"Sebenarnya kenapa sih, Om? Kok tiba-tiba begini sih," ucap Fera yang benar-benar tidak mengerti.
"Yaudahlah, kita ke rumah dulu aja karna Om juga gak tahu kenapa." Aditya pokus menyetir dan merekapun sampai disana.
Aditya masuk ke dalam rumah yang diikuti Fera dari belakang, disana sudah ada Tuan Ferdian dan Nyonya Anita. Aditya dan Fera menemui mereka dan langsung duduk saja.
"Ada apa Ayah?" tanya Aditya saat itu juga.
"Sebenarnya apa yang terjadi di kantor barusan, hah? Apa kau berniat selingkuh di belakang Fera?"
Aditya langsung menoleh pada Fera, Fera tidak faham apa yang dimaksud oleh ayah mertuanya tersebut. Aditya lalu kembali menatap sang ayah, untuk menjelaskan semuanya.
"Tidak, aku bahkan tadi berniat memutuskan dirinya. Karna aku belum mengakhiri hubunganku dengannya selama menikah, karna itu dia mencoba menjebak Aditya. Aditya bisa bersumpah demi apapun, jika Aditya tadi sempat menamparnya." Aditya menjelaskan semuanya dengan rinci.
"Jadi, dia yang sengaja ingin menci*mmu?" tanya sang ayah kembali.
"Iya Ayah!"
Seketika Fera merasa tidak enak mendengarkan perkataan tersebut, ci*man? Bagaimana mungkin? Fera saja yang notabennya memilik kekasih tidak pernah melakukan itu, lagian Aditya juga tidak menjelaskan apapun padanya.
"Jika kau berbohong, maka Mama gak akan maafin kamu Aditya. Fera kamu gak papa kan, Sayang?"
"Enggak papa, Fera mengerti kok kalau Om masih cinta sama kekasihanya tersebut. Fera gak papa, serius!"
Aditya menatap Fera, tapi sepertinya gadis itu sedang berusaha menutupi rasa cemburunya. "Kok Fera seperti tidak suka?" gumam Aditya dalam hatinya.
"Aditya janji, akan berusaha menjalani pernikahan ini dan akan berusaha memberikan Fera cinta Aditya. Jika saja Fera mau melakukan hal sama sama Aditya," kelas Aditya yang membuat Fera tidak bisa berkata apapun.
"Baiklah. Fera kuliahnya tinggal beberapa semester lagi?" tanya Tuan ferdiansyah pada menantunya tersebut.
"Sebentar lagi ujian, mungkin beberapa bulan kedepan Fera akan tinggal nyusun skripsi, Ayah!" jelas Fera pula karna dia juga sudah berada di akhir semester.
"Setelah Fera lulus, kalian haru segera memberikan kami penerus keluarga kita, karna hanya kalian yang anak keluarga ini yang sudah menikah. Kalian faham!"
"Maksud, Ayah?" tanya Fera dengan polosnya.
"Satu lagi, kalian harus saling mencjba mencinta satu sama lain, karna kalian adalah pasangan suami-istri sekarang dan kalian harus bisa melakukan tanggung jawab kalian dalam pernikahan tersebut."
Setelah semuanya dijelaskan oleh sang ayah, Aditya dan Fera pun di perbolehkan untuk pulang karna hari akan malamsebentar lagi. Aditya membawa Fera keluar, lalu merekapun menuju rumah mereka.
°°°
Enam bulan kemudian...
Tak terasa usia pernikahan mereka sudah menginjak usia setengah tahun, bahkan Fera sudah menjalin hubungan dengan Zein selama itu pula.
Kini Fera sangat sibuk menyelesaikan skripsinya dan hal itu dibantu oleh sang suami selama beberapa Minggu lalu, karna Aditya lebih berpengalaman dalam hal tersebut.
Mereka bahkan sudah mengenal satu sama lain, bahkan mereka layaknya menjadi sahabat yang selalu ada di setiap duka dan suka di keluarga kecil tersebut.
"Om, kalau yang ini gimana caranya?"
"Itu tuh, harus disusun sampai rapi, jangan ada kesalahan satupun karna nanti kesalahan kecil saja bisa membatalkan semuanya. Kau mengerti?"
Fera mengangguk, lalu mengerjakannya kembali. Kini Fera begitu sibuk, sedangkan Aditya sibuk dengan pekerjaannya pula. Besok Fera akan mengikuti sidang, rasanya begitu cepat jika dipikirkan.
Fera berusaha memahami semuanya, dia tidak boleh meninggalkan satu hal saja karna dia harus lulus besok. Setelah menguasai semuanya, Fera langsung mendekati adotya6 dan menatapnya heran.
"Om, Fera udah bisa nih dan besok Fera janji akan menyelesaikan semuanya dengan sangat baik," ucap Fera berjanji padanya.
"Bagus! Jangan sampai mengecewakan, okeh!"
"Okeh!"
Tring...
Satu notifikasi masuk ke dalam ponsel Aditya, diapun menoleh ke ponsel dan membukanya. Mata Aditya memutar begitu malas, karna sangat membuatnya sedikit kecewa.
"Kenapa harus besok sih? Padahal Fera sangat membutuhkan diriku besok, oh ya ampun. Padahal ini meeting penting juga, gimana caranya ngejelasin sama Fera tentang semua ini?" gumam Aditya dalam hatinya sambil melirik Fera sekilas.
"Ada apa?" tanya Fera saat itu juga.
"Enggak, kalau udah selesai memahami semuanya, lebih baik istirahat dan besok jangan lupa berdoa agar semuanya lancar, okeh!" ucap Aditya mengalihkan pembicaraan.
"Bilang aja kalau ada masalah, jangan malah ngalihin pembicarraan Om," pinta Fera karna dia tahu bahwa aditya sedang menutupi sesuatu darinya.
"Enggak ada, serius!"
"Gak, Om harus bilang dulu!" ucapnya lagi memaksa aditya jujur.
"Ya baiklah, kamu menang. Besok Om akan ke luar kota, karna ada urusan bisnis selama tiga hari ke depan," ungkap Aditya begitu saja.
Fera yang awalnya senang, malah berubah menjadi sedih karna besok dia sangat membutuhkan dukungan Aditya, tapi dia akan pergi. Tidak, Fera gak akan bolehin.
"Masa Om mau ninggalin Fera sih, padahal Fera kan butuh Om!"
"Hey, besok kita kan bisa Vidio Call, jadi gak usah khawatir dan itu cuman tiga hari kok. Lagian, tadi katanya udah siap bener, masa cuman gara-gara ini jadi gak semangat sih," bujuk Aditya agar Fera setuju.
"Bukan begitu, kalau Fera mah yakin Fera akan lulus, tapi rasa senengnya harus Fera tunjukin sama Om dong. Lagian, mana bisa Fera tidur sendirian dirumah segede ini. Biasanya kan kita berdua disini, gimana kalau hujan. Fera kan takut, kalau ada badai sama kilatnya!"
"Hey, gak boleh ngomong gitu. Om prediksi besok gak akan hujan dan tiga hari ke depan, supaya kamu ga kesepian juga, nanti Om akan temenin Fera sampai tidur. Gimana? Kalau urusan bahagia karna hasilnya, besok kita langsung Vidio Call dan Fera bisa ngucapin semuanya sama Om. Okeh!"
"Om janji dengan semua itu, kan?"
"Janji!"
"Yaudah, Om boleh pergi, tapi kalau sampai Om lupa, Fera gak akan ngomong sama Om, walaupun Om udah pulang nanti." Fera memperingatkan Aditya agar tidak lupa dengan janjinya.
"Siap!"
Setelah mendapatkan persetujuan darinya, Aditya lalu menyuruh Fera istirahat. Namun dia langsung menolak karena dia juga harus membantu Aditya mempersiapkan semuanya. Tidak ada penolakan sama sekali, merekapun mempersiapkan semuanya.
"Ini baju untuk besok pagi, ini untuk meetingnya. Ini untuk baju tidur Om disana, yang lainnya untuk meeting dua hari selanjutnya." Fera menjelaskan semuanya dan langsung memasukkan semua baju tersebut ke dalam koper lalu menguncinya.
Aditya hanya tersenyum melihat istrinya tersebut, dia benar-benar istri yang diharapkan oleh Aditya. Aditya merasa bahwa dia sudah menganggap Fera benar-benar masa depannya, rasanya sangat tak karuan karena dia akan meninggalkannya selama tiga hari ke depan.
#to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Little Wife #WRITONwithCWBP
RomanceLo beneran mau nikah sama cewek yang dijodohin sama Lo, Dit?" "Ya mau gimana lagi, gue juga udah lumayan tua dan wajar aja nyokap bokap gue mau nikahin gue secepat mungkin," Zidan langsung mengernyit melihat tingkah sahabatnya tersebut. "Enteng ba...