"WHATSAPP, BRO!" Aidan mendudukkan tubuhnya di samping Ara. Ia melirik sang pacar yang kini tengah meneguk air mineral.
Tak hanya ada mereka, di sana juga ada Satria, Ariz, Farel, Shiren, dan Elina, serta ketiga sahabat Aidan.
Kelas 11-2 ---kelas Ara baru saja selesai berolahraga.
Harusnya, sekarang Aidan masih di kelas, tapi kenapa malah keluyuran di luar?
Ara mendelik. "Lo bolos?"
"Eh? Enggak, kok. Di kelas lagi jamkos, berisik, udah kek Pasar Minggu."
"Oh iya, Ra." Aidan memfokuskan dirinya menghadap Ara.
Gadis itu kini menatapnya penuh tanya.
"Mau tanya dong," ucap Aidan. "Kalo nama lain manggil bapak kita, selain bapak, papa, papi, daddy, abi, tuh apa lagi, ya?"
Ara terdiam sejenak.
Teman-temannya memperhatikan. Bagi mereka, pertengkaran random Ara dan Aidan cukup menghibur. Keduanya kadang bertengkar hanya karena masalah sepele.
"Ayah?"
"Iya, Bunda. Ada apa?" Aidan tersenyum lebar.
Tawa teman-temannya meledak saat itu juga.
Ara mendatarkan ekspresinya. Harusnya, ia tidak perlu menjawab saja barusan.
Harus dibales nih. Gimana, ya?
Ara tersenyum kecil. Ia menatap Aidan yang kini tengah tertawa. "Sekarang giliran gue yang tanya."
Aidan menoleh seraya mengangguk.
"Artinya 'baby, have you eaten?' apa?" tanya Ara.
"Mmm," Aidan bergumam pelan. "Sayang, kamu udah makan?"
"Iya, udah."
"Anjir!" Aidan terkekeh geli. Ia mengusak rambut Ara sebentar. "Ra, tadi gue jatuh."
Ara mendengus. Hal sekecil itu kenapa harus lapor segala?!
Ya Gusti nu Agung! Punya pacar kok modelan begini? Heran.
"Apa perlu gue mampusin?" tanya Ara.
Aidan mencebik kesal. "Kok gitu sih sama Aa ganteng?"
"Jijik, setan!" Farel menjerit jijik.
"Dunia serasa milik berdua. Yang lain ngontrak," ucap Elvin diakhiri dengan dengusan geli.
"Lo berdua tiap hari gelud mulu. Gak capek?" tanya Ariz.
"Bacot, ah." Aidan yang semula menatap teman-temannya, beralih kembali menatap Ara. "Kok gitu sih sama Mas Pacar?" rengek lelaki itu.
Ara mendengus geli. Ia menatap lelaki yang juga masih menatapnya itu.
"Pertanyaannya, kapan lo nembak gue?"
"ASTAGFIRULLAH!" Aidan berteriak. "Jangan pura-pura lupa, deh. Kita udah pacaran hampir setahun."
"Serius?" tanya Ara, memastikan. Ia bahkan tak ingat kapan tanggal jadian keduanya.
"Iya," jawab Aidan. "Baru juga masuk SMA, kita udah ngebucin aja, njir!"
Lelaki itu tertawa, diiringi tawa teman-temannya juga.
"Lo aja kali yang bucin. Gue mah kagak," sarkas Ara.
Aidan masih tertawa. "Ah, masa?" ujarnya sambil menaik turunkan alis bermaksud menggoda.
Ara mendengus. "Ah, iya. Napa? Gak percaya?!"
"Ah, enggak."
"Bacot." Ara bangkit dari duduknya. "Lubang idung lo ada tiga."
"Anjir, serem! HAHAHA!"
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Untung Sayang
Teen Fiction"Hay, cantik! Jadian sama Aa ganteng,yuk!" "Hayuk!" "E-eh? Tapi kita belum kenalan." "Ya udah, kita kenalan aja. Gue Arabella." "Gue Aidan." ... Hanya cerita tentang keseharian Ara dan Aidan. Sepasang kekasih yang tidak terlihat seperti menjalin hub...