27. Beli 1 Dapat 2

677 78 0
                                    

A(lovyu)RA😈

Makasih buat hari ini😊|
Makasih juga buat semuanya:)|
Semoga dapat yang lebih baik.|

Aidan menyimpan ponselnya di atas nakas. Nama kontak Ara belum ia ganti dan ... sepertinya ia tak akan menggantinya. Mungkin.

"Aa galau mulu." Bunda Alia memasuki kamar Aidan, kemudian duduk di ranjang sang anak. "Gak bisa balikan sama Ara?"

Aidan yang tengah berbaring menggeleng lemas. "Gak bisa, Bun. Dia kayaknya gak mau, deh."

Bunda Alia tersenyum kecil. "Gak papa. Kalo jodoh gak akan ke mana."

Ting!

Dengan segera, Aidan mengambil ponselnya. Berharap dalam hati semoga itu pesan dari Ara.

Dan ternyata, benar. Itu dari Ara.

Senyum Aidan merekah.

Semoga dia ngajak balikan. Atau paling enggak, dia bilang kalo dia sayang sama gue. Do'a lelaki itu dalam hati.

A(lovyu)RA😈
Online

Semoga dapat yang lebih baik.|

|Udah dapet dari kemarin.

Senyum Aidan luntur. Membuat sang Bunda mengernyit bingung, lalu mengintip layar ponsel Aidan. Ia mengusap lengan sang anak lembut. Namun, bibirnya berkedut ingin tertawa.

"Gak papa, A. Jangan sedih! Kalo Aa jodohnya, pacar dia bisa apa?"

"Tapi, Bun---"

"Sst! Udah, ya?" kata Bunda Alia. "Tapi, kalo kamu masih keukeuh pengen balikan, Bunda pasti bakalan dukung kamu."

"Makasih, Bun."

"Hahaha, si Aa jadi sadboy!" Alvan berdiri di ambang pintu kamar sang Kakak. Menatap Aidan sambil tersenyum mengejek. "Kasian!"

"Berisik lo!"

"HAHAHA!"

Adek laknat! Malah ngetawain.

...

SMA Permata. Hari Pembagian Raport Semester 1.

Aidan mendengus keras melihat pemandangan yang sangat tidak mengenakkan baginya. Di depan sana, hanya terbentang jarak beberapa meter, Ara tengah berbicara dan sesekali tertawa bersama Alvaro.

Mereka mulu yang gue liat.

Heran.

Nih mata demen banget bikin hati gue panas.

"Ngapain, Bro?" Elvin datang, lalu merangkul pundaknya. Ia mengikuti arah pandang Aidan, lalu tertawa. "Lo sih ... bego! Udah tau Ara tuh banyak yang suka, malah disia-siain."

"Wah, gue nyium bau bakar hati nih," celetuk Dewa sambil berjalan mendekat, diikuti Andra. "Duh, panas, ya!" ujarnya lantang, membuat Ara dan Alvaro yang tengah berdiri di koridor menoleh.

"Jangan lupa senyum," ucap Alvaro, lalu mengusak rambut Ara lembut. "Gue duluan."

Ara mengangguk. Ia lalu berjalan menghampiri Andra. "Kata Oma, malam ini kita harus ngumpul."

Andra mengangguk. "Oke."

"Ra," panggil Aidan pelan.

Ara menoleh, mengernyit saat Aidan tak kunjung bicara.

"Sorry, ya," kata Aidan.

"Buat apa?"

"Buat semuanya," balas Aidan. Ia menghembuskan napas pelan. "Sekalian makasih juga karna udah bikin gue gak bisa move on."

Ara mengangguk saja. Lagi pula ia 'kan tak melakukan apa pun.

Nih tuyul lemes amat, kek mayat.

"Harusnya dari awal gue sadar, pertemuan itu cuma sebuah persiapan perpisahan," kata Aidan. "Sialnya kita gak pernah siap."

"Kita?" Ara terkekeh. "Lo aja kali. Gue mah enggak. Bye!"

Gadis itu berlalu pergi, meninggalkan Aidan yang tengah ditepuk-tepuk pundaknya oleh Elvin dan Dewa. Sedangkan Andra hanya tertawa pelan. Teman laknat memang!

"Udahlah. Lupain aja. Jangan jadi sadboy." ucap Elvin.

Dewa mengangguk setuju. "Tuh, selingkuhan lo ngeliatin," katanya sambil menunjuk ke arah Vina yang tengah menatap mereka, tepatnya menatap Aidan.

"Sana samperin selingkuhan lo itu," ujar Andra. "Gue harap lo gak bahagia sama dia," lanjutnya pelan, namun menusuk. "Sesuatu yang direbut dari orang lain, pasti bakal direbut lagi."

Aidan menatap Andra dengan tatapan sedih. "Kok lo gitu sih sama gue?"

"Gimana pun juga, bagi gue, keluarga lebih penting dari sahabat. Bye, sadboy! HAHAHA!"

Elvin dan Dewa cekikikan.

"Makannya, jadi cowok tuh jangan kegatelan," ujar Dewa. "Dapet satu,  malah pengen dua. Lo kira cewek tuh makanan? Beli satu dapat dua? Geblek!"

"HAHAHA! Anjir!"

"Sialan lo berdua!"

...

Untung Sayang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang