, lo gak mungkin mau kehilangan orang ganteng macam gue. Ya, gak?" lanjut Farel.

"Najis! Bodo, ah. Gue mau mandi, lo diem aja di sini."

Farel tersenyum lebar. "Oke, Bos."

...

"Ra!"

"Hm." Ara bergumam pelan. Ia dan Farel saat ini tengah makan malam bersama.

"Lo tau gak?"

Ara yang semula fokus pada makanannya beralih menatap lelaki itu. "Apa?"

"Oh, berarti lo gak tau."

Farel tertawa saat melihat Ara mendelik sinis padanya. "Bercanda, elah."

"Bodo."

"Ra! Caranya nembak cewek, gimana?" tanya Farel, sambil menatap ke arah Ara yang duduk berseberangan dengannya.

"Gampang."

Farel tersenyum sumringah. "Gimana?"

Ara balas tersenyum. "Ya, lo tinggal arahin pistol ke orang yang mau lo tembak, abis itu ya ... tinggal lo tembak aja."

Farel mendengus. Salah memang bertanya pada Ara. Harusnya ia sadar sedari tadi.

"Kalo mau sampe mati, lo tembaknya ke jantung atau kepala aja," tambah Ara, diakhiri dengan kekehan yang terdengar menyebalkan di telinga Farel.

"Bodo, Ra! Bodo! Gue gak denger. Gue pake kacamata kedap suara."

"Geblek!"

...

Untung Sayang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang