Part 2

25 4 0
                                    


"Entah kenapa aku merasa gugup disaat penghulu mulai menuntunku, namun aku akhirnya selesai mengucapkan ijab atas nama gadis itu."
~Raysa Aditya Ferdiansyah~

••••

Para penjaga yang sebelumnya mengusir Aliya, kembali masuk ke dalam rumah, untuk menyampaikan bahwa mereka sudah mengusirnya dan dia juga sudah pergi dari sana.

"Baiklah, kalian lanjutkan pekerjaan kalian dan jangan sampai ada penyusup yang masuk ke dalam rumah ini lagi. Kalian dengar!"
Taun Ferdian menyuruh anak buahnya keluar kembali sambil memperingatkan mereka agar tidak membiarkan siapapun yang akan mengganggu semua persiapan.

"Dengar, Tuan!" jawab ketiganya lalu keluar dari sana.

"Anesa!" lanjutnya memanggil putri bungsunya tersebut.

"Iya Ayah," sahut Anesa langsung.

"Panggil kakakmu, karna kita sudah sangat terlambat sekarang. Nanti kalian langsung ke mobil saja, karna kita harus tiba disana secepatnya," suruhnya sambil memberikan kode pada semua orang yanga ada disana.

"Baik, Ayah!"

Anesa lalu menaiki tangga untuk memanggil kakaknya tersebut, sementara lainnya mulai melangkah keluar dengan membawa semua yang telah disiapkan untuk acara pernikahan tersebut.

°°°

Tok! Tok! Tok!

"Silahkan masuk!" kata Aditya dari dalam sementara Anesa langsung membuka pintu tersebut dan tersenyum pada abangnya tersebut.

"Wih, tampan sekali abangku ini, apakah aku tidak salah lihat?" puji Anesa saat sudah berada di dalam kamar tersebut.

"Kau memang benar Anesa. Aditya memang sangatlah tampan sore ini dan aku yakin dia akan sangat bahagia bersama gadis itu nanti." Zidan sengaja menggoda sahabatnya tersebut, sedangkan Aditya sibuk memperhatikan wajahnya di cermin.

"Sudahlah, kalian jangan menggodaku terus. Anesa sayang, kenapa kau datang kemari, hah?" tanya Aditya dengan senyuman pada adik kesayangannya tersebut.

"Ouh iya, Anesa hampir lupa. Kata ayah, kita harus turun secepatnya karna kita sudah hampir terlambat," jelasnya pada mereka lalu menarik tangan abangnya keluar kamar.

°°°

"Pa, kenapa mereka belum juga datang sih," sungut Maya cemas karna yang ditunggu belum juga tiba.

Baru saja Tuan Anggara ingin berbicara, namun terhenti karna ponselnya berdering dan panggilan vidio dari calon besannya beberapa jam kedepan. Diapun mengangkatnya dan panggilanoun berlangsung.

"Assalamu'alaikum Tuan!" ucap Tuan Ferdian dari seberang sana.

"Waalaikumussalam," jawab Anggara dengan senyiman yang sama.

"Kami sudah hampir sampai disana, tapi maafkan kami karna sedikit terlambat karna tadi ada masalah yang harus diselesaikan, namun semuanya sudah baik-baik saja." Tuan Ferdian menjelaskannya pada calon besannya tersebut tentang alasannya terlambat.

"Iya tidak papa tuan, kami sedang menunggu kalian dan jika bisa kalian segera sampai karna bapak penghuli sudah berada disini sedari tadi," jelas Anggara pula.

"Baiklah, saya tutup dulu."

Tutss....

Setidaknya Maya bisa merasa lega karna panggilan vidio sebelumnya, yang cukup meyakinkan hatinya bahwa mereka akan sampai sebentar lagi.

Maya lalu turun ke bawah untuk menyambut kedatangan mereka, serta menyuruh seseorang agar menyiapkan barang-barang putrinya tersebut karna sebentar lagi dia akan menikah.

***

Beberapa menit setelah itu, rombonganpun datang dan langsung disambut baik oleh keluarga Anggara. Mereka langsung masuk saja karna acara akan segera dimulai.

Maya tersenyum melihat calon menantunya tersebut, dia memujinya karna memang tampan dan sangat cocok dengan putrinya nanti. Namun, Maya sedikit merasa takut karna sifat putrinya bisa saja membuat Aditya tidak menyukainya nanti.

Tapi demi apapun, Maya akan menghilangkan anggapan buruk tersebut, lalu meyakinkan dirinya bahwa putrinya adalah yang terbaik untuk calon menantunya tersebut.

Aditya dipersilahkan duduk di deoan penghulu dan adat disana adalah tidak membawa pengantin wanita, karna mereka akan bertemu setelah sah menjadi suami-istri.

Aditya merasa gugup dan dia tidak mengerti dengan semuanya, bagaimana dia bisa merasa gugup padahal sebelumnya biasa saja. Aditya menarik nafasnya dan membuangnya, ia mencoba menahan dirinya agar bisa mengucapkan ijab dengan baik nanti.

"Bismillahirrahmanirrahim, bisa kita mulai?" tanya penghulu pada semua orang disana.

"Tidak ada yang merasa keberatan atas pernikahan ini, kan? Saya berharap semuanya ikhlas dan Ridha' berada di acara sakral ini, apa semuanya bisa?" tanyanya kembali sedangkan semuanya langsung menanggapinya dengan jawaban "Bisa!"

Penghulu mulai mengajarkan Aditya tentang semuanya, sedangkan Aditya hanya menganggui faham saja dan berdoa dalam hatinya agar semuanya lancar.

Penghulu menjabat tangan Aditya sedangkan Aditya membalasnya. "Bismillahirrahmanirrahim, Saya nikahkan engkau Rasya Aditya Ferdiansyah bin Ferdiansyah dengan Arunika Fera Trisanggara binti Ahmad Anggara dengan mas kawin uang... dan seperangkat alat sholat, dibayar tunai!"

"Saya terima nikah dan kawinnya Arunika Fera Trisanggara binti Ahmad Anggara dengan maskawin uang... dan seperangkat alat sholat di bayar tunai!"

"Bagaimana, sah?"

"Sah!"

Suara tersebut bergema di setiap sudut ruangan dan mereka sedang membacakan doa yang dipimpin oleh penghulu tersebut.

"Mas Aditya, Anda sudah sah menjadi suami dari nona Fera dan saya harap Anda bisa menjadi suami yang bertanggungjawab kepadanya dan memberikan semua yang berhak di dapatkan Nina Fera darimu." Penghulu tersebut mengucapkan pesannya pada Aditya sedangkan Aditya sedikit merasa lega karna salah satu tugasnya sudah selesai.

Sekarang mereka sudah sah menjadi suami istri, acara demi acara pun dilangsungkan. Sementara itu, Fera akhirnya dibawa turun untuk bertemu dengan keluarga barunya.

Fera turun bersama ibunya, Fera benar-benar malu-malu saat turun ke bawah. Semua mata tertuju padanya, sedangkan adityaa benar-benar dibuat terpukau saat melihat istrinya tersebut.

Zidan yang statusnya sahabat Aditya, sempat terhanyut dalam khayalannya sendiri bersama istri sahabatnya tersebut, lalu memukul wajahnya supaya tidak membayangkan hal aneh tersebut.

Memang diakui wajahnya sangatlah berseri dan juga cantik, dengan polesan makeup natural yang menambah kecantikannya. Aditya disuruh untuk mesangkan cincin, begitu juga dengan Fera.

Setelah selesai bertukar cincin, Aditya kembali di suruh untuk mencium dahi istrinya tersebut. Walaupun sedikit ragu, dia tetap melakukannya karna ini adalah salah satu tugasnya lagi.

Fera menatap suaminya dengan senyuman, dia benar-benar tidak mengira bahwa suaminya itu benar-benar tampan sekali. Walaupun menurutnya sudah lumayan tua darinya, tapi Fera sangat senang karena mendapatkan suami se tampan dirinya.

Acara selanjutnya adalah acara pemberian selamat dan mengabadikan momen melalui Poto bersama. Semua orang memberikan kado sambil menyalami kedua mempelai dan kedua keluarga tersebut.

Setelah itu acar poto-poto berlangsung. Semuanya acara berjalan lancar tanpa ada kendala sedikitpun. Semua orang tampak begitu bahagia karena semuanya berjalan lancar.

°°°°

Aliya sekarang sedang sibuk meminum alkohol di bar biasa yang dia kunjungi setiap malamnya, untyk meluapkan rasa kesalnya terhadap pernikahan kekasihnya tersebut.

"Aliya udah deh, jangan minum lagi. Semuanya udah berlalu, sekarang dia sudah menjadi suami orang dan kau harus merelakan dirinya," ucap sahabat Aliya yang begitu setia menemaninya disana.

#to be continued

My Annoying Little Wife #WRITONwithCWBPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang