Suara teriakan beberapa orang siswi terdengar di sekitar lapangan futsal. Tentu saja. Ada beberapa siswa yang lumayan ganteng di sana, seperti Aidan dan teman-temannya.
Juga, ada Arga. Si Kapten Futsal.
"Si Arga makin hari makin ganteng aja," ucap Shiren. "Gak nyesel lo putus sama dia, Ra?"
Ara yang tengah berjalan di sampingnya menoleh, lalu menggeleng singkat. "Gak tuh."
Ya, lagi pula untuk apa Ara menyesal, 'kan? Tidak berguna sama sekali.
"Ntar malem gue mau nginep di rumah Elina. Mau ikut gak?" ujar Shiren. "Ortunya mau pergi ke Jepang sore ini."
"Oke lah. Gue ikut. Gabut juga di rumah."
Shiren mengangguk. "Entar gue jemput, deh."
"Sip."
"Eh, itu cowok lo bukan, sih?" Shiren menunjuk ke arah seorang laki-laki yang tak asing dengan seorang gadis.
Ara mengikuti arah pandang Shiren. Mendapati Aidan dengan seorang gadis yang ia kenali. Kalau tidak salah, namanya Vina, dari kelas 11-1.
"Kok lo diem aja, sih?!" ujar Shiren, saat melihat Ara yang hanya diam, malah terlihat santai. "Lo gak cemburu apa?"
Ara mengedikkan bahu acuh. "B aja, sih."
"Si anjir!"
Ara mengalihkan tatapannya, saat bersitatap dengan Aidan.
Semua cowok sama aja.
...
"Kamu kok jarang main ke sini, sih?"
Ara tersenyum kecil.
Perasaan empat hari yang lalu gue ke sini, deh.
"Oh iya, Bunda tadi bikin kue." Bunda Alia mengambil sepiring kue coklat dari kulkas. Menyodorkannya ke hadapan Ara yang tengah duduk di kursi meja makan. "Ayo dimakan! Gak ada racunnya, kok. Tenang aja."
Ara tertawa pelan. "Makasih, Bunda."
"Iya." Bunda Alia duduk di samping Ara, lalu memainkan ponselnya. Meski sudah lumayan tua, tapi dia 'kan harus tetap jadi orang yang update. Ya, gak?
"Kok kamu gak pulang bareng Aidan, sih? Ini udah mau maghrib, lho."
"Hehehe, aku pulangnya duluan, Bunda. Soalnya, aku mau ngambil baju ganti buat nginep di rumahnya Elina."
"Ooh, ngapain nginep segala?"
"Orang tuanya Elina gak ada, katanya ke Jepang. Dan sekarang, Elina lagi sakit. Jadi, aku sama Shiren mau nginep di sana."
"Assalamu'alaikum!" Aidan berjalan menuju dapur, karena terdengar suara obrolan di sana. Lagi pula, Bundanya itu sangat suka ber-eksperimen di dapur.
"Eh? Aa udah pulang?"
Aidan mencium punggung tangan sang Bunda. "Tadi Aa udah ngucapin salam, tapi gak ada yang jawab."
"Hehehe, Bunda keasikan ngobrol sama Ara. Jadi gak kedengeran."
Aidan menoleh pada Ara yang masih memakan kue coklatnya. "Kok, pulang duluan? Kenapa gak nungguin gue?"
"Gue mau nginep, makannya duluan. Takut kemaleman."
Dahi Aidan mengernyit. "Jangan bilang kalo lo mau nginep di rumahnya si rel kereta?!"
Ara bangkit, menatap Aidan tajam. "Apaan, sih? Gue mau nginep di rumah Elina. Ngapain gue nginep di rumahnya Farel?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Untung Sayang
Roman pour Adolescents"Hay, cantik! Jadian sama Aa ganteng,yuk!" "Hayuk!" "E-eh? Tapi kita belum kenalan." "Ya udah, kita kenalan aja. Gue Arabella." "Gue Aidan." ... Hanya cerita tentang keseharian Ara dan Aidan. Sepasang kekasih yang tidak terlihat seperti menjalin hub...