Part 17

6 1 0
                                    


Fera tidak suka saat ini, tapi dia langsung semakin di buat heran karna Zein tiba-tiba berjongkok di depannya. Zein langsung menggenggam tangannya dan menatapnya serius.

"Aku ingin mengatakan bahwa aku ingin melamarmu Fera, maukah kau menjadi istriku?" ungkap Zein yang langsung membuat Fera melongo.

Fera seketika melepaskan tangan Zein darinya, lalu membelakanginya. Fera benar-benar tidak mengira bahwa Zein mengungkapkan keseriusannya.

"Kita lihat apa yang akan Fera katakan," gumam Anesa pelan pada Naina dan Fani sedangkan mereka hanya terkekeh.

"Gue lagi nunggu giliran buat Zein supaya nyaman entar sama gue," balas Naina pelan dengan semangat.

"Ya baiklah, kita lihat. Gue juga udah nemuin jodoh gue, bentar lagi gue akan nyusul Fera," ucap Fani yang langsung membuat mereka menatapnya tidak percaya.

"Haha, gue bercanda," kekeh Fani lalu menatap Fera kembali.

"Candanya liat waktu Fan, Lo mah kebiasaan bikin kita stress lama-lama," umpat Anesa pada sahabatnya tersebut.

"Hehe, maaf!"

Fera hanya bisa diam di tempat, dia hanya memikirkan bagaimana dengan anggapan Aditya nanti tentangnya. Zein berdiri kembali tepat didepan Fera, lalu menatapnya aneh.

"Lo belum siap?" tanya Zein padanya serius.

"Maaf kak, Fera gak bisa jawab sekarang karna Fera ada urusan penting. Permisi!" sahut Fera lalu pergi dari sana begitu saja.

"Lah tu bocah emang kebangetan dah, setidaknya kasih kita ruang kek biar bisa rebut Zein juga, au-ah Fera bener-bener bikin nyesek," umpat Naina lalu permisi pulang juga.

Zein hanya bisa menahan dirinya, karna sebenarnya dia sakit hati karna ini semua. Padahal hal yang dilakukan Fera sekarang, belumlah seberapa setelah mengetahui dia juga sudah menikah.

°°°

Aditya sedari tadi pokus menatap layar ponselnya, tidak ada pesan apapun termasuk notif panggilan dari Fera. Aditya sedikit kecewa, tapi mungkin Fera baru saja sampai di rumah dan karna itulah belum ada kabar sama sekali darinya.

Aditya baru saja hendak mematikan ponselnya, namun langsung terhenti ketika mendapatkan notifikasi yang dia tunggu sedari tadi. Aditya langsung mengangkatnya dan menatap Fera kesal.

Panggilan Vidio berlangsung...

"Hai Om!" sapa Fera dari seberang sana.

Aditya tidak menjawab melainkan mengalihkan pandangannya. "Om, Fera baru aja pulang, makanya tadi belum sempet kasih kabar sama Om. Jangan marah ya, please!" ucap Fera menjelaskan lalu bermohon.

"Om!"

"Emang tadi kamu kemana aja, hah?" tanya Aditya yang benar-benar membuat Fera tidak tahu menjawab apa lagi.

"Fera?"

"Eh iya Om, tadi Fera diajak jalan sama temen-temen Fera, makanya kelamaan pulang. Maafin Fera yah, tapikan Fera udah disini, jadi kita lanjut aja yah."

Aditya akhirnya setuju saja, lalu menatap Fera dengan senyuman. Fera senang karna Aditya tidak akan bertanya hal aneh lagi nantinya, karena Fera gak bisa menjawab apapun tentang itu.

Mereka lalu melanjutkan obrolan seputar sidang barusan, Aditya senang karna sebentar lagi dia akan lulus dari sana. Aditya akan mendapatkan peluang untuk mengungkapkan rasa cintanya pada istrinya tersebut, karna waktunya sudah tiba nanti.

Fera meminta Aditya membawakan dirinya hadiah untuk itu, namun Aditya dengan sengaja menggodanya dan tidak mau memberikan apapun padanya.

Panggilan vidio berlangsung selama beberapa jam, kini waktupun sudah malam dan waktunya untuk istirahat. Fera juga sudah terlihat lelah dan mengantuk, sedangkan Aditya masih saja sempat menggodanya terus-terusan.

Fera kesal, namun rasa kantuk sudah menguasai matanya. Fera lalu menuju kasur, dia masih berada dalam panggilan tersebut, karna seperti janjinya Aditya akan menemaninya untuk istirahat.

"Om Fera ngantuk banget," jelas Fera sambil mengusap matanya beberapa kali dan juga menguap.

"Yaudah tidur sana, Om temenin kok. Buruan!"

Fera berbaring lalu mulai memejamkan matanya, Aditya hanya bisa menatapnya dengan senyuman disana. Aditya benar-benar merasakan rindu yang mendalam padanya, padahal ini baru malam pertama berpisah dengannya.

Fera tampaknya sudah tertidur pulas, Aditya rasanya tidak rela mengakhiri panggilan tersebut. Dia masih enggan menghentikan tatapannya pada sang istri, namun hal itu juga membuatnya semakin merindukan Fera.

"Om janji sama kamu, Om akan selesai semua tugas disini secepat mungkin karna Om gak bisa jauh-jauh dari kamu," gumam Aditya pelan namun ada yang mendengarkannya.

"Tuh kan, kemakan omongan sendiri. Katanya gak tertarik sama bini sendiri, sekarang?" balas Rafi saat sudah berada di dalam kamar tersebut karna mereka satu kamar di hotel tersebut.

"Kapan Lo dateng sih? Ketuk pintu kek," ketus Aditya lalu meletakkan ponselnya.

"Caelah lu kira kamar Lo, ini hotel bro jadi gue juga punya kuncinya," jelas Zidan  dengan ketusnya juga.

"Serah Lo!"

Aditya bangkit dari tempatnya menuju kamar mandi, sementara Zidan langsung mengambil alih ponsel sahabatnya tersebut. Dia hanya terkekeh karna Aditya menamai Fera dengan My Annoying Little Wife, lucu sekali saat Zidan berulang membacanya.

Aditya keluar dari kamar mandi, lalu mengambil paksa miliknya tersebut. Zidan hanya cengengesan saat bertatapan dengan Aditya, sehingga Aditya merasa malu sekarang.

Kenapa dia bisa lupa, jika ponsel tersebut belum terkunci dan alhasil bisa dibaca oleh Zidan dan dia akan benar-benar mendapatkan ejekan sekarang.

"Dit!"

"Iya Zidan yang kepo!"

"Duduk deh, gue pengen nanya sesuatu," ucapnya memerintah.

"Sejak kapan Lo suka memerintah gue, hah?"

"Ditya bro, gue pengen nanya apa Lo udah bener-bener Nerima Fera jadi istri Lo?"

"Menurut Lo?"

"Caelah, kalau gue tau gue gak akan nanya, Lo mah!"

"Yuadahlah, iya-iya gue udah jatuh cinta sama Fera dan gue gak bisa lama-lama disini karn ague udah kangen sama dia. Dia tuh emang nyebelin, tapi rasanya ada yang aneh saat dia jauh. Kayak ada yang kurang gitu," jelas Aditya lalu duduk di samping Zidan.

"Syukur deh, setidaknya Lo udah bisa lupain Aliya karna menurut gue Fera jauh lebih baik untuk Lo daripada Aliya," ungkapnya yang membuat Aditya merasa Zidan memang sahabat sejatinya. Aditya benar-benar terbawa suasana sekarang terhadap kepedulian Zidan pada hubungannya.

"Tapi--"

"Tapi apa, hah?" tanya Aditya penasaran dengan ucapan Zidan yang sengaja dia gantung.

"Gue gak yakin Fera udah suka sama Lo!"

Seketika Aditya langsung terdiam, dia teringat bahwa Fera memiliki seorang kekasih dan dialah saingan terberat Aditya. Aditya tidak bisa berfikir lagi, dia harus secepatnya pulang.

"Karna Lo udah buat gue merasa was-was, gue akan pulang duluan dari Lo. Karna gue gak mau cowok itu ambil kesempatan saat gue gak ada di sisi Fera."

"Besok kan meeting terakhir, jadi malamnya gue akan pulang dan Lo harus urus hari terakhir disini," suruh Aditya sambil membaringkan tubuhnya disana.

"Kok jadi gue sih!" sargah Zidan begitu saja.

"Ya siapa suruh buat gue takut, hah? Makanya kalau ngomong tuh pikir dulu, sekarang mau gak mau harus! Dah gue pengen tidur karna besok gue harus siapin semuanya."

Aditya memejamkan matanya, Zidan memang tidak suka pemaksaan Aditya tapi setidaknya dia bisa segera menyatukan pasangan tersebut dan menyadarkan Aditya bahwa Fera berharga untuknya.


#to be continued

My Annoying Little Wife #WRITONwithCWBPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang