"Mendapatkan hadiah dari mertua, sangatlah menyenangkan."
~Arunika Fera Trisanggara~Fera menyiapkan semua makanan di meja makan, walaupun sikap kekanak-kanakan itu itu susah di sembunyikan olehnya pada semua orang.
Sebenarnya yang memasak semuanya bukanlah Fera, melainkan Anita ibu mertuanya. Yang dia tahu bahwa Fera gak mungkin bisa masak, sehingga dia memutuskan untuk membantunya kali ini karna ini adalah tradisi rumah mereka.
Setelah semuanya matang dan disaat itu jugalah Anita menyuruhnya menyusun semuanya di meja makan, agar semua anggota keluarga mengira dialah yang memasak semua makanan tersebut.
Fera begitu bahagia karna sebentar lagi dia akan mendapatkan pujian, karna masakan tersebut sangatlah enak jika dimakan oleh semua orang di sana.
"Ma, Fera pasti dapat hadiah, kan? Karna udah selesai masak semua ini, walaupun masakan mama, hehe," bisiknya pada mama mertuanya.
Anita menelan salivanya kasar dan menatap menantunya tersebut kesal. "Sssthh... Jangan ribut makanya, nanti kalau ketahuan bagaimana? Bisa-bisanya Fera buka rahasia kita nanti."
Fera terkekeh. "Hehe, maaf Ma. Karna Fera sebenarnya gak suka bohong, Ma. Jika saja Mama minta Fera masak beneran, Fera mau kok," ucapnya begitu cempreng.
"Sssthh.. Fera sayang, jangan ribut nanti mama dimarahin karna membantu kamu memasak barusan, Fera bisa bohong kali ini aja, please!" pintanya begitu harap.
"Demi Mama, Fera mau kok.Tapi nanti Fera bagi dua hadiahnya sama Mama, mama mau, kan?" tawar Fera pada sang mertua.
"Jangan sama Mama, bagi sama Aditya aja, karna nanti kamu juga akan tau hadiah apa yang kamu dapatkan nantinya. Ouh iya, Aditya udah kamu panggilkan, Sayang?" tanya Anita padanya kembali.
"Udah kok, Ma. Om mungkin lagi nyisir rambutnya dengan jarinya, karna Om sukanya gitu," jelas Fera yang langsung membuat Anita terkekeh.
"Memang benar, suami kamu itu sukanya begitu Fera. Ouh iya, Mama pengen tanya, semalam apa yang terjadi di kamar kalian?" tanyanya yang membuat Fera memejamkan matanya.
"Semalam--"
"Enggak terjadi apapun, Ma," sela Aditya saat berada di sana.
"Om, semalam Om kan salah fah-"
Lagi dan lagi Fera menyela ucapan istrinya tersebut seraya menariknya ke genggamannya. Fera merasa risih, sehingga melepaskannya begitu saja.
Fera menatap kesal Aditya, karna baru saja ingin menceritakan soal semalam, Aditya malah menyelanya terus-terusan. Aditya membisikkan sesuatu padanya, sedangkan Anita hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah mereja berdua.
"Jangan ceritain apapun tentang semalam, Fera Sayang!" bisik Aditya dengan menekankan kata sayang di telinga Fera.
Fera cemberut lalu mengajak mertuanya untuk duduk, karna semua orang sudah datang ke meja makan tersebut. Mereka mulai menyipi masakan tersebut, rasanya kok ada aneh sih?
Kenapa mereka merasa bahwa ini masakan yang biasa mereka makan, Aditya bahkan langsung menatap Anita dan fera bergantian.
Mereka mengabaikannya, mungkin Anita memang mengajari semuanya, makanya rasanya tidak jauh beda. Mereka makan begitu lahap, lalu menghabiskan semuanya.
Setelah semuanya selesai makan, mereka berkumpul di ruang keluarga. Aditya duduk berbarengan dengan Fera, sedangkan Ferdiansyah duduk di depan mereka.
"Fera, Aditya, Papa punya hadiah untuk kalian, karna Fera sudah berhasil menyelesaikan tugasnya sebagai menantu hari ini. Fera, kemarilah!" titah Tuan Ferdian meminta pada menantunya agar mendekatinya.
Fera bangkit lalu berdiri di depan ayah mertuanya tersebut. "Ini untuk kalian!" ucaonya sambil menyodorkan kado berbentuk pipih tersebut.
Fera mengambilnya lalu mengucapkan terima kasih padanya, setelah itu Fera kembali duduk di sana.
Merekapun berbincang sebentar, lalu aidtya disuruh untuk membawa Fera kembali ke kamar. Fera butuh banyak istirahat, karna sebentar lagi dia akan mulai kuliah juga.
***
Fera hanya mondar-mandir sedari tadi, sedangkan Aditya sibuk bermain ponsel. Aditya bahkan mengabaikan istrinya yang terus menatap dirinya tersebut."Om!" panggil Fera ketika sudah berada di hadapan Aditya.
"Iya!" sahut Aditya pelan.
"Om!" panggil Fera untuk kedua kalinya karna Aditya memang menyahutinya namun tidak menoleh padanya.
Fera gemas melihatnya sehingga dengan itu, dia menangkup wajah Aditya sehingga menatap dirinya. Tatapan mereka bersitubruk sebentar, lalu Aditya mengalihkan pandangannya tersebut.
"Ada apa?" tanya Aditya langsung dengan bersikap senormal mungkin.
"Kapan dong kita buka kadonya?" tanya Fera yang tiba-tiba membuat Aditya langsung malas menatapnya.
"Bisa bukak sendiri, kan? Om lagi sibuk, jadi gak sempat buka kado sama kamu," pungkasnya begitu saja.
Fera merenggut kesal lalu menarik tangan Aditya agar berdiri bersamanya. "Enggak, Om harus temenin Fera, karna Fera gak mau sendirian dan lihat kadonya banyak banget, gimana Fera bisa bukak sendirian sih," ucapnya begitu ketus sedangkan Aditya tampak begitu malas.
"Lalu?"
"Om temenin Fera aja, nanti Fera bukak sendiri. Fera cuman butuh temen doang, kalau masalah kado Fera sendiri aja, benaran. Fera janji!" ucap Fera yakin sehingga Aditya setuju saja.
"Baiklah, ayo!' ajak Aditya begitu saja.
Merekapun mendekati kado, Aditya meletakkannya di lantai sementara Fera mulai duduk. Setelah semuanya berada di hadapan keduanya, Aditya mengambil ponselnya kembali.
Fera mengambil alih ponsel tersebut, yang membuat Aditya kesal dan memintanya kembali.
"Kembalikan ponsel Om, Fera!"
"Enggak, Fera gak akan balikin sampai semua kado selesai Fera bukak," tolak Fera begitu saja yang membuat Aditya menatapnya kesal.
"Tadi kamu cuman bilang temenin doang, jadi Om bisa main hp dong kalau gitu," jelas Aditya sedangkan Fera langsung menyembunyikan ponsel tersebut di kantong celananya.
"Enggak, Om harus bantuin Fera. Karna ini juga kado dari temen Om, kan. Jadi bantuin Fera, baru Fera balikin!" tegas Fera lalu Aditya mau tidak mau harus menurutinya lagi.
Aditya mengambil satu kado, begitu juga dengan Fera. Mereka pun perlahan membukanya, mata Aditya membulat sempurna pada saat menemukan benda berbahaya tersebut.
"Om Fera dapat ini? Om dapat apa?" tanya Fera padanya sedangkan Aditya langsung menyembunyikan benda yang dia dapatkan barusan.
"Diem! Ini bukan untuk kamu, kamu gak boleh lihat! Titik gak pakai koma," tolak Aditya dengan menyembunyikan benda tersebut darinya.
"Tapi Fera pengen tau om, eh iya itu ada kertas juga. Fera yang baca yah, please!"
"Enggak boleh!" elaknya lagi seraya mengambil alih kertas tersebut.
Fera merenggut kesal, lalu membuka kado kedua. Barusan dia mendapatkan piyama cantik untuk dirinya dan satu kaos santai untuk Aditya couple dengan miliknya tersebut.
Isi surat: Aditya yang tampannya minta ampun, ini hadiah dari gue dan istri gue yakni sebuah obat penguat, agar engkau tak merasa lemah saat bersama istri kecilmu tersebut, haha... (Abay dan Rumi)
"Sahabat laknat!" umpat Aditya dalam hatinya yang langsung merobek kertas tersebut dan membuangnya ke tong sampah.
#to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Little Wife #WRITONwithCWBP
RomanceLo beneran mau nikah sama cewek yang dijodohin sama Lo, Dit?" "Ya mau gimana lagi, gue juga udah lumayan tua dan wajar aja nyokap bokap gue mau nikahin gue secepat mungkin," Zidan langsung mengernyit melihat tingkah sahabatnya tersebut. "Enteng ba...