Fera kembali pokus membuka kado keduanya, mata menyipit kala melihat pakaian yang tak sesuai dengan kesukaannya dan merasa risih melihat semua itu.
"Om ini kado apaan si? Masa iya couple sama Om juga, malu banget ih," ujar Fera sambil menyodorkan benda tersebut.
"Gila! Buang aja, semua ini gak perlu sama sekali. Om gak selera lagi, kamu aja yang bukak karna semuanya bikin kesel," ketus Aditya yang hendak bangkit dari posisinya setelah melihat sepasang pakaian dalam dan mungkin begitu ketat saat dipakai nantinya, padahal sebelumnya dia juga kesal dengan obat penguat tersebut.
"Emangnya Om dapet apaan tadi? Kok beneran kesel sih, padahal Fera senang loh liat kado pertamanya," tanya Fera begitu saja.
"Enggak ada!"
Fera penasaran dan ingin mengambil alih benda tersebut dari Aditya. Aditya terus menutupinya, namun ide konyol muncul di otak Fera yang langsung mendekatkan wajahnya ke Aditya.
"Om, Fera mau lihat. Kalau om gak liatin sama Fera, Om Fera..." ucapnya menggantung.
"Enggak, ya enggak!" tegas Aditya sambil berdiri.
"Om Fera mau lihat, Om pelit banget sih. Mana tau nanti bermanfaat buat Fera Om, please!" pintanya terus-terusan sampai Aditya jengah akan semua itu.
"Ini bukan untuk kamu, ini untuk Om, jadi gak perlu tau, titik gak pakai koma sama sekali!"
Aditya memasukkan benda tersebut ke dalam laci lemarinya dan langsung menguncinya begitu saja, agar Fera tidak bisa membukanya sama sekali.
"Ih Om," gerutunya begitu kesal sambil memanyunkan bibirnya tersebut.
"Coba aja Fera tau, mungkin Fera gak akan penasaran lagi, Om memang pelit banget sama istri sendiri," umpatnya pelan namun masih terdengar.
"Bilang apa?" tanya Aditya memastikan.
"Gak ada, Om salah denger aja. Fera gak ngomong apapun tadi," elaknya lalu duduk di dekat Aditya.
Fera teringat kado yang diberikan ayah mertuanya tersebut, untuk kedua kalinya dia akan meminta Aditya agar membantunya membuka kado tersebut, walaupun tidak ada yang sulit sama sekali.
"Om!" panggilnya pada suaminya tersebut.
"Iya, apa lagi?"
Fera terkekeh lalu memberikan kode tentang kado yang baru saja mereka dapatkan. Aditya seketika merasa kepo, tanpa diminta lagi Aditya sendiri yang membawa Fera untuk pokus membukanya.
"Waw, apartemen!"
"Apartemen buat apaan, Om?"
"Buat kita lah, biar Om bisa bebas kemanapun yang Om mau."
Aditya merasa begitu senang karna setidaknya setelah bekerja dia bisa bertemu dengan kekasihnya jika sudah memiliki rumah baru. Fera sama sekali tidak mengerti maksudnya dan hanya diam untuk itu.
"Jadi kita akan tinggal berdua aja?" tanyanya pula.
"Iya Fera, istriku yang bawel dan juga ngeselin!" kata Aditya menyindir istrinya tersebut.
"Apaan si, Fera itu gak bawel yah, cuman kepoan aja. Au, Ah capek, Fera udah ngantuk aja. Sssthh... Fera mau bobok dulu."
Setelah mengucapkan hal tersebut, Fera kemudian menuju kasur dan berbaring disana. Aditya merapikan sampah tersebut, lalu membuangnya ke tong sampah.
Aditya kembali ke sofa, lalu mengambil ponselnya dan akan menghubungi seseorang disana. Aditya begitu semangat menarik-turunkan beranda kontaknya untuk mencari nomor kekasihnya tersebut.
Disaat Aditya baru saja online, pesan panjang dari Aliya sudah memenuhi pesannya. Aditya mulai membaca semuanya dan begitu kesal karna Aditya benar-benar bodoh tidak memberitahu apapun pada Aliya saat itu.
[Sayang, jangan ngambek dong. Lihat nih, aku udah bales pesan kamu, jadi jangan ngambek lagi yah]✓✓
[Kok cuman di read sih Aliya, jawab!]✓✓
[Aliya?]✓✓
"Om lagi ngapain sih? Kok kayaknya sibuk banget?" gumam Fera dalam hatinya karna sebenarnya dia belum tidur sedari tadi.
Hari sudah malam, tetapi Aditya masih sibuk mengetik pesan di ponselnya. Fera begitu penasaran, sampai-sampai dia tak bisa tidur sekarang.
Fera mengintip aditya terus-menerus, mana tau dia ada kesempatan untuk membuka ponsel tersebut. Makanya Fera hanya berpura-pura tidur, sampai Aditya lengah sendiri.
Aditya akhirnya menyerah, karna tidak ada jawaban yang dia dapatkan. Memang kebiasaan, jika Aliya marah padanya, Aditya harus membujuknya secara langsung.
Aditya meletakkan ponselnya di meja, lalu berbaring disofa, lalu istirahat. Fera bangun dan memastikan apakah Aditya sudah tertdiru dan memang benar, dia sudah tidur sekarang.
Fera meraih ponsel, namun sungguh disayangkan, ternyata ada kode PINnya jadi tidak ada yang bisa membuka kunci tersebut selain Aditya sendiri.
"Aarghhh... Kenapa dikunci segala sih, Fera kan jadi gak tau lagi. Udah ah, Fera istirahat aja, Om memang dasarnya pelit!" umpatnya pelan.
Disaat Fera ingin kembali ke tempat tidurnya, Aditya malah menahan tangannya begitu saja. Fera mencoba melepaskannya, namun jangankan terlepas, semuanya malah semaki.n erat saja.
Fera akhirnya menyeimbangkan posisinya dengan Aditya, lalu menatap wajah suaminya tersebut begitu intens dan tersenyum.
"Tampan banget si, coba aja gak pelit mungkin Fera akan seneng mandangin Om. Fera ngantuk, huah!"
Fera akhirnya memutuskan untuk tidur disana juga, karna tidak ada celah sama sekali agar dia bisa pergi dari sana. Fera meletakkan kepalanya tepat di dekat dada bidang Aditya lalu tertidur pulas.
°°°
Di pagi harinya, Aditya terbangun dan dia menoleh pada seseorang yang tertidur di dekatnya. Aditya mengerjakan matanaya beberapa kali, pada akhirnya kesadarannya pun mulai terkumpul kembali.
"Astaga! Kenapa nih anak bisa tidur di dekat gue sih, bisa-bisanya dia hari ini, kami tidur bersama mulu dan kayaknya dia gak mau jauh sama gue deh," cibir Aditya dalam hatinya sambil duduk.
Dengan langkah yang begitu pelan, aditya bangun dari tempatnya dan perlahan mengangkat tubuh istrinya tersebut menuju kasur.
Aditya membaringkannya disana, lalu menuju kamar mandi. Aditya membersihkan dirinya, setelah itu mulai bersiap karna hari ini juga, dia akan masuk bekerja kembali.
Walaupun seorang CEO sekaligus pewaris utama keluarga tersebut, Aditya langsung bosan, jika terus berdiam diri di dalam rumah besar tersebut, apalagi dia sudah merindukan Aliya.
Setelah selesai berpakaian, Aditya turun ke bawah untuk meminta izin ke kantor kembali. Walaupun sempat menolak, akhirnya kedua orangtuanya setuju untuk keputusan Aditya tersebut.
Besok mungkin mereka akan pindah rumah, karna mereka sudah mendapatkan kado spesial hadiah pernikahan tersebut. Aditya pergi, sementara Fera baru saja bangun.
Fera mencari keberadaan Aditya, karna tapi tidak biasanya Aditya tidak ada di dalam kamar setelah mereka menikah dua hari kemaren.
Fera memutuskan untuk mandi terlebih dahulu, baru mencari keberadaan Aditya. Mungkin saja dia ada di bawah, makanya Fera harus bersiap dulu baru turun ke bawah.
Setelah membersihkan dirinya dan begitu rapi, Fera turun sambil mencari keberadaan Aditya suaminya. Setelah sampai di bawah, Fera langsung menemui Anita di dapur.
"Ma, Om Aditya mana?" tanya Fera padanya sambil mencari kesana-kemari.
"Bukannya tadi Aditya bilang, kalau dia mau ke kantor yah, Fera?"
Bukannya menjawab, Anita malah bertanya balik sama Fera. Fera cemberut, namun dia terus bertanya kemana Aditya dan mengataian bahwa Aditya tidak memberitahunya sama sekali.
"Jadi Aditya tidak memberitahumu bahwa dia ingin ke kantor?"
Fera menggeleng karna memang benar, Aditya tidak memberitahunya sama sekali walaupun Fera tidak tahu saat itu dia masih tertidur pulas.
#to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Little Wife #WRITONwithCWBP
RomanceLo beneran mau nikah sama cewek yang dijodohin sama Lo, Dit?" "Ya mau gimana lagi, gue juga udah lumayan tua dan wajar aja nyokap bokap gue mau nikahin gue secepat mungkin," Zidan langsung mengernyit melihat tingkah sahabatnya tersebut. "Enteng ba...